Kopi TIMES

Sejarah PHP Oposisi pada Habaib

Minggu, 09 Desember 2018 - 13:24 | 94.41k
Ahmad Patoni, S.S, Kepala Madrasah Diniyah Salaf Modern Thohir Yasin Lendang Nangka, Masbagik, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat. (Grafis: TIMES Indonesia)
Ahmad Patoni, S.S, Kepala Madrasah Diniyah Salaf Modern Thohir Yasin Lendang Nangka, Masbagik, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat. (Grafis: TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, LOMBOKMENGULAS sejarah merupakan titik balik menatap gerakan yang lebih sistematis. Tidak jarang ulasan sejarah begitu menyakitkan bagi siapa saja yang sedang terjebak pada mengulang sejarah yang sebenarnya sudah pernah terjadi.

Akan tetapi, ulasan sejarah begitu sangat penting agar kita bisa bangkit dan menata kembali gerakan yang sedang kita lakukan. Berbicara habaib memiliki arti berbicara keturunan Rasulullah SAW dan keilmuan yang mereka miliki.

Sejarah Islam sangat jelas menceritakan, uswah dan teladan Rasulullah sangat bisa kita rasakan ada dalam diri para generasi penerus keilmuan beliau. Dimana para habaib ini memiliki ciri keilmuan dan akhlak yang sangat tinggi. 

Tutur kata dan tingkah lakunya yang sangat mulia inilah yang menyebabkan sematan kata habaib pada keturan Rasulullah. Dan sebutan habib tidak bisa disematkan pada semua keturunan Rasulullah, melainkan pada keturunan Rasulullah yang memiliki keilmuan dan akhlak yang mulia.

Sejarah panjang umat Islam menceritakan, para penerus Rasulullah memiliki tantangan dan cobaan yang tidak sederhana. Bahkan mereka tidak jarang mengalami penghianatan dan PHP dari oposisi yang berkepentingan.

Hal ini bisa kita lihat dalam sejarah awal pendirian Dinasti Abbasiyah. Sejak awal pendirian dinasti Abbasiyah, isu sentral yang sangat getol digemborkan melawan pemerintah Umayyah yang sudah sangat dzalim atau kriminalisasi keturunan Rasulullah. 

Isu kriminalisasi keluarga Nabi sangat memancing emosi para penduduk Basrah dan Kufah. Ditambah lagi isu tidak meratanya pembangunan pada masa pemerintahan umayyah, menjadi isu empuk di wilayah timur.

Pada waktu itu, yang menjadi oposisi dari khalifah Umayyah adalah Bani Abbas yang berpusat di Humaymah, akan tetapi jika gerakan oposisi hanya terdiri dari Bani Abbas, maka gerakan revolusi akan sangat sulit terwujud. Maka solusinya, adalah mereka menggandeng para tokoh (Habaib) agar mau ikut bergabung dalam gerakan mereka.

Dengan cara memyembunyikan niatan  mendirikan dinasti Abbasiyah. Akan tetapi, gerakan mereka adalah gerakan Bany Hasyim (merebut kembali kekuasaan agar dipegang oleh yang berhak, yakni keturunan Rasulullah yang dari Siti Fatimah).

Isu mengembalikan kekhalifahan pada keturunan Nabi inilah yang menjadi sebab pintu terbuka di Kuffah dan Basrah. Semua pendukung Habaib merasa terpanggil untuk ikut berjuang mati-matian melawan pemerintah dzalim dan suka persekusi Habaib.

Akhirnya, keleluasaan memasukkan Basrah dan Kuffah dijadikan media strategis melanjutkan ekspansi isu gerakan ke wilayah Timur. 

Ketika disemua daerah sudah sangat masif. Gerakan bawah tanah dan konsolidasi massa sudah matang. Maka gerakan selanjutnya adalah melakukan gerakan terbuka. Gerakan terbuka ini diawali dengan perlawanan pada gubernur wilayah yang sudah ditunjuk oleh pemerintah Dinasti Umayyah. Gerakan Timur dipimpin Abu Muslim Alkhurasani. Di Kuffah dan Basrah perlawanan dilakukan oleh koalisi Bani Abbas dan pengikut setia para Habaib.

Pada akhirnya, perjuangan panjang menjadi oposisi sampai menjadi pemenang dalam menggulingkan pemerintahan bisa mereka nikmati.

Akan tetapi, tidak selamanya semua janji politik bisa dipenuhi, janji dari Bani Abbas untuk memberikan posisi penting dan strategis Bani pengikut Habaib hanyalah isapan jempol. Malah sangat disayangkan, pasca kemenangan melawan pemerintah,  para habaib dan pengikutnya  dijadikan musuh Negara.

Janji manis hanya tinggal janji, meskipun yang berjanji itu bukanlah orang lain, mereka masih memilki satu aliran darah dari Bani Hasyim. Pada awalnya, mereka berpikir pasca menang lawan pemerintah akan lebih enak dan nyaman. Tapi justru perlakuan yang mereka alami tidak jauh beda dengan perlakuan pemerintah lama. 

Para Habaib dan keturunannya tetap tidak diperankan dalam pemerintahan. Dan karir politiknya dipotong sejak Bani Abbas mengokohkan diri menjadi Daulah Bani Abbasyah. Daulah Bani Abbas memiliki arti kekuasaan negara sepenuhnya menjadi hak dan wewenang keturunan Dari Ibnu Abbas Bukan yang lainnya.

Jadi, siapapun yang pernah terlibat dalam merebut kekuasaan pada Dinasti Umayyah, tidak memiliki hak menjadi Khalifah, terkecuali dia keturunan langsung dari Abdullah bin Abbas. Termasuk Para Habaib yang bersusah payah berjuang tenaga fpikiran dan materil. 

Dalam konteks ini, para habaib hanya jadi korban PHP kelompok yang berkepentingan merebut kekuasaan. Mereka hanya alat untuk menggalang masa, membangkitkan semangat dan tentara gratis melawan pemerintah.

Dan PHP ini tidak dilakukan oleh orang lain, akan tetapi dilakukan oleh kelompok yang dimana mereka masih ada ikatan darah. Kondisi inilah yang membuat sebagian Habaib harus berpindah tempat, kota dimana mereka tinggal sudah tidak lagi menjanjikan kehidupan dakwah yang produktif.

Mereka kembali menjadi kelompok masyarakat yang harus berpindah-pindah sebagaimana yang pernah mereka alami pada masa pemerintahan sebelumnya. Dan berkah dari semua ini adalah semakin menyebarnya para habaib, maka semakin luas pula jangkauan dakwah Islam.(*)

* Penulis: Ahmad Patoni, S.S, Kepala Madrasah Diniyah Salaf Modern Thohir Yasin Lendang Nangka, Masbagik, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat.

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Yatimul Ainun
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES