Ujang Komarudin: Money Politics Itu Ibarat Uang Cendol bagi Sebagian Masyarakat
TIMESINDONESIA, JAKARTA – Survei yang dilakukan Charta Politika terhadap tiga dapil DKI Jakarta menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat masih memaklumi money politics. Bahkan menurut pengamat politik dari Universitas Al Azhar Ujang Komarudin, politik uang tersebut diistilahkan dengan 'uang cendol' oleh sebagian orang.
"Saya pernah melakukan riset kecil-kecilan di daerah Jabar (Jawa Barat). Masyarakat memang memaklumi money politics itu, bahkan mereka menyebutnya uang cendol," kata Ujang kepada TIMES Indonesia, Selasa (12/2/2019).
Ujang bercerita, sebelumnya dirinya pernah menjadi ketua tim sukses salah satu caleg. Kala itu ada masyarakat yang berkata bahwa seorang caleg atau pun tim sukses tak akan dipilih jika tidak menyiapkan 'uang cendol' tersebut.
"Pernah saya ditanya kalau pak Ujang kampanye mati-matian, bersuara lantang, keras mengajak kami, ketika bapak tidak mempersiapkan uang cendol di hari H kita tidak akan memilih, kasian bapak tidak akan menang," ucap Ujang mencontohkan.
Melihat kenyataan yang demikian, Ujang menyebut permasalahan money politics ini harus betul-betul dituntaskan. Sebab jika dibiarkan, yang rugi adalah masyarakat.
"Ketika money politics dan 'uang cendol' ini menyebar dan masif, yang dihasilkan hanyalah politik kotor, politik membeli suara. Karena apa? Karena ketika (caleg) jadi (terpilih) maka, akan terjadi korupsi dan ini berbahaya bagi pembangunan bangsa," tandas Ujang Komarudin merespons survei Charta Politika. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Advertisement
Editor | : Deasy Mayasari |
Publisher | : Lucky Setyo Hendrawan |
Sumber | : TIMES Jakarta |