Peristiwa Daerah

Ini Kata Pemilih Disabilitas Tentang Debat Pilpres 2019

Jumat, 18 Januari 2019 - 08:45 | 78.81k
Komunitas penyandang tuli yang tergabung dalam ShiningTuli Kota Batu. (ist/TIMES Indonesia)
Komunitas penyandang tuli yang tergabung dalam ShiningTuli Kota Batu. (ist/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, BATU – Pemilih disabilitas tuli di Kota Batu, Jawa Timur merespon komentar maupun penyampaian pasangan capres-wapres dalam debat pilpres 2019 yang dilaksanakan Kamis (27/1/2019) malam.

Disabilitas tuli menyatakan, masih banyak penyandang disabilitas tuna rungu yang belum memahami isi debat, meskipun sudah disediakan space khusus bahasa isyarat Bisindo.

Di tengah diskusi sempat terjadi kegaduhan di grup WA para penyandang tuli ini dikarenakan mendadak space bahasa isyarat hilang.

“Gak ada terjemah isyarat,” kata Andika sambil ia memasang emot kecewa. Selang beberapa menit kemudian, para penyandang tuli ini bergembira karena space bahasa isyarat sudah ada. “Yeah udah ada bahasa isyarat,” sorak M Ismail dalam tulisan di grup WA.

Meski demikian ternyata masih banyak penyandang tuli yang belum memahami bahasa isyarat yang ada karena space bahasa isyarat terlalu kecil dan gerakan juru bahasa Isyarat terlalu cepat.

“Sebenarnya sudah bagus, memang untuk mengikuti voluntir (juru bahasa isyarat) terlalu cepat, ada yang bisa paham, ada yang masih belum, contohnya seperti bahasa indikator dan integritas, masih sulit dipahami,” kata Paulus Andi Dwi Cahyono, penasehat Shining Tuli, sebuah wadah penyandang tuli di Kota Batu.

Ia menyarankan jika ada debat Capres lagi, ada tayangan ulang yang dilengkapi dengan teks line (running text) untuk memudahkan para penyandang tuli memahami isi debat.

Hal senada dikemukakan oleh Ketua Shining Tuli Kota Batu, Anika Dyah Erviani SPd. “Ukuran space untuk JBI ( juru bahasa isyarat ) diperbesar, kemudian kalau diberi running text malah lebih bagus,” kata Anika.

Lantas bagaimana pendapat penyandang tuli terhadap debat capres dan cawapres semalam?.

“Jokowi dalam visi misinya sudah menyebut untuk memberikan kesempatan Disabilitas bekerja, menyebut lomba disabilitas, SLB dan lain sebagainya, sementara Prabowo visi dan misinya disabilitas belum masuk,” kata Anika.

Lebih lanjut ia menjelaskan, saat diberikan pertanyaan oleh pembawa acara tentang apa program kedua capres untuk mendukung hak hak penyandang disabilitas?.

Jokowi menjawab Undang-Undang disabilitas sudah keluar tahun 2016 dan paradigma kepada disabilitas sudah berubah. Pemerintah sudah memberikan fasilitas mulai dari pekerjaan, fasilitas umum, meski baru beberapa kota, tapi sudah dimulai. Contohnya Asian Para Games, atlit Para Games diberi bonus yang sama dengan atlit Asian Games.

Sementara Prabowo menjawab, kesetaraan bukan hanya akses insfrastruktur. Teman Difabel tidak butuh belas kasihan, mereka butuh kesetaraan, peluang lapangan kerja dan hidup yang lebih baik.

Keinginan tahu memang membuat semua mata warga Indonesia tertuju pada Debat Calon Presiden (Capres) dan Calon Wakil Presiden (Cawapres) yang digelar KPU RI, termasuk kata pemilih disabilitas soal debat pilpres 2019 yang dilaksanakan Kamis (27/1/2019) malam. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Rizal Dani
Sumber : TIMES Batu

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES