Kopi TIMES

Mencintai Pekerjaan

Kamis, 21 Februari 2019 - 20:03 | 132.63k
Prof Dr Rochmat Wahab (Grafis: TIMES Indonesia)
Prof Dr Rochmat Wahab (Grafis: TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, YOGYAKARTAMENCINTAI PEKERJAAN merupakan kunci produktivitas kerja. Orang yang mencintai pekerjaan cenderung rajin, disiplin, tanggung jawab, semangat, kerja keras, kerja tuntas, dan fokus.

Sebaliknya, orang yang tidak mencintai pekerjaan cenderung malas, tidak disiplin, tidak tanggung jawab, dan pikiran terbagi dan tidak fokus. Memang, dalam prakteknya tidak semua orang mencintai pekerjaannya karena banyak penyebabnya. Di antaranya, bukan pilihan utamanya, kurang insentifnya, berat beban kerjanya, kurang keahliannya, tiadanya prospek karir, merasa bosan dan sebagainya.

Lepas dari apapun alasannya sepanjang masih aktif di pekerjaan itu seyogiyanya mencintai pekerjaannya untuk tetap bisa menjaga trust dan kredibilitas. Demikian juga sebagai individu yang berkarakter, seharusnya tetap mengikuti disiplin kerja,

Semangat bekerja bukanlah semata-mata disebabkan oleh kebutuhan dan keinginan pribadi, melainkan bekerja itu merupakan sesuatu yang sudah diperintahkan oleh Allah SWT melalui firman-Nya (QS, Al Jum’ah:10), yaitu “faidzaa qudziyatish sholaatu fantasyiruu filardzi wbatahhuu min fadzlillaahi wadzkurullaaha katsiiral la’allakum tuflihuun”. Artinya, “Apabila shalat telah dilaksanakan, maka bertebaranlah kamu di bumi, carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak agar kamu beruntung”.

Bekerja bisa saja diklaim sbg ibadah (ibadah ‘aam) dan bekerja juga dimaksudkan untuk mencari nafkah guna mrnenuhi kewajiban di rumah dan sebagai bekal untuk menunaikan seluruh rangkaian ibadah lainnya,

Di samping menunaikan hajat bekerja itu untuk mememuhi kewajiban, ada sejumlah keuntungan yang dapat diperoleh dari mencintai pekerjaan. Di antaranya, (1) Kondisi kesehatan fisik dan mental membaik, (2) hubungan dengan kolega membaik, (3) memiliki energi lebih, (4) kepercayaan diri meningkat (5) Bisa menikmati hidup dengan waktu lebih lama, (6) bisa berlanjut belajar dan tumbuh, (7) motivasi kerja meningkat, (8) produktivitas kerja meningkat, dan (9)menampilkan hidup yang lebih bahagia (Nick Marinove, 2016; Grace Broelock,2015).

Keuntungan-keuntungan inilah yang menjadi pertimbangan utama seseorang mencintai pekerjaannya. Mencintai pekerjaan bisa terjadi sejak mulai mengawali pekerjaan itu, bisa juga di tengah perjalanan karir setelah menemukan sesuatu yang berharga dari pekerjaan itu. Di antara keuntungan itu bisa didapatkan semuanya atau sebagiannya tergantung keterlibatan kita dalam tunaikan amanah pekerjaan itu.

Ada sejumlah upaya yang dilakukan, sehingga bisa benar-benar mencintai pekerjaan, yaitu (1) berusaha termotivasi terus untuk menghadapi tugas setiap harinya, (2) menjaga pekerjaan untuk kemanfaatan yang lebih luas, dan (3) menjaga eksistensi kita melebihi dari besaran pekerjaan kita.

Kemudian berikutnya, (4) merencanaksn pekerjaan dan melaksanakannya sesuai dengan prioritas, (5) berkonsentrasi terhadap tugas sedang dihadapi, (6) memastikan dengan jelas apa yang diharapkan, (7) mengusahakan ada istirahat yang bermanfaat untuk kesejahteraan, (8) belajar bekerja dengan rikekd, dan (9) mengkondisikan tempat kerja lebih nyaman.

Semuanya ini dapat diupayakan secara istiqamah, sehingga bisa mencintai bekerja tulus. Siapapun selalu inginkan bahwa bekerja harus menyenangkan. Jangan sampai menjadi beban. Di sinilah spirit enterpreneurshi dan motif berprestasi terus tumbuh dan berkembang, sehingga berujung dengan produktivitas.

Berbagai upaya yang dilakukan untuk mencintai pekerjaan, bukan tanpa alasan yang kuat. Melainkan, untuk pertanggungjawaban kepada publik, di samping kepada Allah SWT. Jika amanah bekerja yang diberikan kepada kita dan telah dilaksanakan dengan baik dan sungguh-sungguh.

Sehingga, kita mencintai pekerjaan itu secara tulus dengan selalu mengharapkan ridlo Allah SWT, maka kita tidak hanya memperoleh hasil yang membanggakan di dunia saja, melainkan juga insya Allah di akhirat. Kita ingat bahwa “Ad dun-ya mazra-atul aakhirah”. Artinya, “Dunia itu ladangnya akhirat”.

*) Penulis adalah Prof Dr Rochmat Wahab, Rektor Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) Periode 2009-2017, anggota Mustasyar PW Nahdlatul Ulama (NU) DIY, Pengurus ICMI Pusat.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Sholihin Nur
Sumber : TIMES Yogyakarta

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES