Pendidikan

Lulusan S2 di Indonesia Belum Bisa Langsung Diterima S3 di Jerman, Kenapa?

Rabu, 23 Januari 2019 - 20:54 | 217.81k
Dekan Fakultas Saintek UIN Sunan Ampel Surabaya, Dr Eni Purwati, usai penandatanganan nota kemitraan antara FST UINSA dengan PCI NU Jerman, yang diwakili Prof Hendro, sebagai Mustasyar PCI NU Jerman, Rabu (23/1/2019). (FOTO: Istimewa)
Dekan Fakultas Saintek UIN Sunan Ampel Surabaya, Dr Eni Purwati, usai penandatanganan nota kemitraan antara FST UINSA dengan PCI NU Jerman, yang diwakili Prof Hendro, sebagai Mustasyar PCI NU Jerman, Rabu (23/1/2019). (FOTO: Istimewa)

TIMESINDONESIA, SURABAYALulusan S2 di Indonesia Belum Bisa Langsung Diterima S3 di Jerman. Hal itu disampaikan Prof Dr Ing Hendro Wicaksono, dosen di Jacob University, Bremen, Jerman, saat menyampaikan kuliah tamu di Fakultas Saintek UIN Sunan Ampel Surabaya (Rabu, 23/01/2019).

“Pemerintah Jerman mengkategorikan row input bagi calon mahasiswa S3 dari luar Jerman ke kampus di Jerman menjadi 3 kategori, yaitu Kategori ‘Plus’, Kategori ‘Tandatanya’, dan kategori ‘minus’,” jelasnya.

Pemerintah Jerman atau perguruan tinggi di Jerman katanya, mengakui bahwa kampus di Indonesia dalam kategori ‘tandatanya’.

Sehingga lulusan S2 di Indonesia, kata dia, jika ingin S3 di Jerman, masih perlu melakukan proses penyetaraan, tidak bisa langsung diterima. “Karena model S3 di Jerman langsung riset (tidak ada perkuliahan)”, jelas Prof Hendro, yang juga Mustasyar PCI NU Jerman itu.

Oleh karena itu, dalam kesempatan bertugas ke Indonesia kali ini, Prof Hendro akan melakukan audiensi dengan pihak Kemristekdikti.

“Problemnya, sebenarnya adalah pada loby dan komunikasi saja. Karena, misalnya lulusan perguruan tinggi di Vietnam bisa kok, Studi S3 di Jerman. Padahal secara rangking reputasi perguruan tinggi global, PT di Vietnam masih lebih baik perguruan tinggi di Indonesia,” aku pria Kelahiran Waru Sidoarjo, yang kini sudah menetap di Jerman itu.

Prof Hendro dalam kesempatan ini, sedang melaksanakan visiting professor ke UNU Surabaya atas support dari GIZ Jerman, selama tiga minggu dan berkesempatan silaturahim ke Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Ampel Surabaya, dengan memberi kuliah tamu dengan tema “Integrasi riset dalam pembelajaran menyongsong revolusi indistri 4.0”.

Kuliah tamu tersebut diakhiri dengan penandatanganan nota kemitraan antara FST UINSA dengan PCI NU Jerman.

“Beberapa waktu lalu, Fakultas Dakwah memang pernah melakukan kemitraan dengan PCI NU Belanda melalui KKN internasional. Kami berharap ada kemungkinan kemitraan Tridharma antara civitas akademika UINSA, khususnya Fakultas Saintek untuk dapat berkolaborasi dengan entitas global,” harap Dekan Fak Saintek UINSA, Dr Eni Purwati.

Sebagaimana diketahui, UIN Sunan Ampil Surabaya dan Civitas Akademika-nya mentargetkan menjadi Perguruan Tinggi berskala global yang bervisi pada “Menjadi Universitas Islam yang unggul dan kompetitif bertaraf internasional”. Lulusannya bisa menempuh S3 di Jerman. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Yatimul Ainun
Publisher : Rochmat Shobirin
Sumber : TIMES Surabaya

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES