Indonesia Positif

Karena Rendahnya Literasi Sains ICRS Teliti PEER Anak Usia SMP Islam

Rabu, 20 Februari 2019 - 23:03 | 76.37k
Seluruh tim peneliti dari tiga wilayah di Jawa berfoto bersama usai mengikuti workshop penulisan hasil penelitian, Selasa (19/2/2019). (FOTO: Dokumentasi tim peneliti ICRS).  (FOTO: AJP/TIMES Indonesia)
Seluruh tim peneliti dari tiga wilayah di Jawa berfoto bersama usai mengikuti workshop penulisan hasil penelitian, Selasa (19/2/2019). (FOTO: Dokumentasi tim peneliti ICRS). (FOTO: AJP/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, MALANG – Terdorong oleh rendahnya literasi Sains di dunia Islam Indonesia, sekelompok peneliti di bawah naungan ICRS (Indonesian Consortium for Religious Studies) mengadakan penelitian PEER, Penguatan Pendidikan SAINS di sekolah-sekolah Islam Indonesia. 

Diselenggarakan selama tiga tahun terakhir, penelitian yang didukung langsung oleh USAID dan National Academy of Science ini fokus menelusuri literasi SAINS di kalangan anak-anak, khususnya di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP) Islam. Siswa SMP dipilih sebagai objek penelitian, karena menurut pihak peneliti masa SMP sangat tepat untuk masa peralihan.

ICRS2.jpg

Penelitian dilakukan di tiga wilayah, yakni Jogjakarta, Lamongan, dan Malang. Para tim peneliti yang terkumpul melalui perekrutan terbuka, merumuskan penerapan SAINS di sekolah-sekolah Islam, serta interegasi wacana keagamaan dalam pengajaran SAINS yang dapat bermanfaat bagi para siswa.

“Kita belajar dari sejarah, bahwa di abad pertengahan ada banyak sekali penemu penemu Muslim. Kita lihat pula sekarang, Indonesia termasuk masyarakat Muslimnya sangat besar namun literasi SAINS-nya rendah,” ungkap Askuri, penggagas penelitian, saat ditemui di sela workshop tim peneliti di Hotel Zam Zam, Batu, Malang, Selasa (19/02/2019).

ICRS3.jpg

Menurut Askuri, rendahnya literasi SAINS juga banyak terjadi di kalangan anak-anak Muslim yang menempuh pendidikan di sekolah Islam dan Pesantren. Hasil yang didapat berdasarkan analisis sejarah pendidikan, sempat terjadi polemik bahwa pendidikan Pesantren tidak lagi cocok untuk diterapkan di Indonesia, karena hanya mengajarkan ilmu Agama.

“Saya teringat dulu ketika menempuh pendidikan di Pesantren, ada salah satu doktrin yang dianut tentang Ilmu keagamaan dan Ilmu keduniaan. Ilmu Agama wajib bagi setiap orang, namun untuk Ilmu keduniaan, jika sudah ada satu umat Muslim yang mempelajari ilmu tersebut, maka gugur kewajiban umat Islam lainnya untuk turut mempelajarinya. Doktrin tersebut sangat kuat, sehingga asumsi saya, itulah alasan mengapa mereka kuat menganut ilmu keagamaan tanpa melirik Ilmu SAINS,” jelas Askuri.

Selain itu, Askuri berpendapat bahwa di era modern ini, berbagai aspek kehidupan telah masuk ke ranah Islam, kecuali SAINS. Melalui penelitian ini, Askuri dan tim ingin membuktikan bahwa Islam sesungguhnya sangat potensial untuk mendukung pembelajaran SAINS.

“Kalau belajar SAINS adalah baik, maka sama halnya dengan kita belajar Agama. Semakin para siswa paham tentang Islam, maka harusnya telah siap belajar SAINS” lanjut doktor lulusan ICRS Universitas Gadjah Mada ini.

Masing-masing wilayah penelitian diwakili langsung oleh 3 peneliti. Pada tahun pertama, penelitian dipusatkan untuk mengetahui bagaimana pendidikan SAINS diajarkan di sekolah-sekolah Islam. Menurut pihak tim peneliti, hasil yang didapat di lapangan menyatakan belum banyak para guru yang mampu menerapkan interegasi keislaman dalam pola pengajaran mereka.

“Ada satu kegagapan guru-guru dalam mengajarkan nilai Islam dalam pendidikan SAINS. Takut dosa, takut dengan Kyai, bukan otoritas mereka, dan sebagainya. Artinya memang ada satu keterpisahan antara Islam dan SAINS. Padahal sebenarnya kedua hal tersebut masih sangat berhubungan” kata Askuri.

Berdasarkan hasil tersebut, tahun selanjutnya yakni 2018 lalu, pihak peneliti mulai membentuk tim untuk mengembangkan modul pembelajaran SAINS. Tim pengembang modul merupakan para guru dari sekolah-sekolah di Jogjakarta. Di tahun yang sama pula, modul diterapkan langsung pada para siswa di sekolah Islam yang telah menjadi fokus penelitian.

“Responnya sangat positif. Program kami ini mampu menumbuhkan minat belajar SAINS untuk siswa. Mereka juga merasa sangat terbantu untuk memahami materi melalui modul kami. Interegasi Islam tentu diberikan pada saat penyampaian materi,” papar Ulil Fitriyah, perwakilan peneliti dari UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.

Berbeda dengan di Malang, hasil penelitian di Lamongan menyatakan penerapan modul justru sedikit memiliki kekurangan.

“Untuk di Lamongan sendiri responnya bagus, sangat difasilitasi dengan baik oleh sekolah. Para guru juga telah melaksanakan sesuai dengan pedoman dari kami. Hanya saja belum optimal untuk meningkatkan kemampuan kognitif para siswa. Kami masih akan terus mengembangkan pola pembelajaran dalam modul ini,” ujar Abdul Ghofur, koordinator peneliti dari STKIP PGRI Lamongan.

Selain produk modul, para peneliti juga memberikan bahan ajar berupa video presentasi untuk menunjang penjelasan tentang praktikum SAINS. Para peneliti pun dituntut untuk menghasilkan jurnal ilmiah berdasarkan laporan yang mereka dapat. Yang menarik perhatian adalah, meskipun penelitian ini bergerak di bidang SAINS, namun tidak semua peneliti mempunyai latar belakang sebagai pendidik SAINS.

Tahun 2019 ini merupakan puncak penelitian. Para tim peneliti akan menguji efektifitas berbagai program yang telah disampaikan, serta menuliskan seluruh hasil penelitian. Nantinya, hasil akhir tersebut akan direkomendasikan kepada Kementrian Agama pusat, agar program yang telah terbentuk dapat dikembangkan lebih luas di skala yang lebih besar.

Dengan penelitian ICRS (Indonesian Consortium for Religious Studies) dalam melakukan penelitian PEER, Penguatan Pendidikan SAINS di sekolah-sekolah Islam Indonesia, Askuri berharap riset ini memberi suatu inspirasi pada sekolah-sekolah Islam. "Bahwa kita tidak perlu takut untuk selalu berkreasi dan berinovasi dalam banyak hal. Baik dalam kurikulum maupun metode pembelajaran, sehingga sekolah-sekolah Islam lebih giat belajar SAINS yang dimotivasi oleh nilai Agama,” ujar Askuri. (*)

 

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : AJP-9 Editor Team
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES