Ekonomi

Persatuan Peternak Unggas Minta Pemerintah Evaluasi Harga Telur

Senin, 19 November 2018 - 18:53 | 25.80k
Peternak ayam petelur (Foto: Dokumen TIMES Indonesia)
Peternak ayam petelur (Foto: Dokumen TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Kebijakan pemerintah terkait penetapan harga acuan pembelian di tingkat petani dan harga acuan penjualan di tingkat konsumen pada harga telur dianggap belum adil bagi para peternak unggas, hal itu dikarenakan harga jagung sebagai bahan dasar pakan ayam masih tinggi.

Untuk itu pemerintah dituntut untuk memberikan solusi agar tercipta keseimbangan antara harga produsen dengan pengecer.

Memang, persoalan harga telur turun tidak berimbang dengan biaya produksi. Jagung sebagai bahan dasar pakan ayam mengalami kenaikan. Hal ini membuat peternak merasa kesulitan. 

Pada bagian lain, pemerintah mengeluarkan kebijakan melalui Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) NO.58 Tahun 2018 Tentang Penetapan Harga Acuan Pembelian Di Petani Dan Harga Acuan Penjualan di Konsumen.

Wakil Ketua Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (PINSAR), Edy Wahyuddin mengatakan, saat ini pemerintah telah mengeluarkan kebijakan harga batas bawah dan atas sebesar Rp 18-20 ribu. 

Harga tersebut dinilainya masih mendatangkan kerugian kepeternak ayam lantaran masih tingginya harga jagung.

“Harga acuan ini seperti memberi pengertian kepada para pelaku pasar bahwa harga di bawah 18 ribu rupiah itu peternaknya akan rugi. Kalau di atas itu dianggap terlalu tinggi. Dan upaya ini dari pemerintah agar inflasi tidak terlalu tinggi,” terang Edy Wahyudin melalui pesan tertulis yang diterima TIMES Indonesia Network (Timesindonesia.co.id), Senin (19/11/2018).

Dikatakannya, harga acuan yang sudah ditetapkan oleh Kemendag menjadi harapan baginya agar peternak bisa mengestimasi keuntungan dan usahanya terus berjalan. Namun meskipun harga telur turun sejak memasuki bulan September – Oktober dan berlanjut di pertengahan September hingga minggu pertama November, keuntungan yang didapat begitu tipis.

“Faktanya harga telur di Blitar sudah mencapai 18600-19000 per kg. Artinya peternak dalam kondisi normal harusnya untung. Tetapi saat ini biaya produksi naik akibat jagung yang tinggi," jelas Edy.

Dengan demikian, dia berharap pemerintah bisa memberikan solusi terkait kenaikan harga jagung yang berpengaruh terhadap biaya produksi telur. Sehingga harga telur di tingkat pasaran bisa terjaga melalui harga acuan yang sudah ditetapkan. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Sholihin Nur
Sumber : TIMES Jakarta

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES