Glutera News

Jangan Anggap Sepele, Ini Dampak Buruk Berteriak pada Anak

Minggu, 18 November 2018 - 04:34 | 162.57k
Ilustrasi (FOTO: Glutera)
Ilustrasi (FOTO: Glutera)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Saat marah pada anak, tidak jarang orang tua yang berteriak untuk mencoba membuatnya patuh. Namun, disarankan hindari melakukan hal itu lagi. Berteriak pada anak diketahui membawa dampak negatif untuk Si Kecil. 

Berteriak pada anak sebenarnya hanya membuat orang tua lelah dan tidak efektif membantu perubahan perilaku anak menjadi lebih baik. Pada saat Bunda atau Ayah berteriak, anak menurut hanya karena takut, sehingga ada kemungkinan anak akan mengulangi kesalahan yang sama.

Cara orang tua berkomunikasi dengan anak memegang peran penting dalam mendidik Si Kecil. Memang tidak mudah membesarkan anak, tak jarang orang tua yang merasa frustrasi sehingga mudah berteriak atau berkata kasar pada Si Kecil.
Namun, ada beberapa dampak negatif dari berkomunikasi dengan cara berteriak pada anak, di antaranya adalah sebagai berikut.

1. Membuat perilaku anak semakin buruk

Jika Bunda dan Ayah berpikir bahwa berteriak kepada anak akan membuat perilakunya berubah menjadi baik, ini merupakan hal yang salah. Sikapnya justru bisa jadi semakin buruk dan kemungkinan membentuk sifat yang lebih agresif. Berteriak pada anak juga bisa menyebabkan anak merasa tertekan, sehingga meningkatkan risiko anak berperilaku menyimpang, seperti menggunakan obat-obatan terlarang dan melakukan kejahatan seksual.

2. Perkembangan otak anak menjadi terganggu

Otak manusia lebih mudah memproses informasi yang negatif dibandingkan dengan informasi yang baik. Hal ini dapat mengganggu perkembangan otak anak ketika orang tua sering berteriak dalam masa pertumbuhannya.

3. Membuat anak tidak percaya diri

Rasa tidak percaya diri anak tidak hanya disebabkan oleh kebiasaan orang tua menyalahkan anak, tapi juga karena kebisaan orang tua berteriak. Hal ini disebabkan penyampaian pesan yang kurang tepat, atau pemilihan kata-kata yang kurang baik. Kebiasaan orang tua dalam berteriak, juga akan membuat anak merasa tidak berharga.

4. Meningkatkan risiko depresi

Sering berteriak pada anak dapat membuat anak hidup dalam ketakutan, kecemasan dan kekhawatiran. Lambat laun, hal ini bisa meningkatkan risiko anak menjadi depresi. Bahkan pada beberapa kasus, depresi yang dialami oleh anak kemungkinan berlanjut sampai ia beranjak dewasa.

5. Meningkatkan risiko anak menderita masalah kesehatan

Berteriak pada anak, tergolong kekerasan verbal yang dapat membuatnya stres. Kondisi ini dapat memberi dampak jangka panjang bagi kesehatannya, termasuk memengaruhi daya tahan tubuhnya. Ada pula penelitian yang mengaitkan kekerasan verbal pada masa kecil dengan kondisi nyeri kronis yang nantinya dialami, seperti sakit kepala, leher atau punggung.

Lakukan Hal Ini Untuk Mencegah Berteriak Pada Anak
Ada beberapa hal yang bisa Bunda dan Ayah lakukan untuk menghindari berteriak atau melakukan kekerasan verbal ketika berupaya mendisiplinkan anak. Apa saja? Berikut ulasannya.

1. Menenangkan diri sejenak

Ketika merasa akan berteriak pada anak, coba tenangkan diri sejenak. Saat melihat tingkah laku anak yang tidak sesuai dengan aturan, ada baiknya Bunda atau Ayah pergi sejenak untuk menarik napas panjang dan berpikir dengan jernih. Setelah merasa lebih tenang, Bunda dan Ayah bisa berikan pendapat atau masukan secara bijak pada Si Kecil. Hal ini juga bermanfaat untuk memberi contoh pada anak tentang bagaimana mengendalikan emosi.

2. Berikan peringatan

Bunda dan Ayah tetap bisa memberikan peringatan kepada Si Kecil, tanpa harus berteriak. Misalnya, berikan peringatan untuk Si Kecil untuk berhenti bermain gadget, 10 menit ke depan. Namun, pastikan Bunda dan Ayah menggunakan kalimat yang baik, jelas dan tidak akan menyakiti anak. Ingat, kalimat yang diucapkan orang tua bisa sangat berdampak pada pengembangan karakter anak.

3. Berikan konsekuensi dengan tegas

Jika orang tua sudah memberi peringatan, tapi Si Kecil tetap tidak menurut. Itu berarti saat yang tepat untuk memberikan konsekuensi dengan tegas. Misalnya, anak tidak mau berhenti bermain gadget setelah bermain cukup lama. Bunda dan Ayah dapat memberi konsekuensi dengan melarang Si Kecil untuk bermain gadget selama beberapa hari ke depan. Usahakan untuk tetap tegas dengan konsekuensi yang diberikan. Tegas bukan berarti kasar, melatih dengan ketegasan, akan membantu Si Kecil tumbuh lebih disiplin. Dengan begitu, Si Kecil akan belajar bertanggung jawab dan tidak akan mengulangi kesalahan yang sama.

4. Diskusikan dengan Si Kecil

Beri penjelasan dari alasan mengapa kesalahan yang dilakukannya bisa membuat orang marah dan kesal. Dengan begitu, anak akan lebih paham bedanya hal baik dan buruk. Hal ini akan membantu perkembangan pola pikir anak, kemudian akan menentukan perilakunya kelak. Pemahaman yang baik, akan mengurangi risiko anak mengulangi kesalahan yang sama. Anak juga akan mampu mencontoh perilaku baik yang orang tua lakukan.

Tidak jarang berteriak pada anak dilakukan oleh orang tua secara spontan atau tanpa disadari. Setelah mengetahui berbagai dampak buruk yang dapat terjadi akibat kebiasaan tersebut, sebaiknya hindari mulai sekarang. Jika Bunda dan Ayah memiliki pertanyaan seputar cara mendidik anak jangan ragu untuk konsultasi dengan psikolog. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Deasy Mayasari
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES