Kopi TIMES

Mengawal Indonesia Menuju Lumbung Pangan Dunia 2045

Senin, 04 Februari 2019 - 14:45 | 65.73k
Staf Polbangtan Malang, Abdus Salim. (Grafis: Dena/TIMES Indonesia)
Staf Polbangtan Malang, Abdus Salim. (Grafis: Dena/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, MALANGHumble, penyabar dan dan murah senyum itulah sosok Pending Dadih Permana. Saya suka birokrat yang juga mantan aktivis mahasiswa asal NTB ini. Orasinya bertema “Dukungan Kebijakan Alsintan Menuju Indonesia Lumbung Pangan Dunia 2045” disampaikan pada kuliah umum di hadapan mahasiswa dan dosen Polbangtan Malang, 25 Januari 2019. Beliau berorasi dalam kapasitas sebagai Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian Kementerian Pertanian Republik Indonesia (Kementan RI). 

Saya dengarkan, cukup berjiwa dan menggetarkan. Ternyata ratusan mahasiswa yang hadir juga ikut terpukau dengan sosoknya. Bagi orang pembelajar, akan selalu dapat ilmu dan pelajaran dari setiap penjelasannya. Tenang dalam menyampaikan gagasan, wejangan dan pemikirannya banyak yang tak terduga mengandung makna yang dalam meski diucapkan dengan santai.

Dalam paparannya yang dilengkapi dengan data-data, terselip kata yang memuat narasi tentang kepedulian pada regenerasi petani. Bahwa potensi anak muda sukses menjadi petani itu sangat besar, mengingat Indonesia membutuhkan regenerasi untuk mengelola pertanian karena kebanyakan anak petani cenderung memilih profesi di luar sektor pertanian, sehingga sumber daya manusia  (SDM) di sektor ini berkurang. 

Menurutnya, Indonesia pada suatu masa akan kehilangan petani, sebab dalam rentang waktu 2010 hingga 2014 saja tenaga kerja pertanian berkurang sebanyak 3,15 juta orang. Berdasarkan hasil Sensus Pertanian 2013, pertanian Indonesia rata-rata berusia tua. Sebanyak 62% petani Indonesia berumur di atas 45 tahun. 

Artinya, jika hal tersebut dibiarkan begitu saja maka krisis pangan dapat terjadi di masa depan, mengingat kebutuhan pangan semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk. Sementara produksi semakin berkurang karena banyak alih fungsi lahan serta kurangnya SDM yang terlibat dalam sektor pertanian.

Nah, pertanyaan selanjutnya adalah kenapa anak muda yang berpendidikan tinggi ini jadi khawatir tidak bisa sukses menjadi petani? Padahal orang yang tidak berpendidikan saja bisa sukses dengan menjadi petani bahkan ia tidak hanya kaya raya tapi juga bermanfaat untuk sekelilingnya. Oleh karena itu, menurut Dadih, pembentukan karakter SDM ini penting dalam menunjang penguatan regenerasi pertanian. 

Hal menarik lainnya yang ditawarkan Dadih, tentang modernisasi pertanian. Modernisasi pada kegiatan budidaya pertanian secara keseluruhan, meliputi kegiatan pengolahan lahan, penanaman, pemanenan, dan pengolahan hasil pertanian. Langkah ini dipercaya dapat mengatasi persoalan keterbatasan tenaga kerja pada sektor pertanian dan juga turut meningkatkan pendapatan petani.

Menurut Dadih, dalam upaya pengembangan mekanisasi pertanian, Kementan RI telah menyalurkan bantuan alsintan sekitar 350 ribu unit. Bantuan tersebut terdiri dari traktor roda dua, traktor roda empat, pompa air, rice transplanter, chopper, cultivator, excavator, hand sprayer, implemen alat tanam jagung, dan alat tanam jagung semi manual. 

“Bantuan ada yang langsung diberikan ke kelompok tani, ada juga yang ditempatkan di dinas pertanian untuk dimanfaatkan dalam program brigade alsintan. Pemanfaatan alsintan ini sebagai upaya peningkatan modernisasi pertanian diyakini mampu tingkatkan efisiensi usaha tani 35 hingga 48 persen.

"Apabila 1 hektare biaya produksi padi secara manual adalah Rp 6.500.000,00 per musim, maka dengan alsintan ini dapat menghemat sampai 40 persen yaitu sekitar Rp 2.600.000,00  per hektare per musim sehingga biaya produksi hanya Rp 3.600.000,00 juta per hektare," paparnya.

Dalam upaya mencapai itu semua pembentukan karakter SDM pertanian sangatlah penting, meliputi penyuluhan, pelatihan, dan pendidikan. Penumbuhan tunas/kader secara berjenjang dan intensif harus dilakukan dengan merevitalisasi konsep regenerasi pertanian agar memiliki target yang jelas.

"Indonesia ini luar biasa, saya orang pertanian, saya paham betul mengenai hal ini. Saya besar di daerah dan bertani sampai sekarang. Makanya saya paham betul kalau kita (Indonesia) punya potensi bisa bercocok tanam sepanjang tahun, saya optimis dan yakin bahwa Indonesia bisa menjadi lumbung pangan dunia 2045 saat itu Indonesia memasuki tahun keemasan atau bertepatan dengan 100 tahun Kemerdekaan Indonesia dimana hasil panen dan pangan sangat melimpah,” ujarnya.

Dengan segala kondisi ini, penulis melihat adanya ancaman dan tantangan ke depan terhadap pertanian di Indonesia. Namun hal ini haruslah membawa spirit dan semangat bersama untuk mengawal Indonesia menuju lumbung pangan dunia 2045. Ya, setidaknya dengan memilih profesi sebagai petani, kita bisa sedikit membantu ketersedian pangan bangsa kita sendiri!

Kawal, kawal, kawal......!

 

*)Penulis Opini: Abdus Salim (Staf Polbangtan Malang)

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Ferry Agusta Satrio
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES