Gaya Hidup

Chang Yun Chung; Miliader Tertua Tetap Ngantor Setiap Hari, Ini Rahasianya

Rabu, 16 Januari 2019 - 23:31 | 41.29k
Usia boleh tua, 100 tahun, tapi Chang Yun Chung (tengah), miliarder tertua di dunia ini tetap pergi ke kantor setiap hari. (FOTO/millionairessaying.com)
Usia boleh tua, 100 tahun, tapi Chang Yun Chung (tengah), miliarder tertua di dunia ini tetap pergi ke kantor setiap hari. (FOTO/millionairessaying.com)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Meski usianya 100 tahun, namun miliader tertua di dunia ini, Chang Yun Chung, tetap ngantor setiap hari hingga tahun 2019 ini.

Seperti dirilis CNBC.Com , Chung adalah pendiri perusahaan perkapalan Pacific International Lines (PIL) yang memiliki 18.000 karyawan. Kekayaannya mencapai USD1,8 miliar (Rp 26,1 triliun, kurs Rp14.500 per dolar AS) pada tahun ini.

Meski jabatan tertinggi PIL sudah diserahkan kepada anaknya, Teo Siong Seng, namun Chung tetap ngantor setiap hari. “Ini sudah menjadi kebiasaan saya,” ujar Chung.

Chang Yun Chung bekerja penuh dedikasi di PIL selama delapan dekade. Bahkan di kantor pusat di Singapura, ia tetap melakukan pengawasan sistem operasional dan memeriksa kinerja setiap departemen. Ia bahkan tidak mau kalah dengan anaknya dan belasan ribu karyawannya yang begitu semangat pergi bekerja pada pagi hari itu. “Setiap hari, saya akan menuliskan aktivitas itu di buku,” ungkapnya.

Dengan bekal pengalaman mumpuni, dia tidak pernah berhenti berupaya untuk menjadikan PIL sebagai perusahaan perkapalan terbesar di Asia. Di usianya yang sudah senja, ambisinya itu bahkan tidak pernah padam dan masih tetap berkobar-kobar.

Sebagai senior tertua di dunia perkapalan di Singapura, tak sedikit karyawan PIL yang berkonsultasi langsung dengan Chung. Mereka mendiskusikan berbagai hal, termasuk tantangan di lapangan. Chung sendiri mengaku gembira dapat berbagi dengan karyawannya dan memiliki hubungan baik sejak 1967.

“Hal itu juga yang membuat saya tidak betah berdiam diri di rumah karena di rumah tidak ada aktivitas apa pun sehingga cepat membosankan,” tambah Chung.

Selain membina karyawan PIL yang belasan ribu orang itu, Chung juga memberikan beragam masukan kepada anaknya, Teo, selaku pemimpin perusahaan.

"Ayah mengajari saya ‘yi de fu ren’ yang berarti ‘kita ingin orang lain taat dan patuh kepada kita, bukan karena otoritas, kekuasaan, atau kegarangan, tapi karena integritas dan kualitas,” kata Teo.

Teo memang mengaku bangga memiliki seorang ayah seperti Chung. Dia selalu berkonsultasi dengan ayahnya dua kali sehari, yakni pada pagi hari dan selepas makan siang. 

“Saya memerlukan pendapat berbeda dan sekaligus menyerap banyak inspirasi dari gaya kepemimpinan ayah,” tambah Teo.

Satu hal yang ia pelajari dari ayahnya adalah pengelolaan emosi. Sebab dunia perkapalan memiliki tekanan atmosfer kerja yang cenderung tinggi. Meski dunia kerjanya keras, Teo diminta ayahnya untuk tetap dapat berkepala dingin sehingga mampu memecahkan tantangan dengan bijak.

“Saat masih muda dulu, saya terkadang mudah marah sehingga terkesan sebagai pemimpin yang keras,” aku Teo.

Prinsip yi de fu ren, lanjut Teo, sulit dilaksanakan. Namun, Chung meminta Teo untuk mempelajarinya secara bertahap dan perlahan. Dia mulai menerapkannya pada tahun 2009. Saat itu Teo masih menjabat sebagai kepala operasional tapi dituntut mampu membebaskan kapal dari pembajakan perompak di Afrika Timur.

Teo memerlukan waktu 75 hari untuk dapat menyelesaikan masalah tersebut. Di dunia perkapalan, lanjutnya,  selalu terjadi hal-hal yang tidak terduga. "Kami tidak hanya mengalami isu teknis dan kecelakaan, tapi juga politik. Masalah seperti itu selalu mengguncang mental dan meledakkan emosi,” ujarnya.

Namun Chung selalu memberi nasihat,  bahwa kesabaran merupakan bagian dari terciptanya jalan menuju kesuksesan. Jika diri tidak terkendali, orang tidak dapat menggunakan akal sehat. Semuanya akan kacau balau, tidak dalam jangka pendek, tapi jangka panjang. “Saya sendiri tidak pernah marah. Jika marah, berarti kita kalah,” katanya.

Chung dinobatkan sebagai miliarder tertua di dunia setelah David Rockefeller, cucu terakhir bos minyak John D Rockefeller, meninggal dunia pada 2017 di usia 101 tahun. Gelar itu dia raih saat berusia 98 tahun. Tepat di belakangnya saat itu ialah bankir Aloysio de Andrade Faria, 98, dan investor Marcel Adams, 98.

Ia dilahirkan pada tahun 1918. Chung yang juga dikenal dengan nama Teo Woon Tiong memulai karier di dunia perkapalan pada tahun 1949. Imigran asal Cina lulusan Sekolah Datung Xiamen ini bekerja di berbagai perusahaan selama 18 tahun, termasuk perusahaan beken, Tranpaac Shipping Enterprises Limited Hong Kong.

Di luar bisnisnya di PIL, informasi terkait Chang Yun Chung sangat minim. Tapi ia pernah mengungkap beberapa kunci rahasia menuju kesuksesan.

“Saya adalah pekerja keras dan sangat jujur terhadap setiap orang. Apa pun yang saya janjikan, saya akan selalu menepatinya. Itu merupakan prinsip hidup saya,” ungkapnya.

Chung mendirikan PIL pada tahun 1967. Saat itu dia mengoperasikan bisnisnya dengan bermodalkan dua kapal kecil. Seiring dengan waktu, perusahaannya berkembang luas hingga memiliki 160 kapal pengangkut barang dan menjadi yang terbesar di Singapura. Bahkan pasarnya juga berkembang, mulai dari Asia hingga Afrika.

Kekayaan Chang Yun Chung dikabarkan naik dari USD1,7 miliar pada Maret 2017 menjadi USD1,9 miliar pada November 2018 sebelum turun menjadi USD1,8 miliar pada tahun ini. Data itu berdasarkan pantauan majalah Forbes. Selain miliader tertua yang masih ngantor setiap hari,  Chang Yun Chung juga dinobatkan sebagai orang terkaya ke-15 di Singapura pada tahub 2018 dan ke-1.284 di dunia. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Widodo Irianto
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES