Wisata

Pagelaran Adanu Ring Singhasari, Tanpa Saling Bunuh antara Tunggul Ametung dan Ken Arok

Senin, 19 November 2018 - 20:17 | 93.13k
Sendra Tari Adanu Ring Singhasari yang digelar di halaman Museum Singhasari di Singosari menjadi daya tarik tersendiri bagi para pelajar di sana. (FOTO: Widodo Irianto/TIMES Indonesia)
Sendra Tari Adanu Ring Singhasari yang digelar di halaman Museum Singhasari di Singosari menjadi daya tarik tersendiri bagi para pelajar di sana. (FOTO: Widodo Irianto/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, MALANG – Sendra tari cikal bakal lahirnya Kerajaan Singosari Adanu Ring Singhasari, dipagelarkan dengan sangat apik di halaman Museum Singhasari, Senin (19/11/2018) siang. Tanpa ada saling bunuh membunuh antara Tunggul Ametung dan Ken Arok

Terik matahari, karena jam waktu itu menunjukkan pukul 12.11 siang ntang-ntang kata orang Jawa, tak menyurutkan semangat penari-penari cantik dari Komunitas Sanggar Tari Laras Taji, binaan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Malang itu. Sendra tari itu disuguhkan dalam rangka Peringatan Tahun Kunjungan Museum dan Hari Jadi ke 1258 Kabupaten Malang. 

Adanu Ring Singhasari adalah penggalan cerita sejarah tentang cikal bakal lahirnya Kerajaan Singosari. "Dari cerita inilah Negara Kesatuan Republik Indonesia terbentuk. Tidak ada Majapahit kalau tidak lahir Singosari," tandas Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Malang, Made Arya Wedhantara SH.

Pagelaran-Adanu-Ring-Singhasari-a.jpg

Karena itu ia pun memberi apresiasi tinggi atas pagelaran ini. "Event seperti inilah yang akan kami hadirkan secara rutin satu sampai dua kali sebulan mulai tahun 2019. Agar masyarakat selalu ingat bahwa kerajaan-kerajaan besar mulanya dari Singosari," katanya. 

Adanu Ring Singhasari berkisah dari awalnya seorang bernama Tunggul Ametung berhasil meredam seringnya peristiwa kerusuhan di kawasan Tumapel.

Tunggul Ametung yang asli bernama Arya Pulung ini adalah utusan raja Kertajaya dari Kediri. Ia secara khusus diberi tugas oleh Kertajaya untuk meredam kerusuhan-kerusuhan di Tumapel. 

Ia berhasil. Kemudian Tunggul Ametung menata Tumapel dan diberi gelar Akuwu oleh Kertajaya. Iapun lantas merekrut pemuda, melegalkan perjudian, membuat istana Pakuwon dan menjadikan Kutaraja sebagai sentra perdagangan.

Karena berkuasa mulailah ia lirik sana lirik sini, terutama dalam hal wanita. Maka ketika ia melihat ada seorang wanita cantik sedang mandi di Sendang Panawijen ia langsung tertarik. Wanita itu adalah Kendedes, putri Mpu Parwa.

Pagelaran-Adanu-Ring-Singhasari-b.jpg

Tunggul Ametung tertarik. Namun Kendedes tak meresponnya. Tidak sabar akan nafsunya, Kendedes lantas diculik. Kemudian dinikahi. Meski sudah mendapatkan Kendedes, Tunggul Ametung tetap suka melirik yang lain. 

Sementara rakyat Tumapel tidak mau berada di bawah kekuasaan Kertajaya dari Kerajaan Kediri. Maka kerusuhan-kerusuhan itu muncul lagi. Tunggul Ametung sendiri tak fokus lagi ngurusi "pemberontakan" rakyat Tumapel itu. Ia akhirnya mati karena terjerat perbuatannya sendiri.

Setelah Tunggul Ametung mati, muncullah Ken Arok. Ken Arok, pemuda gagah dan disegani oleh rakyat Tumapel ini sangat berpengaruh karena sifat bijaksananya. Bersama Ken Arok lah rakyat Tumapel memberontak, melakukan perlawanan pada prajurit Kertajaya yang kemudian dikenal sebagai Perang Gentar. 

Tumapel akhirnya terlepas dari bayang-bayang Kerajaan Kediri. Kendedes yang melihat keberhasilan Ken Arok itupun ikut jatuh hati, mereka kemudian menikah. Mereka berdualah yang kemudian bersama membentuk Kerajaan Singhasari. 

Tahun 2019, kata Made, museum ini akan diberdayakan secara maskimal. Karena destinasi di sinilah awal terbentuknya negara kesatuan Indonesia ini. "Budaya seni akan kami tampilkan secara rutin. Ini untuk membiasakan masyarakat di sini dan Kabupaten Malang umumnya siap dengan kebudayaannya," katanya.

Pagelaran-Adanu-Ring-Singhasari-d.jpg

Untuk menguatkan konsistensi kebudayaan di sini, lanjut Made butuh waktu. "Tapi kami sudah berjalan namun pelan. Semula saya mencoba menerapkan konsep menampilkan kebudayaan dulu seperti di Bali, baru kemudian didatangi wisatawan. Ternyata tidak bisa seperti itu, karena ya memang budayanya berbeda. Nah di sini wisatawannya dulu datang, baru kebudayaannya ditampilkan," ujarnya. 

Karena itu Dinas Pariwisata Kabupaten Malang sendiri juga akan memperkuat sumber daya manusianya (SDM) diantaranya memperkuat peranan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis)  yang jumlahnya sudah seratus lebih di Kabupaten Malang. 

Penguatan Pokdarwis itu, kata Made,  untuk lebih memberi ruang gerak kepada mereka dalam menangkap setiap event setidaknya di daerahnya masing-masing. "Seperti penampilan sendra tari Adanu Ring Singhasari yang kita gelar di Museum Singhasari, Singosari hari ini, adalah salah satu metode kami untuk memotivasi bahwa di daerahnya pasti ada kilas sejarah tentang daerahnya," ujarnya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Sholihin Nur
Sumber : TIMES Malang

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES