Kopi TIMES

Tattoos on the Hearth dan Nafas Baru Eks-gengster Amerika

Kamis, 03 Januari 2019 - 13:13 | 62.14k
Abdulloh Hamid, M.Pd, Awardee IVLP US Departement of State 2018. (Grafis: TIMES Indonesia)
Abdulloh Hamid, M.Pd, Awardee IVLP US Departement of State 2018. (Grafis: TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Apa yang kita pikirkan ketika melihat seseorang bertato? banyak dari kita mempunyai persepsi negatif, tato identik dengan yang tidak baik (preman, geng, dll) saya juga mempunyai persepsi demikian, dan secara alami kita cenderung tidak suka dengan apa yang tidak kita ketahui, namun kesan yang berbeda saya rasakan ketika bertemu dengan seorang remaja bernama BN (nama samaran), seorang ramaja kelahiran Los Angles California Amerika, dia berusia 22 tahun, seorang mantan anggota gangster, dia mulai kecil dia dibesarkan di lingkungan keluarga “broken home” ayahnya bercerai dengan ibunya, lalu dia memilih hidup bersama dengan ibunya, dia bercerita kepada saya tentang kehidupannya, dengan sedih dia bercerita bahwa ibunya adalah seorang pemakai narkoba dan wanita penghibur.

Pagi itu saya bersama teman-teman menemuinya di salah satu sudut kota Los Angeles  “homeboy industries” dari penampilannya dia kelihatan seperti orang biasa, di leher dan wajah terdapat beberapa tato, dengan enjoy bercerita tentang masa lalunya sambil memegang minuman bersoda yang diminum di sela-sela dia bercerita “sekarang saya sudah berhenti menjadi gengster dan sudah bekerja menjadi pemandu wisata di komunitas Homeboy Industries”.

Homeboy Industries adalah program kaum muda yang didirikan pada tahun 1992 oleh seorang Pastor “Greg Boyle” mengikuti karya komunitas basis Kristen di Gereja Misi Dolores. Program ini dimaksudkan untuk membantu mantan anggota geng dan mantan narapidana dengan berbagai program gratis, seperti konseling kesehatan mental, layanan hukum, penghapusan tato, kurikulum dan kelas pendidikan, pelatihan kesiapan kerja, dan layanan ketenagakerjaan.

Aspek khas Homeboy Industries adalah strukturnya dari perusahaan sosial yang beragam dan bisnis sosial. Ini membantu orang-orang muda yang mantan anggota geng dan mantan narapidana memiliki kesempatan untuk memperoleh keterampilan kerja dan mencari pekerjaan di lingkungan yang aman dan suportif. Di antara bisnisnya adalah Homeboy Bakery, Homegirl Café  & Catering, Homeboy/Girl Merchandise, Pasar Petani Homeboy, The Homeboy Diner di City Hall, Homeboy Silkscreen & Embroidery, Homeboy Grocery, dan Homeboy Cafe & toko roti di terminal American Airlines di Bandara Internasional Los Angeles.

Ketika kecil, kehidupan BN terbiasa dengan mencuri, merampok, berkelahi antar geng, dan mengedarkan narkoba, di usia sembilan tahun dia sudah kena dua luka tembak, keluar masuk penjara anak berkali-kali. setelah selesai hukuman merampok nanti masuk lagi dengan hukuman yang lain, seperti itu terus menerus, sampai dia mendapatkan pengampunan dari pengadilan jika selama tiga minggu tidak melakukan kejahatan, ternyata dia bisa melakukan dan medapat pengampunannya.

BN menceritakan tentang kehidupan masa lalunya yang tidak normal, di bawah bayang-bayang musuhnya, antara membunuh dan dibunuh, mencuri dan dicuri, merampok dan dirampok dan seterusnya, sampai dia menemukan momentum titik balik ketika berkali-kali dia bunuh diri namun gagal, dia sadar kenapa sampai sekarang masih diberi kesempatan untuk bernafas, dia mulai berfikir Tuhan masih sayang dia, dia tidak tahu kalau yang dilakukan selama ini adalah hal yang tidak baik (karena di lingkungannya kehidupannya memang seperti itu) dia hanya melakukan semuanya untuk menyambung nyawa.

Los Angeles salah satu kota di negara bagian California yang mempunyai populasi anggota gangster tertinggi di Amerika, BN menemukan keluarga baru di Homeboy Industries, dia bagaikan menemukan oase di tengah gurun sahara dan merasa dilahirkan kembali serta bisa hidup seperti kebanyakan orang normal, sekarang dia sudah mempunyai istri dan sebentar lagi akan menjadi seorang ayah. Dia akan mewakafkan dirinya untuk membantu teman-temannya yang terjebak dalam lingkaran syetan dunia gangster.

Kalau di sana ada Greg Boyle yang menyelamatkan para anggota genster dari dunia kegelapan kemudian menulis sebuah buku yang berjudul “Tattoos on the hearth”, saya jadi teringat almarhum “Gus Miek atau KH Hamim Tohari Djazuli Ploso dengan Jantiko Mantab dan dzikrul ghofilin” beliau salah satu kiai nyentrik yang mengambil dakwah jalur yang sama, mengambil jalur dakwah yang tak lazim, berdakwah bukan di masjid, pesantren atau tempat netral lainnya, namun berdakwah di dunia hiburan malam dengan segala konsekuensinya. salah satu kata gus mik yang saya ingat adalah “Jadilah seburuk-buruk manusia di mata manusia tetapi luhur di mata Allah”, ini senada dengan dawuh Ibnu Athaillah Assakandary “Kemaksiatan yang melahirkan rasa hina & butuh kepada Allah SWT lebih baik daripada ketaatan yang melahirkan sikap merasa mulia dan sombong, dan yakinlah bahwa rahmat Allah lebih luas daripada murka-Nya.

Wallahu a’lam bishawab.
 
Oleh : Abdulloh Hamid, M.Pd, Awardee IVLP US Departement of State 2018

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Deasy Mayasari
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES