Kopi TIMES

Kiat Melakukan Resolusi Konflik

Rabu, 20 Februari 2019 - 20:30 | 92.99k
Prof Dr Rochmat Wahab, Rektor Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) Periode 2009-2017, anggota Mustasyar PW Nahdlatul Ulama (NU) DIY, Pengurus ICMI Pusat. (Grafis: TIMES Indonesia)
Prof Dr Rochmat Wahab, Rektor Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) Periode 2009-2017, anggota Mustasyar PW Nahdlatul Ulama (NU) DIY, Pengurus ICMI Pusat. (Grafis: TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, YOGYAKARTA – Setiap individu memiliki fitrah keunikan yang mengarahkan untuk mengkonstruk kepentingan. Kepentingan yang biasa dalam kehidupan kita, relatif masih bisa diatur. Namun, menguatnya kepentingan berpotensi timbulnya konflik yang cenderung merugikan, dengan segala variasi konflik.

Konflik terjadi itu biasa dalam kehidupan. Konflik secara sepintas memang bisa untungkan pihak yang memenangkan. Namun, pada hakekatnya apa pun bentuk konflik, akhirnya juga merugikan semua.

Artinya, bahwa kemenangan yang diperoleh dari konflik adalah kemenangan semu, yang boleh jadi kelompok saat ini menang. Tetapi, pada saat yang lain bisa kalah. Karena konflik itu cenderung bisa merugikan semua. Maka, cepat atau lambat harus segera diupayakan ada resolusi konflik.

Ketika konflik itu bisa diselesaikan secara efektif. Maka, dampak positifnya adalah diperolehnya dua keuntungan. Yaitu, pencapaian tujuan yang memuaskan dan penguatan hubungan antara kedua pihak yang berhadapan dan terlibat konflik.

Dalam konteks tahun politik yang menampilkan dua kubu yang berjuang merebut simpati pemilih yang sama-sama fanatiknya. Tentu, memiliki potensi kuat terjadi konflik di kemudian hari yang sangat membahayakan bagi keutuhan bangsa dalam bingkai NKRI.

Karena itu, perlu sekali diantisipasi sejumlah alternatif resolusi konflik yang berbasis nilai-nilai pancasila. Di samping itu, mengadopsi nilai-religius dan membangun respek terhadap keragaman.

Kini ada tanda-tanda nyata bahwa antar umat beragama bahkan antar umat seagama yang berada di dua kubu yang berbeda sengaja dibuat berhadap-hadapan dengan grand design-nya. Maka, umat beragama, terutama yang beragama Islam wajib berhati-hati untuk menjaga idealisme dan atau kepentingan. Sehingga, tidak menjadi korban dengan biaya sosial yang sangat tinggi.

Karena itu, perlu mengingat, QS Al Hujurat:10, yang berbunyi “innamal mu-minuuna ikhwatun fa-ashlihuu baina akhawaikum, wattaqullaaha la’allakum turhamuun”. Artinya, Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertawakkallah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat.

Memahami terjadinya perbedaan kubu adalah sangat penting, Namun, yang jauh penting adalah kesiapan antara keduanya untuk melakukan ishlah atau resolusi konflik.

Berkenaan dengan konflik yang terjadi di dunia kerja. Sonya Krakoff (2019) menformulasikan lima strategi Resolusi Konflik yang perlu dipertimbangkan. (1) Jangan hindari konflik, (2) Klarifikasi apa yang menjadi persoalan, (3) Libatkan pihak-pihak secara bersama-sama untuk bicara, (4) Identifikasi suatu solusi, dan (5) Teruskan dengan memantau implementasi, jika masih ada masalah lakukan lagi cari solusi yang bisa diterima keduanya.

Strategi ini dapat ditransformasikan dalam berbagai situasi konflik, apakah pada skala kecil, menengah atau besar. Semoga dengan kecerdasan, kreativitas dan komitmen moral yang kita miliki, kita dapat lakukan resolusi konflik dengan hasil yang terbaik yang bisa memberikan kepuasan bagi semua.

Setelah memperhatikan kondisi objektif bangsa dan umat kita yang sangat hiterogin, baik latar belakang, kondisi saat ini dan cita-citanya. Maka, potensi konflik tidak bisa dihindari. Untuk itu perlu secara personal, kolektif atau institusional kembangkan pemahaman dan strategi tentang resolusi konflik.

Sehingga, bisa dicegah adanya konflik yang bisa mengancam eksistensi hidup kita. Kita semua harus menjadi subjek untuk setiap konflik yang kemungkinan terjadi.

Semoga kita hidup dalam kerukunan dan kedamaian. Jika konflik itu dimunculkan untuk suatu tujuan kebaikan, maka perlu kehati-hatian sehingga tidak kontraproduktif. Kebersamaan, saling pengertian dan kedamaian harus menjadi kebutuhan hidup kita semua untuk mencapai cita-cita yang besar, terbangunnya bangsa dan ummat yang bermartabat. (*)

 

*) Penulis adalah Prof Dr Rochmat Wahab, Rektor Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) Periode 2009-2017, anggota Mustasyar PW Nahdlatul Ulama (NU) DIY, Pengurus ICMI Pusat.

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES