Peristiwa Daerah

Meriah, Festival Kothek Lesung Warnai Upacara Labuhan Pantai Ngliyep

Jumat, 23 November 2018 - 16:22 | 104.72k
Tim-tim Peserta Festival Kothek Lesung dari desa Kedung Salam yang mewarnai acara Labuhan Pantai Ngliyep. (FOTO: Widodo Irianto/TIMES Indonesia)
Tim-tim Peserta Festival Kothek Lesung dari desa Kedung Salam yang mewarnai acara Labuhan Pantai Ngliyep. (FOTO: Widodo Irianto/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, MALANG – Kemeriahan Festival Kothek Lesung yang dimotori Dinas Pariwisata Kabupaten Malang mewarnai rangkaian upacara Labuhan yang digelar di Pantai Ngliyep, Kecamatan Donomulyo, Kabupaten Malang, Jumat (23/11/2018) siang.

Ini adalah festival yang kali pertama diselenggarakan di Pantai Ngliyep. Karena baru pertama, maka festival unik ini sementara diikuti oleh kelompok ibu-ibu Posyandu dan lansia se Desa Kedungsalam. Festival ini mulai dilirik untuk dikembangkan sebagai destinasi wisata di Pantai Ngliyep.

Festival-Kothek-Lesung-2.jpg

Sekitar 22 grup yang tampil siang itu. Lagu wajib mereka adalah lagu tradisional Lesung Jumengglung, yang dipopulerkan Ki Narto Sabdo lewat gending-gending dolanan.

"Ke depan akan terus kami kembangkan sampai Kecamatan. Karena antusias warga desa Kedungsalam sangat tinggi," ujar Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Malang, Made Arya Wedhantara SH kepada TIMES Indonesia, Jumat (23/11/2018) siang. 

Kothek lesung adalah bagian dari tradisi warga desa dalam menumbuk padi. Tradisi ini hampir musnah. Namun warga desa Kedungsalam, tradisi kothek lesung ini masih dipertahankan untuk keperluan upacara Labuhan. Mereka setiap tahun selalu muncul dalam acara Labuhan ini.

"Karena itu ke depan akan kami buat lebih besar. Ini event menarik dan sebuah tradisi yang harus dipertahankan serta memiliki potensi wisata yang luar biasa," tambah Made. 

Sementara itu Pelaksana Festival Kothek Lesung ini, Tumirin mengaku, festival ini sebuah kejutan bagi warga desa Kedungsalam karena ini pengalaman pertama. "Ya karena pertama di festivalkan maka tampil dengan kemampuan maksimal seperti ini," ujarnya. 

Para peserta itu tampil dengan bermacam kostum lengkap dengan asesorisnya.  Busana yang dikenakan juga menarik,  namun temanya lansia. Bahkan ada salah satu kelompok Wungu Arum, namanya,  dari dusun Ngliyep selain berbusana lansia mereka melengkapi dengan jegel (susur) di bibirnya.

Festival-Kothek-Lesung-3.jpg

Mereka tampil dengan tema kothekan Theklu. Banyak tema irama yabg ditampilkan peserta siang itu. Selain Theklu juga ada Wayang, Jaran Goyang, Jaran Setang, Mbah Gendut Tebang Tebu dan lain-lainnya. 

Untuk memperkuat nilai tambah pelaksanaan festival Kothek Lesung ini, lanjut Tumirin, panitia pelaksana juga menunjung Dewan Juri dari orang-orang yang berkompeten. Mereka adalah Sri Sukisti (Ketua Lansia Kecamatan Donomulyo), Siyanto (Pemerhati Budaya), Misni (Dalang Ruwat Kerabat Labuh) dan Nur Aisah (Perawat Desa Kedung Salam). 

Tumirin menambahkan usia lesung yang digunakan dalam festival itu sudah lebih dari 100 tahun. "Kedung Salam mempunyai 30-an lesung yang umurnya ratusan tahun. Kondisinya memang sudah banyak yang lapuk, tapi warga yabg memilikinya tetap merawatnya," ujarnya. 

Namun lesung yang paling tua, kata Tumirin, tetap tersimpan di rumah Lumbung, rumah adat penduduk desa Kedung Salam. "Satu lagi tersimpan di Balai Desa Kedung Salam," tambah Tumirin. 

Dalam Festival Kothek Lesung di Pantai Ngliyep, desa Kedung Salam,  Kecamatan Donomulyo dan yang dimotori Dinas Pariwisata Kabupaten Malang ini disiapkan hadiah berupa uang pembinaan. Juaranya dipilih juara 1,2,3 serta juara harapan 1 dan 2. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Rizal Dani
Sumber : TIMES Malang

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES