Kopi TIMES

Banser, Natal dan Tahun Baru

Senin, 31 Desember 2018 - 22:15 | 211.81k
Ruchman Basori (Foto: Ist/TIMES Indonesia)
Ruchman Basori (Foto: Ist/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, JAKARTABULAN DESEMBER adalah bulan ujian dan bulan kesabaran bagi kalangan Gerakan Pemuda Ansor wabil khusus Barisan Ansor Serbaguna (Banser). Karena pada bulan ini, terutama saat perayaan Natal, yang bersambung dengan tahun baru, organisasi di bawan Nahdlatul Ulama ini panen hujatan, cacian bahkan stigma kafir, karena melakukan pengamanan gereja dan tempat-tempat strategis lainnya. Walau gelombang bully dan stigma kafir tidak sederas pada tahun-tahun yang lalu.

Sejak tahun 90-an Banser diperintah langsung oleh KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) untuk ikut mengamankan gereja. Menjaga keamanan dan ketertiban negara kita Indonesia adalah sebuah kewajiban dan gereja ada di Indonesia. 

Jangan sampai ada anak bangsa sedikitpun yang tidak aman lagi nyaman menjalankan agama dan keyakinannya. Ajaran hubbul wathon minal iman dan menjaga persaudaraan sesama bangsa (ukhuwah wathoniyah) inilah yang dijadikan dasar teologis para kader Ansor.

Sebenarnya tidak hanya gereja yang dilakukan pengamanan oleh Banser. Tetapi juga rumah-rumah ibadah agama yang lain seperti Wihara, Pura, Klenteng apalagi Masjid sebagai tempat ibadahnya sendiri. 

Tetapi yang muncul di permukaan adalah Banser Menjaga Gereja. Tentang dalil agama bagi Ansor dianggap sudah selesai dan tidak pernah diperdebatkan, karena menyandarkan diri pada Al-Quran, Hadits, Ijma dan Qiyas sebagai basis cara berpikir dan berbuat.

Stigma Negatif
Almarhum Gus Dur sebagai Ketua Umum PBNU kala itu, tentu memahami dengan baik dampak dari perintahnya. Banser mengalami stigma negatif dari sekedar cibiran sampai pengkafiran, apalagi di era media sosial seperti sekarang ini. 

Kaum sumbu pendek--untuk menyebut kelompok yang kurang mau belajar dan membuka teks-teks keagamaan dan sejarah--akan selalu sumir kepada Banser. Apalagi dibumbui dengan soal politik praktis sepanjang waktu yang tak pernah ada habisnya.

Pada Natal tahun ini cibiran dan bully terhadap Banser tidak senyaring pada tahun-tahun sebelumnya. Semoga para pembenci, sudah mulai memahami dengan baik dan benar makna keagamaan, persaudaraan, menjaga keindonesiaan dan kemanusiaan. Karenanya, penulis berterimakasih kepada Pak Prabowo Subianto Calon Presiden RI dan Pak Anies Baswedan Gubernur DKI Jakarta, yang pada tahun ini ikut merayakan natal dengan saudara-saudara kita Kristiani. 

Bagi saya dua tokoh ini adalah simbol penting, karena selama ini menjadi motivasi, inspirasi dan tokoh panutan bagi saudara muslim yang kerap miring melihat langkah Banser mengamankan gereja.

Saya tidak begitu tertarik mempersoalkan kadar keimanan dan ke-Islaman beliau, tetapi saya menyadari ternyata langkah kedua tokoh bangsa ini sudah benar. Menempatkan ukhuwah wathaniyah dan basyariyah sejalan dengan ukhuwah Islamiyah demi bangsa dan negara ini. 

Namun demikian bagi Banser akan terus melangkah dengan keyakinan dan komitmennya menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia, karena menjadi panggilan jiwa sebagai anak bangsa sekaligus panggilan keagamaan.

Langkah Banser menjaga gereja tidak menjadikan imannya menjadi luntur, tetapi malah sebaliknya semakin komitmen menjalankan ajaran dan nilai-nilai Islam yang ramatan lil ‘alamin. Bagi Ansor orang lain (the others), termasuk perbedaan agama menjadi keniscayaan. Tidak perlu dipertentangkan, karena sudah menjadi sunnatullah.

Anda bisa mencermati dari tahun 1990-an sampai saat ini, tidak satupun anggota dan kader Ansor Banser yang berpindah agama karena menjaga gereja dan tempat ibadah agama lain. Yang ada adalah semakin kuatnya jalinan dan kerjasama antar umat beragama dan lintas iman. Ulama dan kyai NU serta para habaib telah memandunya dengan baik. 

Dari mulai pemahaman keagamaan fiqih lintas agama, sampai pada aksi bela negara telah dihunjamkan kepada kader-kader Ansor. Di kalangan Ansor sendiri telah tumbuh kyai-kyai muda yang otoritatif mendesiminasikan paham dan ajaran Islam yang rahmah, moderat dan fleksibel.

 Sebut saja KH. Abdul Ghofur Maemoen (Gus Ghofur) dari PP. Sarang Rembang, KH. Ahmad Nadzif (Gus Nadzif) dari Kajen Pati, KH. Aunulloh Ala Habib (Gus Aun) dari Boyolali, KH. M. Luthfi Thomafi (Gus Luthfi) dari Lasem, Gus Najib Bukhori dari Tuban, Gus Mahfudz Hamid dari Purworejo, Gus Farisul Haq dari Cirebon, Habib Abu Bakar dari Cirebon, Gus Latif dari PP Bahrul Ulum Tambakberas dan Ketua Umum GP Ansor sendiri Gus Yaqut Cholil Qaumas dari PP Roaudlotut Tholibin Rembang.

Gus Ghofur di sebuah kesempatan menjawab pertanyaan peserta Susbalan di Batam mengatakan “Banser akan berhenti menjaga gereja jika negara telah menjamin keamanan bagi mereka”. Bagi Gus Ghofur sifatnya adalah membantu aparat keamanan, yang sampai saat ini rasio jmlah penduduk dengan jumlah polisi belum berimbang sesuai rasio.

Islam Rahmah
Membaca Ansor dan Banser tidak boleh dengan kaca mata kuda. Baik-buruk, benar-salah, bengkok-lurus, tetapi harus dari kaca mata dan penglihatan dari berbagai sisi. Memerlukan pendekatan multi interdisipliner, sehingga mampu menjelaskannya dengan baik. Pun dalam hal cara berpikir dan bergerak dalam hkidmahnya untuk bangsa dan kemanusiaan GP Ansor.

Pertama, cara berfikir Ansor adalah cara berfikir Nahdlatul Ulama yaitu berpaham Islam ala ahlussunnah wal jamaah yang moderat, toleran dan damai. Nilai-nilai tawazun, tasamuh dan i’tidal menjadi fondasi penting. Karenanya yang dikembangkan oleh Ansor dan Bnser adalah Islam yang rahmah, bukan Islam yang marah. Islam yang merangkul bukan Islam yang memukul. Islam yang lemah lembut bukan Islam yang pengecut.

Kedua, cara berpikir dan bergerak Ansor adalah atas restu ulama. Tidak satupun gerak langkah Ansor dan Banser tidak atas panduan ulama. Bagi Ansor al ulmaau waratsatu anbiyaa, ulama adalah pewaris para nabi. Apalagi sebagai anak kandung NU, Ansor memahami dengan benar makna Nahdlatul Ulama, yaitu kebangkitan ulama yang embrionya adalah sebuah gerakan brillian dari ulama pendiri negeri ini yaitu, Nahdlatul Wathan (kebangkitan tanah air), Nahdlatut Tujjar (kebangkitan ekonomi) dan tashwirul afkar (pengembangan pemikiran).

Ketiga, Ansor dan Banser memahami kebangsaan dan keagamaan dalam satu tarikan nafas. Antara Islam dan Indonesia, dan antara bangsa dan ummat. Yaqut Cholil Qaumas berkali-kali menanamkan kepada kader, bahwa Pancasila dan NKRI sudah final dan kecintaan kita terhadap agama dan negara dalam satu tarikan nafas, bukan untuk dipertentangkan. The founding father bangsa ini telah melakukan ijtihad kebangsaan yang luhur dan agung dengan Pancasila sebagai dasar dan falsafah negara, bukan dengan khilafah Islamiyah.

Keempat, Penataan Organisasi dan Dispilin Kader. Hampir sepuluh tahun terakhir ini,  Gerakan Pemuda Ansor telah menata organisasi dan mendiplinkan kader dengan sangat baik. Diawali oleh Ketua Umum yang lalu Sahabat Nusron Wahid dan dilanjutkan oleh Ketua Umum Masa Khidmah 2015-2020 Sahabat Yaqut Cholil Qaumas Ansor telah mendukung paradigma gerakan NU dari jma’ah ke jam’iyah. Dari orientasi seremonial ke orientasi substansi jam’iyah dan dari visi keagamaan diibangi kepada visi sosial dan ekonomi umat. 

Mengakhiri tulisan ini, Ansor dan Banser akan tetap eksis berjuang demi kepentingan bangsa. Menjaga Gereja adalah menjaga Indonesia. Indonesia tidak boleh diganggu dan diinjak-injak oleh siapapun dan dengan motif apapun. Setiap anak bangsa harus merasa aman dan nyaman menjalankan agama dan keyakinannya di negara Indonesia. 

Menghadapi tahun baru dan kemarin kita sudah melalui natal dengan baik, kita perlu dan harus melakukan refleksi mendalam atas apa yang telah kita lakukan untuk bangsa ini. Kebiasaan merasa dirinya paling benar (truth claim) dan menyalahkan pihak lain dan sring menyebarkan berita hoax harus segera diakhiri. Kalau tidak mampu berbuat untuk kebaikan bangsa, berdiam untuk refleksi lebih utama (fal yaqul khairan auw liyasmuth). Wallahu a’lam bi al-shawab. (*)

* Penulis adalah Ketua Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor Bidang Kaderisasi

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Deasy Mayasari
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES