Peristiwa Nasional

BMKG Temukan Dua Retakan Baru di Gunung Anak Krakatau

Rabu, 02 Januari 2019 - 11:36 | 194.30k
Gunung Anak Krakatau. (FOTO: Antara)
Gunung Anak Krakatau. (FOTO: Antara)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menemukan dua retakan baru dalam satu garis lurus di salah satu sisi badan Gunung Anak Krakatau.

Retakan itu terjadi diduga adanya getaran tinggi yang muncul saat gunung tersebut erupsi. Dipastikan retakan yang ditengahnya terus mengepulkan asap itu cukup dalam.

"Pantauan terbaru kami lewat udara, gunung sudah landai, asap mengepul dari bawah air laut. Tapi di badan gunung yang tersisa di permukaan, ada celah yang mengepul terus mengeluarkan asap, celah itu pastinya dalam, bukan celah biasa," kata Kepala BMKG Prof Dwikorita Karnawati saat berada di Posko Terpadu Tsunami Selat Sunda, Labuan, Kabupaten Pandeglang, Selasa (1/1/2019).

Ia menyampaikan, retakan muncul setelah gunung mengalami penyusutan dari sebelumnya yang 338 meter di atas permukaan laut (mdpl) menjadi hanya 110 mdpl.

Ia juga menkhawatirkan kalau di bawah dinding yang curam itu berupa laut dalam sementara diatas landai tetapi retak. Jika ada gataran dinding gunung itu bisa ambrol ke laut. Kondisi terakhir bawah laut Gunung Anak Krakatau terdapat jurang yang membentang di sisi Barat hingga Selatan.

Dinding gunung yang dikhawatirkan ambrol oleh retakan tersebut volume 67 juta m3 dengan panjang sekitar 1 kilometer. Volume tersebut memang lebih kecil dibanding longsoran yang menyebabkan tsunami pada 22 Desember 2018 lalu yang mencapai sekitar 90 juta meter3.

"Jika ada potensi tsunami, tentu harapan kita semua tidak seperti yang kemarin (22/12/2018) itu. Tapi kami meminta masyarakat untuk tetap waspada saat berada di zona 500 meter di sekitar pantai," kata Dwikorita.

Untuk memantau situasi itu BMKG juga sudah memasang alat sensor pemantau gelombang dan iklim. Sensor tersebut dipasang di pulau Sebesi yang jaraknya cukup dekat dengan Gunung Anak Krakatau.

Disebutkan, alat tersebut akan memantau pergerakan gelombang dan cuaca yang disebabkan oleh aktivitas Gunung Anak Krakatau. Jika ada gelombang mengalami fluktuasi yang tinggi. Maka sensor akan mengirim sinyal ke pusat data yang terhubung.

"Secara pararel alat ini akan mengabarkan BMKG Jakarta, BPBD, dan Polda. Sehingga akan diketahui lebih cepat jika ada gelombang tinggi seperti tsunami karena ambrolnya dinding Gunung Anak Krakatau itu. Jadi ada peringatan dini lebih cepat untuk masyarakat," tegasnya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Widodo Irianto
Publisher : Rochmat Shobirin
Sumber : TIMES Jakarta

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES