Peristiwa Daerah

Zat Besi Gunung Anak Krakatau Bisa Suburkan Perairan, Begini Penjelasan LIPI

Selasa, 15 Januari 2019 - 10:08 | 60.83k
Warna orange yang meluber di perairan sekitar Gunung Anak Krakatau ternyata bisa suburkan perairan. (FOTO:istimewa)
Warna orange yang meluber di perairan sekitar Gunung Anak Krakatau ternyata bisa suburkan perairan. (FOTO:istimewa)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Warna orange yang meluber di perairan sekitar Gunung Anak Krakatau disebabkan oleh zat besi tinggi yang keluar dari kawah kemudian larut ke laut dan bisa menyuburkan perairan.

Peneliti dari Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Zainal Arifin menjelaskan debu zat besi yang dimuntahkan kawah Gunung Anak Krakatau itu bisa menyuburkan perairan karena perairan lepas pantai umumnya miskin Fe (besi).

Peneliti dari Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Profesor Zainal Arifin mengatakan, zat besi tinggi yang keluar dari kawah Gunung Anak Krakatau (GAK) dan larut ke laut dapat menyuburkan perairan. Hingga kini, Anak Krakatau masih aktif erupsi.

Zat besi yang terlarut itu akan dimanfaatkan oleh fitoplankton sebagai bagian proses fotosintesis. Arus laut yang bergerak dari Selat Karimata ke Selat Sunda dan Samudra Hindia, secara teoritis akan menyuburkan perairan Samudra Hindia dengan mikroalage atau fitoplankton.

"Fitoplankton akan menjadi sumber nutrisi bagi larva-larva ikan," tambah Profesor Riset Bidang Pencemaran Laut ini.

Earth Uncut TV beberapa hari lalu mengunggah lewat video kondisi Gunung Anak Krakatau pascaerupsi yang diambil dari udara dengan menggunakan drone.

Video yang kemudian disebarluaskan kembali oleh Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho dalam akun Twitter-nya itu, secara visual tampak air laut berwarna kecokelatan di sekitar Gunung Anak Krakatau.

Sutopo sendiri melalui akun Twitter @Sutopo_PN pada Sabtu (12/1/2019) lalu menjelaskan warna jingga kecokelatan adalah hidrosida besi (FeOH3) yang mengandung zat besi tinggi yang keluar dari kawah dan larut ke dalam air laut. Dia juga menyebutkan tubuh Gunung Anak Krakatau telah banyak berubah. Dalam video tersebut juga tampak ketinggian gunung berkurang, saat ini hanya 110 meter dari sebelumnya 338 meter karena longsor dan letusan pada akhir 2018. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Widodo Irianto
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES