Kopi TIMES

Meluruskan Tafsir Al Quran

Rabu, 02 Januari 2019 - 15:46 | 353.39k
Peresensi adalah Moh Mahrus Hasan, Pengurus PP Nurul Ma’rifah, Poncogati, Bondowoso dan guru MAN Bondowoso. (Grafis: Dena/TIMES Indonesia)
Peresensi adalah Moh Mahrus Hasan, Pengurus PP Nurul Ma’rifah, Poncogati, Bondowoso dan guru MAN Bondowoso. (Grafis: Dena/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Selasa (25/12/2108), ketika saya membaca beberapa halaman di buku ini, anak pertama saya bertanya, “Abah, apa benar perahu Nabi Nuh terbuat dari pohon jati?” “Deden tahu dari mana?” saya bertanya balik. “Dari youtube,” jawabnya singkat. “Nah, pembahasan tentang itu dibahas di buku ini. Nanti Abah jelaskan,” jawab saya.

Begitulah. Warganet disuguhi postingan-postingan yang sekilas sangat meyakinkan karena dibumbui ayat dan hadits. Ada pula postingan di facebook yang membahas tentang ikan yang menelan Nabi Yunus.

Muncul spekulasi bahwa ikan yang mirip dengan paus yang dijuluki dengan Ikan Nun itu masih hidup hingga kini, bahkan sampai hari kiamat nanti. Dugaan itu diperkuat dengan tafsiran ayat 143 sampai 145 Surat Ash-Shaffat berikut:

Maka ia (Yunus) ditelan oleh ikan besar dalam keadaan tercela. (143). Maka kalau sekiranya ia tidak termasuk orang-orang yang banyak mengingat Allah, (144). Niscaya ia akan tetap tinggal di perut ikan itu sampai hari berbangkit. (145).

Masih menurut postingan tersebut bahwa berdasarkan tafsir dari berbagai sumber, makna “tetap tinggal di perut ikan itu sampai hari berbangkit”, yakni perut ikan itu akan menjadi kuburnya sampai hari berbangkit.

Hal ini kemudian diasumsikan jika ikan tersebut masih hidup hingga saat ini. Postingan itu dilengkapi ilustrasi gambar pulau yang berada di punggung seekor ikan paus yang sangat besar.

Demikian pula dengan video di medsos yang diklaim sebagai Gunung Qaf, gunung yang sangat misterius. Penjelasannya juga menyertakan kutipan ayat.

Jauh hari sebelumnya, saat saya masih seumur anak SD, saya juga sering mendengar cerita tentang kelicikan ular. Kata sohibul hikayat, ularlah yang membawa iblis masuk ke surga dan berhasil membujuk Adam dan Hawa untuk makan buah khuldi, yang menyebabkan keduanya terusir dari surga.

Kala itu, tentu saja saya sangat mempercayai certita tersebut. Selanjutnya-masih kata sohibul hikayat-sebagai pelampaiasan kemarahan kami selaku anak cucu Adam dan balas jasa kami untuk keduanya, maka kami  harus membunuh ular, apapun jenisnya, dan kami mendapatkan pahala karenanya.

***

Al Quran memang memuat kisah-kisah umat terdahulu dan merekam beberapa peristiwa. Al Quran juga menyebutkan nama seseorang, kelompok, atau wilayah. Namun demikian, Al Quran tidak menjelaskannya secara detail dan terperinci, namun menitikberatkan pada aspek nasehat dan pelajaran.

Dengan demikian, wajar saja jika timbul pertanyaan seperti apakah perahu Nabi Nuh memang terbuat dari kayu jati? Benarkah ikan yang menelan Nabi Yunus masih hidup hingga saat ini? Dan betulkah ular yang membantu iblis bisa masuk ke surga? Serta serentetan pertanyaan lainnya.

Kita akan temukan jawabannya secara mendetail di buku yang ditulis oleh seorang guru besar ilmu-ilmu Alquran dan hadits Universitas Al-Azhar Cairo Mesir ini. Buku hasil riset setebal lebih dari 300 halaman ini menjelaskan bahwa cerita-cerita seperti yang dikutip di awal tulisan ini berasal dari Ahli Kitab dari kalangan Bani Israil.

Karena itulah, disebut dengan israiliyyat. Selain itu, ada juga cerita yang berasal dari hadits-hadits palsu yang sengaja diriwayatkan dengan motif tertentu.

Jika masih dipertanyakaan, mengapa kisah-kisah yang diduga kuat termasuk israiliyyat itu dapat ditemukan di kitab-kitab tafsir yang selama ini menjadi rujukan umat Islam? Jawabannya adalah kisah-kisah dan penjelasan lainnya itu termasuk dakhil (disusupkan) yang sengaja dilakukan oleh orang-orang zindiq dan munafik. Tujuannya tentu saja merusak pemahaman umat Islam dari dalam.

Ditambah lagi dengan masuk Islamnya para ahli kitab yang masih membawa kepercayaan mereka yang berasal dari kitab-kitab terdahulu (Taurat, Zabur, dan Injil) yang diduga kuat telah mengalami perubahan dan penambahan.

Dari merekalah kisah-kisah israiliyyat itu berasal dan sampai di tengah-tengah umat Islam. Jadi, bukan para mufassir penulis kitab-kitab tafsir yang keliru, tetapi penyampai khabar-lah yang salah, disengaja atau pun tidak.

***

Dengan membaca buku (kitab) ini, kita akan disuguhi penjelasan tentang kisah-kisah lainnya yang lumrah dijumpai di beberapa kitab tafsir, seperti Harut dan Marut, Ashabul kahfi, Dzulqarnain, Ya’juj wa Ma’juj, kisah Nabi Ayub, kisah umat-umat terdahulu, dan masih banyak pembahasan lainnya. Temukan juga di buku ini mengenai tafsir yang benar berkaitan dengan kisah-kisah yang terlanjur menyebar di kitab-kitab tafsir tersebut dan diyakini oleh umat Islam itu.

Selanjutnya, tugas kita yang merasa sebagai kiai, dai, guru, dan yang menjadi rujukan masyarakat bertanya untuk meluruskan kisah-kisah israiliyyat tersebut agar tidak semakin bersemayam lekat di hati dan pikiran umat, utamanya yang awam. Semoga berkah! (*)

Judul Buku    : Israiliyyat dan Hadits-Hadits Palsu Tafsir Al-Qur’an 
Penulis           : Muhammad ibn Muhammad Abu Syahbah
Penerjemah   : Mujahidin Muhayan, Heni Amalia, dan Mukhlis Yusuf Arbi
Penerbit         : Keira Publishing Jakarta
Tahun Terbit  : Cet. II/April 2016
Tebal              :  xi+360 halaman                
ISBN              : 978-967-1361-29-0

*Peresensi adalah Moh. Mahrus Hasan, pengurus PP Nurul Ma’rifah Poncogati Bondowoso dan guru MAN Bondowoso

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Yatimul Ainun
Publisher : Rochmat Shobirin
Sumber : TIMES Jakarta

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES