Pendidikan

Mata Pelajaran Pancasila akan Diterapkan di SD Sampai PT, Ini Tanggapan Dosen UGM

Kamis, 21 Februari 2019 - 18:24 | 60.49k
Staf Pengajar UGM, Muhammad Nur Rizal. (FOTO: A Tulung/TIMES Indonesia)
Staf Pengajar UGM, Muhammad Nur Rizal. (FOTO: A Tulung/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, YOGYAKARTA – Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) memastikan akan memulai menerapkan mata pelajaran Pancasila mulai tingkat pendidikan dasar (SD) hingga perguruan tinggi (PT).

Pengamat pendidikan yang juga staf pengajar UGM, Muhammad Nur Rizal menilai menanamkan kembali Pancasila melalui mata pelajaran dikhawatirkan akan sekedar menjadi slogan atau bahkan indoktrinasi baru yang akan gagal buat generasi milenial di Indonesia. 

“Alih-alih menginternalisasi Pancasila. Mereka (siswa milenial-Red) justru akan menghindarinya dan mencari atau menemukan paham lain yang asing namun dipercayai lebih sesuai dengan kebutuhan mereka,” kata Rizal (21/2/2019).

Menurut Rizal, meneguhkan kembali Pancasila sebagai watak dan jati diri orang Indonesia di era internet global perlu hadir dengan cara-cara baru yang kekinian yang melibatkan milenial. Mendengarkan suara mereka tidak hanya melalui seminar atau di ruang kelas, melainkan melalui karya nyata yang dirasakan di kehidupan sehari-hari.

“Nilai Pancasila akan lebih mudah dicerna ketika disajikan dalam bentuk film, musik, video pendek, vlog youtube daripada pelajaran klasikal oleh guru dengan metode kuno (lama),” kata Rizal.

Dengan demikian, sambung dia, mereka akan belajar sejarah perjuangan serta nilai-nilai kemanusiaan yang lintas batas agama, etnis budaya dan suku atau berani memperjuangkan keadilan meski berbeda serta harus menghadapi banyak rintangan sebagai wujud nyata berketuhanan di dunia.

Menurut Rizal, aksi atau praktik nyata itu yang lebih dibutuhkan sebagai metode pembelajaran baru yang relevan dengan anak muda. "Tidak mendikte atau menggurui, melainkan memperkaya khazanah pemikiran mereka. Sehingga mereka akan menempatkan Pancasila sebagai payung moral, payung kultural yang telah dan terus ditanamkan dengan nyata," ujar pendiri Gerakan Sekolah Menyenangkan itu.

Untuk itu, kata dia, ekosistem atau lingkungan sekolah perlu dibangun ulang agar menjadi tempat menyenangkan bagi tumbuh suburnya rasa empati untuk memahami perasaan orang lain dengan jujur, mengapresiasi satu sama lain tanpa pamrih. 

Ekosistem ini justru akan mempererat kerja sama di atas perbedaan (gotong royong), dan menjauhkan Pancasila sebagai alat pembatas untuk menilai tingkat kebhinekaan murid karena latar belakangnya. "Guru tidak memakai Pancasila sebagai alat ukuran moral bagi murid yang penurut atau kritis," katanya.

Rizal menuturkan bukti bahwa Pancasila telah menyatukan bangsa Indonesia yang besar, beragam suku, budaya, etnis dan agama adalah wajib disyukuri. 

Sebelumnya, Pelaksana Tugas (Plt) Kepala BPIP Hariyono mengklaim sudah berkoordinasi dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) terkait mata pelajaran Pancasila bagi siswa SD, SMP, dan SMA, serta mata kuliah bagi mahasiswa di PT. "Pancasila akan dijadikan mata kuliah dan pelajaran yang wajib, tetapi materinya disampaikan secara kontekstual, bukan teks-teks kognitif berupa hafalan di kepala," kata Hariyono. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan
Sumber : TIMES Yogyakarta

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES