Kesehatan

Dinkes Jatim: Semoga Tahun 2019 Angka Kematian Ibu dan Banyi Baru Lahir Menurun

Selasa, 15 Januari 2019 - 11:27 | 631.41k
Kepala Seksi Kesehatan Keluaga dan Gizi Masyarakat Dinas Kesehatan (Dinkes) Pemprov Jatim, Drg. Sulvy Dwi Anggraini saat memaparkan materi dalam Mini Lokakarya, yang digelar Jalin USAID, di Hotel Savana, Kota Malang, Selasa (15/1/2019).
Kepala Seksi Kesehatan Keluaga dan Gizi Masyarakat Dinas Kesehatan (Dinkes) Pemprov Jatim, Drg. Sulvy Dwi Anggraini saat memaparkan materi dalam Mini Lokakarya, yang digelar Jalin USAID, di Hotel Savana, Kota Malang, Selasa (15/1/2019).

TIMESINDONESIA, MALANG – Kepala Seksi Kesehatan Keluaga dan Gizi Masyarakat Dinas Kesehatan (Dinkes) Pemprov Jatim, Drg. Sulvy Dwi Anggraini, berharap, pada tahun 2019, angka kematian ibu dan bayi baru lahir terus menurun. Terutama di Kabupaten Malang.

Harapan tersebut disampaikan dalam acara Mini Lokakarya yang digelar Jalin USAID yang bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Malang, di Hotel Savana, Kota Malang, Selasa (15/1/2019).

Mini Lokakarya tersebut membahas soal finalisasi paket lokal kegiatan lokal solusi penyebab kematian Ibu dan bayi baru lahir di Kabupaten Malang. Dalam paparannya, Drg Sulvy, banyak menyampaikan soal gambaran program kesehatan ibu dan bayi secara nasional dan kondisi di Dinas kesehatan Provinsi Jatim.

Lokakarya-Jalin-USAID.jpg

Menurutnya, target utama pemerintah bagaimana akses masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang bermutu. Dan isu penting di tahun 2019, masih tingginya angka kematian ibu, Aangka Kematian Bayi (AKB) dan masalah gizi.

Selain itu, ia juga sedikit mengutip masalah penyakit menular yang sudah menurun. Namun, kini yang malah marak adalah penyakit yang tidak menular. Hal itu yang harus diantisipasi. “Tidak lagi penyakit menular yang harus diantisipasi. Tapi penyakit yang tidak menular,” jelasnya.

Menurut Sulvy, secara nasional kematian ibu, masih sangat tinggi. Terbkti, di tahun 2015, sebanyak 4.999. Untuk tahun 2016, sebanyak 4. 912 dan di tahun 2017, sebanyak 4.167 orang.

Untuk kondisi di Jawa Timur, kematian ibu, pada tahun 2015, mencapai 531 orang, di tahun 2016, mencapai 534 orang dan pada tahun 2017 mencapai 529 orang.

Untuk angka kematian bayi, untuk di Jawa Timur, pada tahun 2015 ada 5.132 bayi. Pada tahun 2016 ada 4.870 bayi dan pada tahun 2017, mencapai 4.026 bayi.

“Jumlah kematian ibu di Jawa Timur di tahun 2018, ada 515 orang. Tertinggi masih Kabupaten Jember, ada 41 orang. Untuk Kabupaten Malang, ada 17 orang. Semoga angka kematian ibu dan bayi baru lahir ditahun 2019 terus menurun,” kata Sulvy.

Tingginya angka kematian ibu dan bayi baru lahir katanya diakibatkan karena masih tingginya hipertensi dalam kehamilan sebanyak 32,4 persen. Selain itu, pendarahan pasca Salinan sebanyak 20,3 persen.

“Untuk menekan atau menurunkan angka kematian ibu dan bayi baru lahir itu, harus dilakukan oleh semua pihak terkait. Semua pihak harus diajak dan diedukasi menekan angka itu menjadi menurun,” katanya.(*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Yatimul Ainun
Publisher : Sholihin Nur
Sumber : TIMES Malang

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES