Peristiwa Nasional

Jurnalis Dikritik, Ini Kata Emrus Sihombing soal Kebijakan Media

Kamis, 06 Desember 2018 - 12:55 | 275.55k
Pengamat komunikasi politik dari Universitas Pelita Harapan, Emrus Sihombing. (FOTO: Istimewa)
Pengamat komunikasi politik dari Universitas Pelita Harapan, Emrus Sihombing. (FOTO: Istimewa)

TIMESINDONESIA, JAKARTAPengamat komunikasi politik dari Universitas Pelita Harapan, Emrus Sihombing menanggapi pernyataan capres nomor urut 02 Prabowo Subianto yang mengkritik jurnalis dan pers saat ini. Menurutnya, itu hal yang wajar namun media punya kebijakan redaksional sendiri.

"Saya pikir pandangan tersebut sebagai sesuatu yang wajar disampaikan sebagai pandangan beliau terhadap pers kita," ujar Emrus ketika dihubungi TIMES Indonesia, Kamis (6/12/2018).

Jurnalis saat ini disebut-sebut memilih-milih berita atau peristiwa yang akan diliput. Menyikapi hal itu, Emrus menilai itu tergantung dari kebijakan redaksional masing-masing media.

"Saya pikir media yang memuat (sebuah berita) itu adalah sesuai dengan kebijakan redaksional mereka, begitu juga dengan yang tidak," ucapnya.

"Setiap orang atau lembaga bisa saja mengambil kebijakan sepanjang tidak melanggar peraturan," ulas dia.

Direktur Eksekutif Lembaga EmrusCorner itu melanjutkan, dimuat atau tidaknya suatu berita merupakan sebuah pesan komunikasi.

"Setidaknya bahwa tidak memuat (berita) itu atas dasar kepentingan, boleh jadi pertimbangannya apakah (berita) itu penting bagi khalayak pembaca atau tidak dan itu adalah subjektifitas redaksional," paparnya.

"Saya kira (tidak memuat berita) itu adalah hal wajar, tidak menabrak etika dan kode etik kok," tandas Emrus.

Untuk diketahui, sebelumnya Prabowo Subianto mengkritik jurnalis saat pidato Peringatan Hari Disabilitas Dunia di Hotel Grand Sahid, Jakarta, Rabu (5/12/2018). Dalam pidatonya Prabowo menyebut, jurnalis sekarang ini adalah antek yang akan merusak NKRI.

"Jadi saya katakan hey jurnalis kalian tidak berhak sandang sebagai jurnalis. Saya katakan mulai sekarang jangan lagi hormati mereka karena mereka semua antek," geram Prabowo.

Kekesalan ini berawal dari aksi reuni 212 yang berlangsung di Monas, Jakarta Pusat, Minggu (2/12) lalu. Prabowo menyebut media tidak fair dalam pemberitaan acara tersebut. "Beberapa hari lalu ada acara besar di Monas, hadir jutaan orang tapi banyak media di Indonesia tidak melihatnya," ungkap mantan Danjen Kopassus itu.

"Hebatnya media-media dengan nama besar dan mengatakan dirinya objektif, justru menjadi bagian dari usaha memanipulasi demokrasi. Kita bicara yang benar ya benar, yang salah ya salah. Mereka katakan yang 11 juta hanya 15 ribu," pungkas Prabowo Subianto. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Rochmat Shobirin
Sumber : TIMES Jakarta

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES