Kopi TIMES

The New Year 2019: Antara Harapan dan Hambatan

Selasa, 01 Januari 2019 - 00:31 | 77.98k
Muhammad Fahmi Hidayatullah, M.Pd.I  Dosen FAI Unisma (Grafis: TIMES Indonesia)
Muhammad Fahmi Hidayatullah, M.Pd.I Dosen FAI Unisma (Grafis: TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, MALANGBERBAGAI cara dilakukan oleh setiap manusia untuk merayakan momentum pergantian tahun. Perayaan tersebut dilakukan karena ada kemungkinan antara kufur dan syukur. Merayakan pergantian tahun dengan penuh syukur diselipkan harapan dan doa di tahun yang akan datang.

Namun, perayaan dengan cara kufur dilakukan melalui perilaku dan tindakan yang mencerminkan sikap hedonisme dengan menghambur-hamburkan harta serta merugikan orang lain, contohnya hura-hura di jalanan, minum-minuman keras, serta pesta berlebihan yang melanggar norma agama dan negara.

Kedua kemungkinan di atas, setiap tahunnya bisa dilakukan oleh setiap manusia, karena pada dasarnya kehidupan dunia ada hitam dan putih. Oleh karennya, demi meminimalisir perbuatan yang melanggar norma susila, pemerintah menyelenggarakan beragam event di berbagai daerah yang dapat dinikmati seluruh kalangan seperti perayaan tahun baru 2018.

Adapun event yang diselenggarakan meluputi: penyediaan panggung hiburan untuk pagelaran musik, pameran kuliner khas daerah termasuk presiden Joko Widodo menggelarnya, pesta kembang api yang dipusatkan di berbagai titik masing-masing daerah.

Tujuannya menghindari perilaku menghambur-hamburkan harta dan penggunaan petasan serta berbagai perayaan lain yang memusatkan masyarakatnya terpusat pada satu titik kegiatan daerah yang diselipkannya doa bersama.

Selain perayaan diatas, pada tahun 2018 terdapat pula beberapa daerah yang menyelenggarakan event berbeda dengan daerah lain pada umumnya.

Contohnya, Desa Penyangkringan Kecamatan Weleri Yogayakarta dan kabupaten Sumedang merayakan tahun baru dengan pagelaran budaya, Provinsi Jawa Timur menyelenggarakn doa bersama dan shalawatan yang diikuti Ikatan Seni Hadrah (ISHARI) dari enam daerah, yaitu Pasuruan, Jombang, Mojokerto, Surabaya, Gresik, dan Sidoarjo.

Sementara di Provinsi DKI Jakarta menggelar acara nikah massal yang dikuti oleh kurang lebih 500 pasangan yang dapat disimpulkan tahun baru dengan pasangan baru yang akan membawa keberkahan hidup dan kelancaran segala urusan.

The Power of Omongan
Tahun baru tentunya membawa sejuta harapan seluruh manusia untuk kehidupan yang lebih baik. Harapan tersebut disampaikan dengan berbagai cara antara do’a dan kata-kata (pembicaraan).

Doa dan harapan yang disampaikan oleh sejuta manusia dalam satu tempat satu kegiatan bukan tidak mungkin tidak dikabulkan oleh yang Maha Mendengar, karena kekuatan doa orang banyak begitu dahsyat mampu menembus dinding-dinding besar penghalang manusia dengan sang pencipta.

Dengan kekuatan doa itulah hubungan manusia dengan sang Kuasa dapat terjalin, sehingga apa yang menjadi keinginan dan impian manusia dapat terwujud. Sedangkan keberkahan menyelimuti negeri dan menjadikannya negara damai penuh dengan ketentraman.

Dalam mencapai suatu keinginan dan impian, selain memanjatkan do’a perlu melantunkan sebuah harapan. Melihat lika liku kehidupan yang begitu rumit mendesak setiap manusia meletupkan setia harapannya.

Letupan tersebut sebagai harapan baru yang akan membawanya kepada kehidupan yang lebih baik. Kebanyakan orang beranggapan harapan hanya sekadar mimpi-mimpi seseorang dalam dunia fatamorgana yang sulit diwujudkan dalam dunia nyata,  padahal tidak demikian.

Sebagaimana yang disampaikan ustadz Yusuf Mansur sering kali menyampaikan dalam dakwahnya The Power of Omongan yang artinya kekuatan pembicaraan sesorang mampu diwujudkan dalam kehidupan.

Mengapa demikian, penulis menguraikan terdapat tiga ranah aspek yang mempengaruhi kekuatan pembicaraan anta lain: aspek intelektual, spiritual dan emosional. 

Pertama, aspek intelektual mengajak manusia selalu berfikir secara mendalam dengan mencari cara apa yang seharusnya dilakukan pasca meletupkan harapan yang disandarkan kepada sang Ilahi.

Kedua, aspek spiritual dilakukan dengan membersihkan hati dan pikiran untuk mendapatkan ide baru. Perlu kita ketahui bersama bahwa ide cemerlang hanya diperoleh dengan pikiran tajam diimbangi dengan hati yang jernih melalui ritual dzikir, wirid dan doa.

Aspek selanjutnya sebagai pelengkap adalah aspek emosional yang membutuhkan keseimbangan antara usaha dan tawakkal setelah berusaha sekuat tenaga dengan memaksimalkan otos kerja dalam kehidupan. Ketiga aspek inilah sebagai jalan mewujudkan ucapan seseorang yang disampaikan melalui harapan.

The Spirit of Hambatan 
Mayoritas manusia tidak senang dengan suatu tantangan. Karena tantangan dianggapnya sebagai penghalang langkah kesuksesannya.

Padahal tidak demikian, justru dengan tantangan itulah memunculkan berbagai potensi sesorang terutama potensi life skill dengan kreatifitas baru yang menuntun manusia menyelesaikan berbagai permasalahan yang mengusik kehidupannya.

Jika ingin menelisik manfaat suatu tantangan sangatlah besar. Dalam teori psikologi belajar connectionism Throndike, kegagalan menghasilkan perubahan tingkah laku karena adanya prinsip hukum latihan, kesiapsiagaan dan kepuasan.

Semua didapatkan atas kegagalan dan mencoba keluar dari zona tersebut. Oleh karenanya, suatu keniscayaan manusia memperoleh hambatan dan tantangan dalam kehidupannya.

Pola berfikir hambatan dan tantangan sangatlah perlu dirubah di tahun baru dengan pikiran baru. Menganggap hambatan sebagai spirit baru untuk terus memacu laju potensi yang ada dalam diri, bukan sebaliknya menganggap sebagai penghalang mimpi besar seseorang.

Melalui hambatan kita belajar menjadi manusia sabar, optimis, dan etos kerja tinggi. Tergantung bagaimana seseorang meramu mencari jalan keluar dari hambatan yang hadir dalam perjalan sesorang meraih sebuah impian.

Dengan demikian sebagai seorang insan kamil tentu merasa senang dengan berbagai hambatan yang diberikan oleh sang Maha Kuasa, karena menganggapnya sebagai sebuah nikmat besar yang diberikan sebagai pertanda Sang pencipta sangat menyanyangi makhluk-Nya.

Semoga di tahun baru ini lahir para generasi millineial zaman now yang memiliki cita-cita dan etos kerja tinggi. Karena dengan kedua sikap tersebut akan memberikan keuntungan terhadap negeri Indonesia menyongsong golden age 2045.(*)

* Penulis Muhammad Fahmi Hidayatullah, M.Pd.I  Dosen FAI Unisma

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Dhina Chahyanti
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES