Indonesia Positif

Kemenkes Palestina Ajak ACT untuk Membantu Rumah Sakit di Gaza

Selasa, 22 Januari 2019 - 14:55 | 112.26k
Imbas dari kurangnya bahan bakar berujung pada pelayanan medis yang tidak maksimal di Gaza. (FOTO: AJP/TIMES Indonesia)
Imbas dari kurangnya bahan bakar berujung pada pelayanan medis yang tidak maksimal di Gaza. (FOTO: AJP/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, GAZA – Direktur Kerjasama Internasional Kementerian Kesehatan Palestina Dr. Ashraf A. Rahim Abu Mhadi berkunjung ke kantor pusat Aksi Cepat Tanggap (ACT) di bilangan Jakarta Selatan, Senin (21/1/2019).

Dr Ashraf mengaku kedatangannya untuk mengajak ACT bekerjasama ntuk memberikan bantuan bagi rumah sakit di Gaza.

Dalam pertemuan itu ia mengisahkan kondisi rumah sakit di Gaza makin memprihatinkan karena mengalami krisis bahan bakar.

Terlebih perekonomian di Gaza semakin memburuk, membuat semua harga-harga barang pokok melonjak tidak terkontrol, terlebih harga bahan bakar. "Akibatnya, pasokan bahan bakar untuk rumah sakit di Gaza justru menurun hingga 17%," kata Dr Ashraf.

Gaza-bayi.jpg

Ia menambahkan, pekan lalu Rumah Sakit Beit Hanoun di Gaza Utara berhenti operasi karena kehabisan bahan bakar. RS. Beit Hanoun adalah satu di antara 13 rumah sakit pemerintahan yang mendapat pasokan listrik dari pusat.

“Kebutuhan listrik RS. Beit Hanoun ditopang oleh sumber listrik pusat di Gaza. Jadi, apabila pusat tidak ada listrik, rumah sakit itu pun harus berhenti beroperasi,” ungkap Dr. Ashraf.

Bahkan Dr. Ashraf juga menyebutkan dalam lima atau enam hari ke depan ada lima rumah sakit yang terancam berhenti beroperasi sepenuhnya. Lima rumah sakit itu antara lain RS. Anak Nasr, RS. Anak Rantissi, Rumah Sakit Mata Al-Uyun, Rumah Sakit Jiwa, dan Rumah Sakit Abu Yusuf Najjar.

“Situasi yang kami hadapi tidak mudah. Apabila satu rumah sakit kehabisan bahan bakar, kami berusaha memindahkan para pasien ke rumah sakit lain, itu tentu akan meningkatkan konsumsi bahan bakar di rumah sakit di mana pasien dipindahkan. Namun, jika tidak dipindahkan, mereka akan menderita akibat kurangnya bahan bakar,” papar Dr. Ashraf.

Gaza-anak.jpg

Tak hanya soal bahan bakar, rumah sakit di Gaza juga mengalami kesulitan sebab banyaknya pasien. "Rumah sakit penuh oleh pasien, termasuk Rumah Sakit Indonesia di Gaza. Rumah sakit di Gaza rata-rata hanya memiliki 2.300 tempat tidur, sementara kebutuhan mencapai sekitar 4.000 tempat tidur," bebernya.

“Hanya sekitar 55% hingga 60% kebutuhan akan tempat tidur yang terpenuhi. Bahkan sejak 3 Maret sampai akhir 2018, tercatat sekitar 26.000 jiwa mengalami cedera ketika melakukan aksi Al-Awdah Great March of Return, namun hanya setengahnya yang dapat masuk ke rumah sakit karena semua rumah sakit sudah penuh,” jelas Dr. Ashraf.

Ia berharap ACT dapat memberikan bantuan bagi rumah sakit di Gaza. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : AJP-5 Editor Team
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES