Kopi TIMES

Kiat Sukses dalam Meraih Kesehatan

Kamis, 10 Januari 2019 - 13:16 | 115.35k
Abdullah Adhha., S.Psi., CH.,CHT.,C.MT. (Grafis: Dena/TIMES Indonesia)
Abdullah Adhha., S.Psi., CH.,CHT.,C.MT. (Grafis: Dena/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, YOGYAKARTA – Setiap manusia tentu ingin meraih kesukseskan, sukses dunia dan tentunya kelak di akhirat. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, sukses adalah berhasil, beruntung. Sedangkan kesuksesan didefinisikan sebagai keberhasilan. Dengan demikian, sukses berarti berhasil dan beruntung.

Menurut Brian Tracy, sukses itu adalah “Succes is the abikity live your life the way you want to live it, doing what you most enjoy, surrounded by people who you admire and respect”. Artinya sukses itu adalah kemampuan untuk menjalani hidup anda sesuai dengan keinginan anda, melainkan apa yang paling dinikmati, dikelilingi oleh orang-orang yang disenangi dan dihormati.

Penulis menyimpulkan, sukses adalah kesesuaian antara harapan dan kenyataan serta apa yang kita pikirkan terlaksana dengan baik. Dalam proses mencapai sukses, kita perlu melewati banyak rintangan.

Jika kita menyerah dan tidak dapat melewati rintangan tersebut, maka suskses tidak akan kita capai, tentu sukses akan kita raih ketika kita sabar, tawakkal, dan doa kepada Allah SWT. sukses itu ada yang berpendapat karena bisa sehat, mendapatkan gelar sarjana, memiliki pekerjaan tetap, mendapatkan pasangan, dan lain-lain.

Nah, untuk meraih kesuksesan tenti dibutuhkan kesehatan, jasmana maupun rohani. Jika seseorang tak sehat maka tentu tak dapat menjalankan aktivitas dengan baik dan tuntas. Namun demikian, sebagai manusia harus menyadari bahwa sakit dan sehat sepenuhnya kehendak Allah.

Sebagai hamba, manusia tidak ada peran manusia untuk menentukan sehat dan sakit yang terjadi pada seorang anak Adam AS. Namun demikian, Allah SWT menciptakan sebab-sebab untuk keduanya sehingga menjadi kenyataan yang dapat di alami oleh manusia. Sebab-sebab itu pun tidak selamanya memberikan dampak sakit atau sehat jika tidak di kehendaki oleh Allah SWT yang maha kuasa.

Telah  menjadi ketetapan Allah SWT bagi hamba-hambanya bahwa dia akan menguji mereka dengan kesenangan dan kesusahan, Allah SWT berfirman, artinya :

“Kami akan menguji kalian dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan. Dan kepada kami-lah kalian dikembalikan” (QS. Al-Anbiya’:35).

Itulah ujian Allah SWT, cobaan dan ujian itu terjadi pada orang-orang yang bermaksiat sebagai balasan, kemarahan, dan disegerakannya hukuman dengan dikuasai oleh setan manusia dan setan dari kalangan jin.

Apabila mereka sudah merasakan perasaan sakit dan sulit diobati oleh dokter, merekapun menyadari bahwa semua itu datangnya dari Allah SWT yang disebabkan oleh dosa-dosa mereka, dan berpalingnya dari agama yang lurus, lalu mereka kembali sadar dan bermuhasabah tentang kekurangan dan kelalaian mereka.

Mereka sadar bahwa tidak ada tempat kembali dan tempat keselamatan kecuali pada Allah SWT, yakin pada kesembuhan yang datang dari Allah SWT. Dengan cara ini maka kesembuhan yang sempurna akan didapatkan berkat taufik dan pemberian Allah SWT.

Nabi Muhammad SAW pun telah memberikan konsep kesehatan yang biasa dilakukan semasa hidup, konsep kesehatan itu memiliki tahapan-tahapan dalam pengobatan antara lain.

Pertama, melakukan langkah preventif (Thibbul Wiqa’iy). Artinya , Rasulullah SAW selalu menjaga kesehatan dengan cara berolahraga, menyedikitkan makanan, mengkonsumsi kurma, bercelak, dan sebagainya.

Aktivitas-aktivitas seperti ini bersifat pencegahan. Dalam teori herbal disebutkan “jadikanlah makananmu sebagai obat dan obatmu sebagai makanan”. Maka, segala sistem pencegahan penyakit dengan cara-cara yang memiliki subtansi yang sama dapat disebut thibbun nabawi seperti mengkonsumsi herbal yang bertujuan menjaga kesehatan.

Kedua, Kuratif (Thibbul ‘Illaajiy). Artinya, Rasulullah SAW melakukan terapi penyembuhan atau pengobatan jika beliau atau keluarga dan sahabatnya sakit. Rasulullah SAW bersabda, artinya “ Hai hamba-hamba Allah, berobatlah kalian tapi jangan beribat dengan yang haram” (HR.Abu Daud). Disini dapat juga dapat ditangkap suatu isyarat bahwa segala sesuatu yang bertujuan untuk menyembuhkan atau mengobati suatu penyakit.

Ketiga, Rehabilitatif, yaitu upaya pemulihan dengan melakukan aktivitas dan kewajiban-kewajiban s/ehari-hari seperti shalat, puasa, dan berbaik sangka, sedekah, dan sebagainya. Banyak pakar melakukan analisa dan penelitian bahwa gerakan-gerakan shalat memiliki manfaat dan efek kesembuhan. Begitu pula dengan puasa dan ibadah-ibadah lainnya.

Keempat, Promotif, yaitu meningkatkan kesehatan dnegan cara mengkonsumsi makanan-makanan sehat dan menghindari segala sesuatu yang berbahaya bagi tubuh dan jiwa. Semua nilai-nilai dan ajaran Islam bertujuan memperbaiki seluruh aspek diri manusia. Maka, mustahil orang yang jauh dari agama atau hidup di masyarakat yang jauh dari syari’at Islam akan mendapatkan kesehatan yang sempurna.

Sedangkan upaya-upaya pengobatan yang dianjurkan oleh Rasulullah SAW dalam mengatasi penyakit dapat disimpulkan sebagai berikut.

Pertama, Thibbur Ruhiy (Pengobatan Non Fisik/Jiwa). Pengobatan non fisik ini tidak terjangkau oleh kedokteran modern. Walaupun kedokteran modern memiliki cara untuk mengatasinya, terkesan dipaksakan dan terkesan meragukan solusi yang berbasis pada syari’at seperti kesurupan atau gangguan jin dan sihir, ada dokter yang menyerahkan masalah ini kepada ahlinya dan ada pula yang memaksakan kehendaknya untuk mengatasi masalah tersebut dengan cara-cara medis seperti menyuntikkan obat penenang.

Metode thibbun nabawi dalam masalah ini adalah melakukan ruqyah syar’iyyah dengan membacakan ayat-ayat Al-Qur’an dan Do’a-Do’a al-ma’tsurat.

Kedua, Thibbul jasmaniy (pengobatan fisik). Bekam dan mengkomsumsi bahan-bahan alami yang direkomendasikan Rasululllah SAW seperti madu, kurma, talbinah, habbatus sauda’, minyak zaitun, dan sebagainya, termasuk jenis thibbul jasmaniy. Apa yang dilakukan seorang dokter atau herbalis juga dapat tergolong dalam pengobatan ini.

Hal itu baru akan tergolong thibbun nabawi jika cara pengobatan yang berkaitan dengan fisik itu memenuhi syarat yang terdapat pada karakteristik thibun nabawi (tidak mengandung unsur syirik, hala bahan, dan caranya, dan tidak merusak fisik dan jiwa).

Ketiga, Al-Jam’u Bainahuma (kombinasi atau penggabungan). Artinya, dalam metode pengobatan thibbun nabawi, thibbul ruhiy, dan thibbul jasmaniy dapat dilakukan bersamaan. Apalagi setelah dilakukannya berbagai riset dan kajian yang menyimpulkan bahwa ayat-ayat Al-Qur’an  tidak hanya bermanfaat untuk menyembuhkan penyakit jiwa atau gangguan jin, tapi juga dapat menyembuhkan penyakit fisik.

Sakit akan sembuh jika Allah SWT berkehendak untuk menyembuhkan. Karena itu, dekati sang pemiliki kesembuhan yaitu Allah SWT. Semoga apa yang kita mohonkan dari penyakit yang melanda diri kita, keluarga kita, maupun masyarakat kita agar dapat segera diselesaikan. (*)

Penulis: Abdullah Adhha., S.Psi., CH.,CHT.,C.MT

Penulis adalah Mahasiswa Magister Profesi Psikologi Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta (UAD),  Pengurus Asosiasi Mahasiswa Pascasarjana UAD (Asmapada) Yogyakarta, Muballigh Majelis Dakwah Islamiyah Kota Pekanbaru Provinsi Riau, Owner Adha Private Center, Owner Panglima Khatib Health, Pengurus HMI Badko Riau Kepri, dan Pengurus Himpunan Mahasiswa Riau Yogyakarta).

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES