Wisata

Museum Gubug Wayang Komitmen Pertahankan Dunia Wayang

Kamis, 24 Januari 2019 - 09:31 | 253.87k
Acara pagelaran Wayang Wahyu di Peniwen. (FOTO: Istimewa)
Acara pagelaran Wayang Wahyu di Peniwen. (FOTO: Istimewa)

TIMESINDONESIA, MALANGMuseum Gubug Wayang (MGW) berkomitmen untuk terus memberikan edukasi sekaligus mempertahankan dunia wayang sebagai simbol budaya Nusantara salah satu diantaranya dengan mengembangkan galeri ke sejumlah daerah.

Direktur Museum Gubug Wayang, Cynthia Handi kepada TIMES Indonesia, Kamis (24/1/2019) pagi mengatakan MGW sejak awal memang bertekad tetap mendekatkan budaya wayang yang sarat dengan filosofi itu dengan masyarakat lintas agama. "Pemahaman ini harus terus diberdayakan di tengah masyarakat, terutama generasi muda agar mereka tahu betapa kayanya kita akan budaya selama berabad-abad," tandas Cynthia.

Sebagai wujud komitmennya itu, beberapa waktu lalu, MGW juga telah membangun Galeri Injil di desa Peniwen, Kecamatan Kromengan, Kabupaten Malang sebagai bagian dari Festival Babad Peniwen yang menceritakan terbentuknya Desa Peniwen yang diperjuangkan oleh salah satu tokoh masyarakat bernama Kyai Zangkeus. MGW bekerja sama dengan Universitas Ciputra dalam momen itu.

Pagelaran-Wayang.jpg

Tokoh-tokoh Wayang Wahyu pada cerita Babad Peniwen itu juga ada sosok Pendeta, Kyai Zangkeous, Warga, Hewan seperti Gajah, celeng, dan lainnya, bahkan ada Gereja Peniwen. Dalam pagelaran tersebut ditampilkan dalang Ki Dunung Raharjo, Ketua Sanggar Gubug Wayang cabang Solo. "Kalau Wayang Wahyu itu sendiri ya ada nabi-nabinya gitu," ujar Cynthia.

Galeri Injil yang dibangun MGW ini terdiri dari 80 lukisan alkitab perjanjian lama. Tapi nantinya akan dipindahkan ke rumah Pendeta setempat agar bisa dijaga kerapihan dan keamanannya.

Bukan hanya itu, MGW juga menitipkan 1 set gamelan dan kelir wayang dengan harapan masyarakat sekitar bisa meningkatkan budaya yang ada di Desa Peniwen. Kebetulan desa ini mayoritas warganya beragama Kristen.

MGW, kata Cynthia hanya membantu warga Peniwen yang benar-benar mau membangun desanya menjadi Desa Wisata Budaya Religi. Tentu budaya yang ada di Peniwen yg akan dilestarikan. Seperti Wayang Wahyu yang biasa digunakan dalam rangkaian penyebaran agama Kristen. "Hal ini sesuai dengan Desa Peniwen tentunya," kata Cynthia.

"Sebab menurut para sesepuh di sana, dulunya secara rutin diadakan gamelan bersama, tetapi karena tidak ada regenerasi, semuanya menjadi stagnan dan lambat laun menghilang. Ini harus dibangkitkan kembali," tuturnya.

Dari sepak terjang MGW pulalah diketahui bahwa ternyata banyak jenis wayang yang dimiliki oleh masyarakat kita sejak jaman dahulu. " Jadi bukan untuk agama Katolik saja, tapi ada Wayang Syadat untuk penyebaran Agama Islam, Wayang Potehi untuk penyebaran Agama Budha, Wayang Warta Rahayu untuk agama Kristen. Inilah sebenarnya fungsi budaya pada umumnya yaitu mengajarkan nilai2 adiluhung yang salah satunya agama juga," kata Cynthia.

Museum Gubug Wayang, lanjut Cynthia, sudah memiliki 13 sanggar yang tersebar di Jakarta, Solo, Jogja, Semarang, Tulungagung, Jombang, Mojokerto dan lainnya. Masing-masing sanggar juga memiliki fokus yang berbeda. Ada yang berfokus pada Potehi, Wayang Kulit, Pembuatan Gamelan, Barongsai, Wayang Golek dan lain-lain.

Minggu ini pihak Museum Gubug Wayang juga akan mulai memberi pembelajaran menabuh gamelan bagi calon-calon penabuh gamelan (nayogo) di Peniwen. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Widodo Irianto
Publisher : Rochmat Shobirin
Sumber : TIMES Malang

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES