Peristiwa Nasional

Spiral of Action dan Penyemaian Virus Kebajikan

Kamis, 14 Maret 2019 - 21:59 | 83.73k
Ustad Nurcholis MA Basyari (kiri), Ketua Rombongan Umroh POS I, II, dan III. (FOTO: Istimewa)
Ustad Nurcholis MA Basyari (kiri), Ketua Rombongan Umroh POS I, II, dan III. (FOTO: Istimewa)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Berbuat baik dan menebar kebajikan kepada orang-orang yang kita kenal baik itu biasa. Tetapi, berbuat baik kepada orang yang belum pernah kita jumpai dan tinggal di tempat nun jauh di sana? Itu baru luar biasa. 

Tidak banyak orang yang mampu dan mau melakukannya. Hanya orang-orang yang tulus ikhlas hatinya, suka berbagi, dan gemar bersilaturahim sajalah yang enteng melakukannya. Jauhnya jarak yang harus ditempuh dan sulitnya medan yang mesti dihadapi sama sekali bukan kendala yang menghalangi. 

Pemanfaatan kecanggihan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) yang memungkinkan masifnya penggunaan media jejaring sosial memang laksana pedang bermata dua.  Pilihan ada di tangan kita, para penggunanya. Apakah mau dipergunakan untuk menebar kebajikan dan berlomba-lomba dalam kebaikan dan tolong-menolong dengan sesama ( fastabiqul khoyrot dan ta’awwanu ala birri wattaqwa)? Atau menjadikannya sebagai wahana menyebarkan kejahatan, kebencian, permusuhan, keburukan, dan fitnah ( hoax dan fake news). 

Pilihan ada di tangan para pengguna TIK itu, mau jadi teman malaikat atau sekutu iblis? Jika Anda cerdas, waras, dan bijak, tentu pilihan pertamalah yang ditempuh. Bahkan, itu menjadi gaya dan cara hidup sehari-hari, sebagai manhaj atau cara sekaligus gaya hidup ( life style dan way of life). 

Seperti yang dilakukan para jamaah umroh The Power of Silaturahim (POS) III yang tergabung di satu grup whatsapp (GWA) Jamaah Umroh POS III. Nama POS diambil dari judul buku superbest- seller karya Dr Aqua Dwipayana The Power of Silaturahim: Rahasia Sukses Menjalin Komunikasi. Hasil penjualan buku tersebut didedikasikan untuk membiayai umroh dan kegiatan sosial lainnya. 

Grup WA POS III dibentuk sebagai wadah silaturahim sekaligus komunikasi, terutama terkait dengan persiapan umroh yang insyaa ALLAH dialksanakan pada 4-12 April 2019. Gerakan umroh yang diinisiasi dan disponsori pakar komunikasi dan motivator Dr Aqua Dwipayana itu merupakan “seri” ketiga. Pesertanya 50 orang dari 20-an kota, 11 provinsi di Pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua. Pada seri perdana 2017, jumlah peserta 35 orang dan tahun berikutnya 39 orang. Para jamaahnya dari seantero Nusantara dengan latar belakang etnis, suku, dan  kiprah kehidupan. 

Menebarkan Energi Positif

Konten-konten positif yang mempersuasi anggota GWA POS III untuk sungguh-sungguh dan penuh ikhlas menyiapkan diri terus-menerus dipompakan Admin Grup setiap hari. Admin Grup menekankan bahwa kesungguhan dan keikhlasan mengurus persyaratan administratif dan keperluan pribadi lainnya merupakan wujud rasa syukur kepada ALLAH atas anugerah istimewa mendapatkan hadiah umroh dan berterima kasih kepada sponsor dan donatur, yakni Mas Aqua. 

Hal itu diperkuat oleh broadcast (BC) yang rutin dibagikan ( di- share) Mas Aqua kepada ribuan jejaringnya dalam Komunitas Komunikasi Jari Tangan, termasuk GWA POS III. Inti dari BC-BC itu ialah menekankan pentingnya bersyukur bukan hanya dengan kata-kata melainkan juga dalam tindakan nyata, yakni ikhlas berbagi menebar kebaikan, apa pun  bentuknya. Dan semua orang insyaa ALLAH pasti bisa melakukannya asalkan ada niat dan kesungguhan atau komitmen untuk menjalankannya. 

Senyum, sapaan, mendengarkan curhatan –apalagi sampai memberikan solusi atas persoalan yang disampaikan orang yang curhat itu, bahkan menyingkirkan duri, paku atau pecahan kaca di jalanan pun merupakan kebajikan yang dapat dilakukan siapa saja. Apalagi, jika mampu, dapat berbagi rejeki, materi maupun nonmateri, kepada orang lain.

Rupanya konten-konten semacam itu mampu menebarkan virus dan memompakan energi positif yang membuat jamaah “berani” mengungkapkan pandangan, pengalaman, dan kisah-kisah inspiratif untuk saling menguatkan. Bahkan, lebih dari itu, banyak di antarnya yang “tidak takut” langsung action mempraktikkannya.  

Hal ini tentu sangat bertolak belakang dengan kasus-kasus atau kondisi tertentu yang membuat seseorang enggan mengungkapkannya pandangannya, apalagi langsung bertindak. Situasi semacam itu, menurut pakar komunikasi politik Jerman Elisabeth Noelle-Neumann memunculkan fenomena yang kemudian dikenal sebagai teori Spiral of Silence, Spiral Kebungkaman. Orang takut mengungkapkan pandangan atau pendapat karena khawatir dikucilkan, dibully, dicaci, dan reaksi penenangan semacamnya. 

Yang muncul di GWA POS III justru Spiral of Voicing & Action. Satu per satu jamaah menuangkan perasaan, respons, dan pengalaman mereka. Sungguh, tidak terbayangkan sebelumnya bahwa mereka dapat mengungkapnya, sebagaimana juga mereka tidak pernah membayangkan bisa terpilih berangkat umroh bersama jamaah POS III –apalagi beberapa di antara mereka dapat berangkat bersama suami-istri. 
   
Bukan hanya itu. Seorang jamaah asal Surabaya, Diyah Kusumawati, menjadikan momentum gerakan bagi-bagi hadiah umroh itu sebagai peluang untuk “numpang” menebar kebajikan. Janda seorang wartawan suatu grup surat kabar besar di daerah itu ingin membagikan mukena kepada 17 jamaah perempuan. Mukena itu hasil rancangan dan jahitan yang dikerjakan sendiri oleh Diyah. Bukan hanya itu, Diyah pula yang bersama Cak Fu (Fuad Aryanto) dan Kolid Widodo mengambilkan sembilan set koper dan perlengkapan jamaah asal Surabaya dan Sidoarjo. Mereka bertiga berkolaborasi mengambil perlengkapan itu di Bandara Juanda Sidoarjo, Jawa Timur. Diyah begitu semangatnya menunjukkan The Power of Emak-Emak. 

Semesta Mendukung

Lain lagi kisah “heroik” anggota jamaah POS III asal Makassar, Sulawesi Selatan, Muhammad Evendi. Semangatnya sebagai prajurit TNI-AU yang di dadanya terpatri Sapta Marga dan Sumpah Prajurit turut terbakar. Apalagi pria asal Boyolali, Jawa Tengah, yang bertugas di Pangkalan Udara (Lanud) TNI-AU itu bermarkas dan tinggal di seputaran Bandara Hasanuddin Maros. Evendi berinisiatif mengambilkan empat set koper dan perlengkapan jamaah asal Sulsel. 

Tetapi apa mau dikata, tugas negara memanggilnya ke Papua bertepatan dengan jadwal tibanya perlengkapan umroh yang dikirim dari Jakarta itu. Istrinya, Prapti Riyanto, akhirnya dia minta mengambil alih. Prapti yang juga anggota Jamaah POS III pun sigap dan dalam sekejap urusan pengambilan perlengkapan umroh beres. Dua jamaah lain, Rocky PP Melo dan Andi M Hartawan, yang berada di luar Makassar dan Maros pun lega. Dua anggota bintara Polri pembina kamtibmas (Babinkamtibmas) itu lega karena hadiah umroh itu kian nyata, bukan tipuan. Perlengkapan umroh mereka pun ada di tangan sesama jamaah yang anggota TNI. Amanlah sudah. Mereka dapat mengambilnya lain waktu. 

Sepulang dari Papua, Evendi berpikir, “Kenapa tidak kita antarkan saja, sekalian silaturahim. Jangan setengah-setengah kalau membantu.” Istrinya pun langsung setuju meskipun ada sedikit ragu. Maklum, Bone, daerah yang hendak dituju itu cukup jauh dan mereka sama sekali belum pernah ke sana. Bahkan, rekan mereka yang asal Bone pun sampai bertanya-tanya. “Mau apa ke sana? Itu alamat jauh sekali.” 

Selain jaraknya cukup jauh, yakni sekira 170-an kilometer, kondisi jalan dan geografis yang akan mereka lewati juga menantang. Di sisi lain, mobil Evendi tergolong renta, Kijang kotak keluaran 1985. Rasanya mobil itu sanggup mengantarkan perlengkapan umroh itu ke rumah Rocky PP Melo di Kelurahan Tibojong, Kecamatan Tanette Riatang Timur. Tapi, benarlah kata pepatah, man jadda wajada, there is a will there is a way, sopo temen bakal tinemu. 

Begitulah akhirnya Evendi, Prapti, dan dua putri pasangan suami-istri yang telah belasan tahun tinggal di Makassar itu dapat bersilaturahim ke Rocky sekeluarga. Sejatinya, baik Evendi maupun Rocky dan anggota keluarga mereka tidak saling kenal dan belum pernah bertemu. Niat baik bersilaturahim dan kesungguhan untuk menebar kebajikan menjadi jalan yang mempertemukan mereka hingga terjalin persaudaraan. Itu sekaligus contoh bagus sinergi TNI-Polri. 

Dan, semesta pun ALLAH gerakkan untuk mendukung (mestakung) niat baik dan kesungguhan Evendi dan Prapti itu. Salah satunya, kolega mereka meminjami mobil barunya untuk sekalian test drive. 

Di tangan yang tepat disertai sikap bijak, media jejaring sosial seperti grup WA dapat menjadi sarana efektif menumbuhkembangkan gerakan menyemai kebajikan. Para penggunanya tersemai (terkultivasi) virus kebajikan yang disebarkan lewat postingan-postingan positif di GWA secara terus-menerus.  Buah dari persemaian itu ialah aksi nyata berupa kepedulian, berbagi, dan membantu sesama.

Itulah yang disinyalir oleh pakar komunikasi Gerbner, sang inisiator Teori Kultivasi (Penyemaian). Gerbner. Berdasarkan teori tersebut, kultivasi terjadi dan tumbuh melalui dua jalan: pengarus-utamaan (mainstreaming) suatu isu atau topik, dan resonansi ( resonance) atas pengalaman yang dipaparkan di GWA.  

Dari dua jalur itulah kemudian para jamaah anggota GWA POS III terkultivasi dan kemudian merasa: “lho, itu kan aku banget”. (*)

Penulis: Nurcholis MA Basyari, Ketua Rombongan Umroh The Power of Silaturahim I, II, dan III.

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Deasy Mayasari
Publisher : Rochmat Shobirin
Sumber : CoWasJP.com

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES