Peristiwa Daerah

Belum Semua Kabupaten dan Kota Terapkan Smart City

Senin, 14 Januari 2019 - 19:46 | 68.74k
Direktur Utama Gamatchno Muhammad Aditya (tengah) memaparkan kendala penerapan Smart City di Indonesia. (FOTO: Antonius Wicaksono/TIMES Indonesia)
Direktur Utama Gamatchno Muhammad Aditya (tengah) memaparkan kendala penerapan Smart City di Indonesia. (FOTO: Antonius Wicaksono/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, YOGYAKARTA – Di tengah era digitaliasi masih saja ada daerah kabupaten dan kota di Indonesia yang belum menikmati akses internet dan kemudahan teknologi. Sehingga, keinginan setiap daerah kabupaten dan kota menjadi kawasan Smart City atau kota cerdas yang layanan publiknya terintegrasi lewat berbagai kemudahan pun mengalami kendala.

Imbasnya, masyarakat masih harus repot dan keluar biaya besar untuk mengurus sejumlah hal. Ada banyak faktor yang menjadi penghambat, mulai dari persoalan infratsruktur, sumber daya manusia, geografis dan juga ketersediaan sarana prasarana.

“Ada persoalan berbeda yang dihadapi tiap daerah, sehingga belum memungkinkan menerapkan konsep smart city," kata Direktur Utama Gamatchno Muhammad Aditya, Senin (14/1/2019).

Menurut Aditya, sejak berkiprah menggencarkan program Smart City selama lima tahun terakhir, baru terjaring sekitar 50 an kabupaten dan kota yang bisa diajak menerapkan konsep Smart City itu.

Untuk wilayah DIY, layanan publik yang terintegrasi dalam konsep Smart City bisa dilihat dalam layanan publik yang diterapkan pemda seperti Pemda DIY, Kota Yogya, Kabupaten Sleman, dan Bantul. Misalnya, saja layanan tiket bus Trans Jogja secara online, Layanan Aplikasi Jogja Istimewa, perijinan online Kota Yogya, Sleman dan Kabupaten Bantul.

Aditya menuturkan kondisi masih belum terintegrasinya sistem cerdas berbasis digital di lingkup pemerintahan daerah ini pun tak berbeda jauh dengan masalah yang dihadapi dunia perguruan tinggi.

Data Gamatechno mencatat, dari 4000 an lebih kampus di tanah air sampai hari ini sebagian besar masih mengelola sistem administrasi dan manajemennya dengan model konvensional dan manual. Belum menerapkan sistem cerdas berbasis digital yang lebih praktis, hemat biaya dan waktu.

“Karena pengelolaan itu masih konvensional dan manual maka masih muncul banyak masalah," papar Aditya.

Smart City sendiri merupakan sebuah sistem yang mendasarkan agar berbagai layanan publik bisa terbantu dengan bantuan teknologi digital. Pertumbuhan jumlah penduduk yang besar diketahui turut membawa banyak masalah tersendiri. Mulai dari kebutuhan transportasi publik, pelayanan kesehatan yang lebih baik, layanan publik, pendidikan hingga masalah sosial dan ekonomi.

Menerapkan konsep smart city jadi solusi yang  untuk mengatasi masalah penduduk yang dinamis. Harapannya, Smart City mampu memberikan layanan lebih baik bagi penghuninya dari berbagai aspek kehidupan.

Ciri-ciri sebuah kota yang berhasil menerapkan konsep smart city diantaranya adalah resilient city (berdaya tahan), efficient city (efisien), sustainable city (berkelanjutan), eco city (ramah lingkungan) serta liveable city (layak hidup).

Soal pengembangan Smart City, Aditya menuturkan Ganatechno selaku sub dari UGM bidang pengembangan sistem informasi akan makin berfokus pada layanan big data melalui anak usaha PT Global Data Inspirasi (Datains) dan PT Solusi Kampus Indonesia (SKI) yang berfokus mengakselerasi produk dan layanan khususnya untuk kebutuhan sistem perguruan tinggi. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Sholihin Nur
Sumber : TIMES Yogyakarta

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES