Kopi TIMES

Memaknai Yel-Yel PKPNU

Kamis, 21 Februari 2019 - 10:09 | 745.03k
Zulfan Syahansyah (Grafis: TIMES Indonesia)
Zulfan Syahansyah (Grafis: TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Seperti halnya penulis, semua kader NU yang sudah dibait saat mengikuti PKPNU, pastinya dengan mantab dan penuh keyakinan akan berseru "NU" saat mendengar seruan "Siapa kita...". Penegasan jawaban "NU" ini tentunya memiliki makna tersirat, dari sekedar yel-yel pada umumnya.

Dalam teori lesapan bahasa, ada makna kata atau kalimat yang tersimpan dari penegasan kata "NU" tersebut. Makna atau kata lesapan itu bisa berarti: "Kita adalah kader NU", atau: "Kita pejuang NU", atau mungkin: "Kita adalah warga NU"

Semua contoh kalimat itu  benar dan bisa dijadikan makna seruan "NU" sebagaimana dimaksud. Dan jika diuraikan, saat ada seruan "Siapa kita..", jawabannya adalah "Kita adalah warga, kader, sekaligus pejuang "NU".

Demikian makna penegasan kata "NU" dalam yel-yel PKPNU. Pastinya ini bukan makna yang mengikat. Siapa saja bisa memaknai sesuai pemahamannya. Tentu setelah mengikuti proses PKPNU dan dibait sebagai kader. Karena jika belum, penulis ragu seseorang bisa memahami maknanya, meski pun dia terlahir, besar di keluarga Nahdiyin, atau bahkan tercatat sebagai pengurus NU sekali pun.

Bagi para pembenci NU, baik dari kalangan komunis atau kelompok muslim ekstrimis, yel-yel PKPNU ini pasti menuai cibiran. Rakyat Indonesia yang "setia" dengan faham komunis pasti selalu mengintai langka warga Nahdiyin yang menyatakan NKRI harga mati. Segala cara dilakukan agar Indonesia bisa kembali menerima faham komunis. Dan PKI pun menjadi satu partai yang kembali diakui negara.

Bagi NU, kekhawatiran kebangkitan faham komunis ini relatif ringan. Hal itu karena semua lapisan bangsa Indonesia  menganggap bahwa komunis adalah musuh bersama. Bukan hanya musuh warga Nahdiyin.

Karena musuh bersama, maka perlawanan kepada faham komunis pun dihadapi bersama oleh semua komponen bangsa dengan aneka etnis, agama serta golongan yang ada. Dan dikalangan muslim sendiri, semuanya menolak keberadaan faham komunis di Indonesia.

NU, Muhammadiyah, Al-Irsyad, FPI, dan semua ormas Islam menentang PKI. Semua kelompok muslim, baik yang moderat, atau yang ekstrim sama-sama menolak.

Jika perlawanan komunis terhadap gerakan NU cenderung ringan, tidak demikian kelompok muslim ekstrimis. Mereka m nyerang NU dengan menggunakan agama sebagai senjata.

Mereka menjadikan agama sebagai tank-tank dan kendaraan tempur yang membuat mereka kuat dan menyerang siapa saja yang dianggap lawan.

Model serangan kelompok ini cenderung masif, stagnan; menyerang Nahdiyin dengan nas-nas agama yang mereka fahami secara dangkal.

Untuk yel-yel PKPNU, saat ditanya siapa kita, lalu dijawab "NU", kelompok muslim ekstrimis pasti akan mencemoohnya. Mereka tentu akan bersuara: "Islam di atas segalanya. Jika Nahdiyin lebih bangga menjawab "NU" saat ditanya "Siapa kita", maka kami akan menjawab "Muslim".

Demikian pastinya narasi yang mereka gunakan untuk mematahkan semangat yel-yel PKPNU. 
Itulah kedangkalan cara berfikir kelompok muslim ekstrimis, seperti yang penulis maksud.

Bagaimana kita warga nahdiyin menegaskan makna seruan "NU" kepada mereka?

Allah SWT berfirman:
{وإن تولوا فقولوا اشهدوا بأنا مسلمون}
"Dan jika mereka berpaling, maka katakan: saksikanlah bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri" (QS. Al-Imron: 64)

Kata "mullslimun" disana bermakna berserah diri kepada Allah. Objek seruan dalam ayat itu adalah para ahlul kitab. Sedangkan untuk umat Islam, makna "berserah diri kepada Allah" tidak bisa lain kecuali melalui Rasulullah. Karena hanya melalui Rasulullah sajalah kita bisa menuju Allah. Tanpa beliau tidak mungkin.

Untuk saat ini, sebagai rakyat Indonesia yang muslim, apa cukup kita berseru "muslim" saja?
Tidak. Karena banyak juga mereka yang mengaku muslim, namun tidak kurang ajar kepada Rasulullah. Mereka mengaku muslim, tapi suka mengkafirkan muslim lainnya. Mereka mengaku muslim, tapi menganggap tanah airnya menganut sistem kafir. Mereka adalah muslim yang bahkan menghalalkan darah sesama muslim.

Warga NU adalah lawan dari mereka yang mengaku muslim, namun berfikirnya seperti Dzul Khuwaisirah yang menghina Rasulullah. Tak ubahnya Al-Hakam yang karena kemunafikannya diasingkan oleh Nabi ke Taif. 

NU juga musuh kelompok muslim yang masuk barisan Ibnu Abdul Wahab, yang membantai sesama muslim karena berbeda aliran; yang memaksakan faham keagamaannya sebagai landasan negara.

NU selalu siap sedia membentengi warganya dari mereka yang mengaku muslim dan mengekor kebiadaban pola pikir AlBanni yang berencana memindahkan jasad Rasulullah SAW.

Itulah sikap kami warga NU. Tegas kepada mereka yang merongrong kedaulatan NKRI. Siap menjadi benteng menahan serangan dari kelompok yang menjadikan agama sebagai senjatanya.

Maka, saat ditanya: "Siapa kita..?"
Dengan bangga dan penuh percaya diri akan kami jawab: "NU"
Kami berlindung kepada Allah SWT...

* Penulis adalah Zulfan Syahansyah Dosen Aswaja Pascasarjana UNIRA Malang
*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Yatimul Ainun
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES