Kopi TIMES

Hakikat Dzikir

Selasa, 05 Februari 2019 - 14:05 | 343.36k
KH Zulfan Syahansyah (Grafis: TIMES Indonesia)
KH Zulfan Syahansyah (Grafis: TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, JAKARTADZIKIR yang paling utama adalah dzikir yang ada di dalam Al-Qur'an. Orang pandai tidak akan mengatakan ada dzikir yang sama, apalagi melebihi dzikir yang terkandung dalam Al-Qur'an. 

Al-Qur'an itu Kalam Allah yang yang tidak ada satu kesalahan pun di dalamnya. Termasuk dzikir yang terkandung di dalam Al Quran adalah bacaan shalawat kepada Rasulullah SAW. Sebagaimana firman-Nya, yang artinya:

"Sesungguhnya Allah SWT dan para malaikat bershalawat kepada Nabi (Muhammad). Wahai orang-orang yang beriman, bershalawat kamu kepadanya, dan sampaikanlah salam dengan sebaik-baik salam" (QS. Al-Ahzab: 56).

Selanjutnya, ada juga dzikir dengan menyebut lafdz jalalah mufrad, yakni "Allah". Sebagaimana firman Allah: "Maka sebutlah isim "Allah", sebagaimana kalian menyebut (membanggakan) nenek moyang kalian, atau berdzikir lah lebih banyak dari itu" (QS. Al-Baqarah: 200).

Dalam berdzikir, disunnahkan berjemaah dengan suara lantang. Hal itu sebagaimana sabda Nabi:

"Tidaklah satu kaum (kelompok/jama'ah) duduk sambil berdzikir kepada Allah Azza wajalla, kecuali mereka dikelilingi oleh para malaikat, dilimpahkan rahmat, dan diberkati ketenangan. Dan Allah menyebut (membanggakan) mereka yang sedang berdzikir kepada makhluk Allah yang ada di sisi-Nya".

Adapun dzikir wajib harian yang menjadi rutinitas para murid At-Tijani, maka penentuan bilangan dzikir yg dibaca itu pun berlandaskan atas syari'at. Dalam hal ini, Rasulullah SAW bersabda:

"Paling dicintainya amalan oleh Allah adalah yang (dikerjakan) paling istiqamah, meski pun hanya sedikit".

Maka, tiadalah mungkin seorang Muslim bisa disebut beristiqamah dalam satu amalan tanpa mengetahui bilangannya.

Selanjutnya, doa adalah rukun yang agung dari sekian rukun dalam beribadah. Allah SWT berfirman:

"Dan Tuhanmu berseru: "Berdo'alah kepada-Ku, niscaya Aku jawab untuk kalian. Sesungguhnya orang-orang yang sombong dalam beribadah (berdo'a) kepada-Ku, mereka akan masuk ke dalam neraka Jahanam dalam keadaan terhina" (QS. Gafir: 60).

Ayat di atas menjelaskan bahwa, orang yang tidak mau berdoa sejajar dalam tingkatan orang-orang yang sombong dalam beribadah kepada Allah. Semoga kita dilindungi dari sikap seperti itu.

Syari'at membenarkan berdoa dari apa yang telah diilhami oleh Allah kepada seseorang, meski tidak termaktub dalam nash, baik Al Quran atau hadis Nabi.

Rasulullah SAW bersabda: "Do'a hamba senantiasa diijabahi, selama itu bukan do'a untuk berbuat dosa, dan bukan juga untuk memutus hubungan silaturrahmi".(*)

* Penulis adalah KH Zulfan Syahansyah, Dosen Aswaja Pascasarjana UNIRA Malang

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Yatimul Ainun
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES