Peristiwa Daerah

Kemah Bela Negara Kodim 0809/Kediri Dapat Banyak Apresiasi Positif

Selasa, 20 November 2018 - 16:17 | 126.82k
Para siswa SMA sederajat di Kediri ikut kemah bela negara bersama Kodim Kediri. (FOTO: Pendim for TIMES Indonesia)
Para siswa SMA sederajat di Kediri ikut kemah bela negara bersama Kodim Kediri. (FOTO: Pendim for TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, KEDIRIKodim 0809/Kediri menempa siswa lewat lintas alam bergenre kemah bela negara. Pesertanya dari SMA sederajat di Kediri.

Dipilihnya lokasi perkebunan ini oleh Kodim Kediri bukan tanpa alasan. Sebagian besar masuk dalam zona aman bahaya letusan Gunung Kelud. Areal perkebunan ini, berada pada ketinggian 378 dpl hingga 512 dpl, cukup lumayan tinggi, dan dari kejauhan, kita akan melihat puncak Gunung Kelud.

kemah-bela-negara-kediri-4.jpg

Dampak positif dari keberadaan kemah bela negara ini dikatakan Camat Plosoklaten Elok Estika. Baginya, kegiatan tersebut bisa berdampak pada sektor pariwisata, khususnya di Ngrangkah Sepawon dan Plosoklaten pada umumnya.

“Dampak positif dari penyelenggaraan kemah bakti bela negara ini untuk memperkenalkan potensi di Ngrangkah Sepawon, karena selain perkebunan tempat ini juga menjadi lokasi agro wisata. Dengan adanya kegiatan ini, minimal akan tahu kondisi potensi wilayah yang ada di Ngrangkah Sepawon dan minimal wisata di Plosoklaten pada umumnya akan meningkat,” kata Camat Plosoklaten, Elok Estika.

Sejarah mencatat riwayat areal perkebunan tersebut, di tahun 1923, Pemerintahan Hindia Belanda membuka area perkebunan di sekitar lereng Gunung Kelud ini untuk pertama kalinya. Kemudian, oleh Pemerintah Hindia Belanda dikuasakan pada Perusahaan Perkebunan N.V. Cultuur Matschappy Ngrangkah Sumber Glatik Gevastigde to Surabaya, N.V. Cultuur Matschappy Ngrangkah Badek Gevastigde to Surabaya dan N.V. Cultuur Matschappy Babadan Gevastigde to Surabaya.

kemah-bela-negara-kediri-6.jpg

Perjalanan sejarah perkebunan tersebut tidak berhenti dan terus berjalan, seiring berkuasanya Pemerintahan Jepang di tahun 1942, pasca runtuhnya Pemerintahan Hindia Belanda. Di tahun 1945, perkebunan terlepas dari era pemerintahan kolonial dan memasuki era pemerintahan yang berdaulat di dalam naungan Republik Indonesia. 

Dari era kemerdekaan hingga saat ini, perkebunan tersebut tetap eksis dan menghasilkan komoditi yang bersaing di pangsa pasar regional maupun nasional. Bahkan, saat ini, ada salah satu komoditi yang berhasil menembus pangsa pasar internasional.

Roy Situmorang, Manager PTPN XII Sepawon, menjelaskan, perkebunan di sini banyak komoditi, salah satunya kopi satak, yang menjadi komoditi andalan. 

“Kopi satak ini adalah kopi robusta yang ditanam pada ketinggian 400 dpl hingga 800 dpl. Kopi ini punya cita rasa yang unik, kenapa unik, kopi ini lebih balance dalam cita rasanya. Untuk saat ini kopi satak sudah bisa diekspor ke luar negeri dan pembeli khusus kita ada di Eropa,” jelas Roy Situmorang.

Ia menambahkan, untuk kapasitas produksi dalam setahun, kopi satak ini mampu menembus angka 170 ton (kopi kering) dan itu hanya bersumber dari perkebunan yang ada di Plosoklaten ini saja.

Sementara itu, di balik hijaunya alam di lereng Gunung Kelud, Kebhinnekaan ada di lokasi kemah bakti dan ini bisa dilihat dengan keberadaan 3 tempat ibadah yang berjarak tidak lebih 50 meter antara satu dengan yang lain. Ketiga tempat ibadah itu ialah Masjid, Gereja dan Pura.

kemah-bela-negara-kediri-7.jpg

Tidak hanya itu, latar belakang masyarakat yang menetap di sekitar kemah bakti juga majemuk, baik suku maupun agama. Kendati ada perbedaan ditengah-tengah kehidupan warga di Ngrangkah Sepawon ini, tidak menjadi permasalahan dalam keseharian mereka.

Kembali pada lintas alam yang dilakukan ratusan pelajar di lereng Gunung Kelud, Kapten Arh Ajir selaku koordintator lapangan menjelaskan, semua materi ini bertujuan untuk menghadapi tantangan atau rintangan, saat berada ditengah hutan yang minim sarana maupun prasarana. 

Kemandirian, kekompakan dan kecekatan untuk berjuang hidup ditengah hutan, menjadi prioritas pendidikan dan pelatihan bergenre HTF ini.

Kondisi perkebunan yang juga berada di tengah-tengah hutan dan berada di kawasan lereng Gunung Kelud, seluruh peserta lintas alam harus menempuh jarak sekitar 4 km dengan jalan kaki. 

Lintas alam ini cukup menantang, lantaran jalanan dilewati naik turun dan dibutuhkan fisik yang prima. Tiap tim lintas alam terdiri dari 10 orang dan secara keseluruhan, lintas alam diikuti 12 tim.

“Bagi yang sakit atau fisiknya kurang fit, kami memberikan dua pilihan, tetap ikut tetapi hanya satu dua pos yang dilewati atau tidak ikut dan beristirahat di pos kesehatan. Semua peserta saya akui punya semangat yang sangat tinggi, semua menyatakan tetap ikut,” ungkap Kapten Arh Ajir.

Tim kesehatan sudah disiagakan, hal ini dilakukan kalau-kalau ada peserta yang drop atau kondisi fisiknya tiba-tiba menurun. Selain itu, tim pengamanan juga berada di titik-titik tertentu, agar peserta tidak kesasar atau tersesat. 

Kemah bela negara yang diselenggarakan Kodim 0809/Kediri mendapat apresiasi banyak pihak. Salah duanya TIMES Indonesia dan PTPN XII. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Deasy Mayasari
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan
Sumber : TIMES Kediri

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES