Kopi TIMES

Fenomena Ning Naila, Antara Dicintai dan Dimaki

Jumat, 18 Januari 2019 - 08:08 | 992.11k
Ning Naila (sreenshot YouTube)
Ning Naila (sreenshot YouTube)

TIMESINDONESIA, PROBOLINGGO – Baru-baru ini kita dihebohkan dengan video-video pendek anak kecil yang menurut saya cerdas, bahkan bisa dibilang super cerdas. Ning Naila namanya.

Ia adalah putri pertama dari Kiai muda di Probolinggo, KH. Moh. Syakur, atau Gus Dewa masyarakat menyebutnya (sesuai nama pena puluhan buku yang sudah ditulis). 

Beliau adalah pengasuh Pondok Pesantren Darut Tauhid, Krejengan, Kabupaten Probolinggo. Alumni Pesantren Lirboyo Kediri, sekaligus Khadimul majelis Muhibbur Rasul.

Kenapa anak ini saya katakan super cerdas? Ia mampu menghafalkan Alquran dan ratusan hadits dengan mudah beserta sanadnya. Selain itu anak ini sangat fasih menjelaskan sejarah Islam dengan fasih dan lengkap. 

Kemampuan ini tentu jarang dimiliki anak seumuran Ning Naila, bahkan orang dewasa sekalipun. Termasuk saya pribadi. Hehehe.

Sebenarnya, video-video Ning Naila sangat banyak. Hanya saja viralnya anak ini ketika ia menjelaskan tentang kewajiban menghormati setiap orang, termasuk Presiden. 

Waktu saya pertama kali melihat video ini sebenarnya biasa saja, karena memang setiap anak sudah seharusnya diajarkan demikian. Namun karena mungkin saat ini tahun politik, sehingga video pendek Ning Naila ini dikaitkan dengan kubu tertentu.

Ketika saya share ke salah satu grup yang namanya islami banget, yang kami harap adalah apresiasi pada anak kecil ini, yan hafalannya Alquran dan haditsnya kuat, mampu memaknai hadist dan tahu sanadnya.

Eh, ternyata sebaliknya. Komentar sinis yang muncul. Mulai anak kecil yang sudah diajari politik, anak kecil tau apa, memahami hadits saja kurang benar. Padahal yang komentar juga belum tentu ngerti. Lha wong mondok aja ga pernah.

Sungguh sangat miris, sebagian orang ‘nyinyir’ akan kecerdasan anak ini dengan komen-komen yang kurang berpendidikan. 

Begitupun sebaliknya, mereka yang pro dengan capres tertentu. Pliss...jangan jadikan anak kecil yang tidak berdosa ini, sebagai alat untuk mencaci lawan politik anda. Sungguh aneh, orang ingin menjadi baik saja harus dihubungkan dengan permusuhan sesaat.

Marilah kita berusaha melihat usaha orang tua menjadikan anaknya baik secara dzohir dan batin. 

Secara singkat kami simpulkan, terusalah menghormati usaha orang lain. Hilangkan sifat picik kita untuk selalu menilai negatif orang lain dan selalu melihat kekurangan orang lain. 

Terakir kami sangat mengapresiasi kepada Ning Naila dan Abinya, Gus Dewa. Terus jadilah inspirasi bagi kami dan seluruh bangsa Indonesia. 

Abahnya dik Naila ini adalah salah satu pengasuh yayasan kami, Yayasan Berkarya Yuk Jadi Keluarga Yatim Cabang Probolinggo, daerah Krejengan.

Masih muda, umur 34 tahun, tapi sudah pengasuh pondok, menulis puluhan buku tentang fiqih, masalah keseharian, remaja, dan lainnya. Alhamdulillah kami bisa dipertemukan dan diperkenalkan dengan beliau, serta putrinya, Ning Naila. (*)

 

Oleh: Moh. Bachrudin ST
Penulis adalah Dosen LB Unuja Probolinggo, Direktur Yayasan Berkarya Pusat, dan C&I Engineer PT. YTL Jawa Timur Paiton

 

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Rizal Dani
Sumber : TIMES Probolinggo

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES