Peristiwa Internasional

Indonesia-Jerman, Sebuah Kisah Persahabatan Sejak Abad 19

Minggu, 03 Februari 2019 - 12:58 | 265.58k
Para pembicara acara Sarasehan ke-100 di Brandenburger Tor Museum, Berlin, Jerman (Foto: Iwa/TIMES Indonesia)
Para pembicara acara Sarasehan ke-100 di Brandenburger Tor Museum, Berlin, Jerman (Foto: Iwa/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, JERMAN – Jalinan persahabatan antara Indonesia dan Jerman sudah berlangsung sejak awal abad ke-19. 

Kala itu, beberapa tokoh kenamaan Jerman seperti Adolf Bastian, Ludwig Ingmer Nommensen dan Caspar Georg Carl Reinwardt berinisiatif untuk membangun sebuah kebun raya di Bogor, Jawa Barat. 

Dari tanah air beberapa figur sentral bangsa seperti Raden Saleh, Bung Hatta, dan B. J. Habibie pernah menimba ilmu serta tinggal di Jerman. 

Nama "Indonesia“ yang secara historis berasal dari bahasa Yunani dan berarti "Kepulauan India“ dipilih oleh para pemuda negeri ini ketika dengan gigih ingin mewujudkan sebagai sebuah bangsa merdeka. 

Nama tersebut diberikan seorang peneliti Jerman kenamaan tentang Indonesia, yaitu Adolf Bastian (1826-1905).

Dubes-RI-untuk-Jerman-Arif-Havas--Oegroseno.jpgDubes RI untuk Jerman, Arif Havas  Oegroseno, memberi sambutan pada acara Sarasehan ke-100

Dari beberapa kunjungannya ke Indonesia antara tahun 1861-1898, ia menghasilkan lima jilid karyanya yang berjudul "Bangsa-bangsa di sebelah Timur Asia“. Pada salah satu jilid tersebut, ia mempopulerkan nama „
"Indonesia“ untuk kali pertama di Jerman. 

Tidak sedikit pula ilmuwan dan seniman Jerman yang mencurahkan perhatiannya terhadap Indonesia. Ahli geografi Franz Wilhelm Junghuhn bahkan menghabiskan sebagian besar masa hidupnya untuk mempelajari geografi dan geologi Indonesia. Pelukis Jerman Walter Spies (1895-1942) tinggal dan menetap di pulau Bali dan karya-karyanya memengaruhi seni lokal.

Di sisi lain, salah satu pelukis tersohor Indonesia, Raden Saleh (1811-1880), menghabiskan beberapa waktunya di Jerman. Karya-karya Raden Saleh tidak dapat dipungkiri sedikit banyak memengaruhi dunia seni lokal setempat. Tidak ada pelukis Asia lain yang memiliki hubungan istimewa dengan seni kontemporer Eropa pada masa itu. 

Dalam sebuah surat yang ditujukan untuk Herzog Ernst II dari Sachsen, Coburg, dan Gotha ia menulis, “Saya datang ke Eropa sebagai seorang Jawa, dan sebagai seorang berkarakter Jerman saya pulang kembali ke Jawa.” 

Tokoh Indonesia lain misalnya adalah Presiden Indonesia ketiga B.J. Habibie. Beliau kuliah dan menghabiskan sebagian besar hidupnya di Jerman.

Hingga kini, hubungan bilateral antara Indonesia dan Jerman di berbagai bidang senantiasa meningkat. Hal tersebut ditandai oleh persahabatan yang erat serta kerja sama yang terus membaik. 

Hubungan bilateral kedua negara semakin diperkuat dengan disepakatinya perjanjian oleh kedua kepala pemerintahan masing-masing, yang dinamai Deklarasi Jakarta pada tahun 2012.

Kepala-BNPT-Komjen-Pol-Drs-Suhardi-Alius.jpgKepala BNPT Komjen Pol. Drs.  Suhardi Alius, M.H. presentasi pada acara Sarasehan ke-100

Perjanjian tersebut memberikan dasar bagi kerja sama yang erat dan multidimensi bagi kedua negara. Pada tahun 2016, kedua kepala pemerintahan menegaskan kembali komitmen mereka untuk kemitraan sebagaimana tercantum dalam Deklarasi Jakarta.

"Jerman saat ini adalah mitra kerjasama pembangunan bilateral terbesar ketiga untuk Indonesia setelah Jepang dan Amerika Serikat,“ ungkap Arif Havas Oegroseno, Duta Besar RI untuk Republik Federal Jerman, pada perayaan acara Sarasehan ke-100. Acara digelar pada tanggal 31 Januari 2019 di Brandenburger Tor Museum, Berlin, Jerman.

Menyadari pentingnya hubungan kedua negara, saling pengertian serta memperkuat hubungan bilateral, dan juga mempertimbangkan posisi kedua negara sebagai Anggota Tidak Tetap Dewan Keamanan PBB untuk periode 2019-2020, KBRI Berlin berkomitmen untuk menyoroti dan membahas isu-isu hubungan bilateral ini melalui Sarasehan.

Acara Sarasehan sendiri diadakan untuk pertama kalinya oleh KBRI Berlin pada tanggal 26 Oktober 2008. Sejak saat itu, 104 pembicara yang terdiri dari ilmuwan, seniman, perwakilan dari organisasi atau lembaga pemerintah dan non-pemerintah baik dari Jerman maupun Indonesia dan negara-negara lain diundang sebagai narasumber acara ini.

Pada edisi Sarasehan ke-100 ini, perwakilan senior dari kementerian dan organisasi pemerintah diundang untuk membahas tiga topik utama kerja sama bilateral Jerman-Indonesia, yaitu: keamanan dan pemberantasan terorisme, kerjasama perekonomian/perdagangan dan pengembangan, serta pendidikan dan ilmu pengetahuan. 

Hadir sebagai pembicara Duta Besar Ina Lepel (Direktur Jenderal Kementerian Luar Negeri Jerman Bidang Asia Pasifik), Dr. Oliver Bange (Kementerian Pertahanan Jerman), Martin Grönert (Dinas Keamanan Jerman), Heidrun Tempel (Pejabat pemerintah untuk Bidang Politik Keilmuan Luar Negeri, Pendidikan dan Penelitian serta Budaya), Jutta Kranz-Plote (Kementerian Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan Federal Jerman), Sabrina Netzer (Ketua Bidang Asia Selatan dan Asia Tenggara, Pasifik di Kamar Industri dan Dagang Jerman (DIHK), dan Michael Hörig (Dinas Pertukaran Akademisi Jerman (DAAD). 

Dari Indonesia diwakili oleh Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Pol. Drs. Suhardi Alius, M.H. 

Dalam presentasi dihadapan audiens yang sebagian besar dari Jerman tersebut, Suhardi memaparkan mengenai upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam menghadapi terorisme. 

Presentasinya diberi judul “Indonesia’s Effort in Preventing and Countering Terrorism at the National and Regional Level”.

Tujuan dari acara ini adalah  untuk menemukan landasan bersama bagi kerja sama dan kolaborasi di masa depan dan untuk memajukan kepentingan serupa yang akan bermanfaat bagi kedua negara.

Dari acara Sarasehan ini diharapkan pedoman kerja sama jangka pendek dan menengah antara Jerman dan Indonesia dapat dihasilkan dan diimplementasikan.(*)

* Penulis Iwa sobara, M.A,  Dosen Bahasa Jerman Universitas Negeri Malang yang sedang menempuh S3 di Technische Universität Berlin

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES