Kopi TIMES Universitas Islam Malang

Memimpin dengan Cinta Kasih

Sabtu, 17 November 2018 - 10:11 | 173.88k
Muhammad Yunus. Dosen Pendidikan Bahasa Inggris Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Islam Malang (Grafis: TIMES Indonesia)
Muhammad Yunus. Dosen Pendidikan Bahasa Inggris Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Islam Malang (Grafis: TIMES Indonesia)
FOKUS

Universitas Islam Malang

TIMESINDONESIA, MALANG – Tulisan ini terinspirasi atau paling tidak menukil dari penyampaian Direktur Pembinaan Kelembagaan Pendidikan Tinggi Ditken Kelembagaan IPTEK Dikti Kemristek Dikti RI, Totok Prasetyo ketika memberikan pemaparan di Universitas Islam Malang, Rabu (14/11/2018). Dalam paparannya Pak Totok menyampaikan akan pentingnya kepemimpinan yang kuat dalam menjalankan roda organisasi khususnya lembaga pendidikan tinggi seperti Unisma Malang ini.

Oleh karenanya ada baiknya saya share ide-ide cerdas beliau dalam tulisan ini yang mungkin dapat diambil praktik baiknya dalam roda kepemimpinan baik dalam pendidikan maupun memimpin secara umum.

Menurutnya syarat menjalankan organisasi kepemimpinan lembaga pendidikan kuncinya adalah kepemimpinan yang kuat (strong leadership). Untuk menjadi pemimpin yang kuat ada beberapa syarat yang harus dipakai yang itu harus dilatik pada diri kita masing-masing, karena sejatinya pemimpin itu adalah setiap diri kita. Setiap kalian adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang dipimpinnya. Oleh karenanya mengetahui apa yang harus dilakukan adalah mutlak.

Kepemimpinan yang kuat adalah mereka yang senantiasa memegang penuh CINTA KASIH. Siapaun Anda adalah pemimpin dengan cinta kasih. Minimal untuk diri sendiri. Cinta kasih adalah singkatan dari cerdas, inovatif, normative, tangguh, aspiratif, dengan modal keteladanan, amanah, sensitive, inspiratif, dan humanis. 

Cerdas adalah syarat utama yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin. Makna cerdas menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KKBI) adalah sempurna perkembangan akal budayanya (untuk berpikir, mengerti, dan sebagainya), berpikiran tajam, sempurnah pertumbungan tubuhnya. Cerdas ini menjadi sifat wajib bagi seorang utusan Allah SWT yaitu fathonah. Maka cerdas adalah kewajiban seorang pemimpin untuk menjalankan roda organisasi agar organisasi tersebut berjalan dengan baik dan terus maju. 

Kedua, adalah inovatif. Kata inovatif sangat popular di era revolusi industry 4.0 sekarang ini. Ciri dari inovatif adalah menghasilkan kreatifitas. Dalam konteks pendidikan inovatif yang kemudian menghasilkan kreatifitas itu adalah level berpikir paling tinggi, dimana berpikir tingkat tinggi itu sangat dibutuhkan diera disrupsi sekarang ini. Mereka yang bertahan dengan daya kratifitas yang kuat maka akan mampu hidup dengan layak dimasa sekarang ini. 

Berikutnya adalah pemahaman akan nilai-nilai normatif. Normatif meliputi tentang norma hukum, norma sosial, dan norma agama. Terlebih mereka yang memimpin pada lembaga pendidikan karena norma sejatinya adalah pelestarian kehidupan itu sendiri.  

Berikutnya adalah tangguh. Pemimpin itu harus kuat, berkomitmen, berkompeten, bukan mereka yang gampang ngambeklebay, gampang nesu. Jika ini terjadi maka akan bubar. Lihat saja bagaimana rosul-rosul Allah mampu bertahan dari segala bentuk serangan dan fitnah. Namun karena kegigihan dan kemajuan yang luar biasa maka perjuangan islam berlangsung sampai sekarang.  

Dan yang terakhir adalah aspiratif. Aspiratif adalah keterbuaan menerima segala sesuatu yang yang manis mampun pahit. “Lihatlah apa yang diucapkan bukan dari siapa yang mengucapkan.” Demikian nasehat yang diberikan kepada kita generasi saat ini. 

Selain seorang pemimpin itu harus cerdas, inovatif, normatif, tangguh, dan aspiratif, pemimpin haruslah memberikan keteladanan, selalu amanah, sensitive, inspiratif, serta humanis. Pemimpin itu jangan seperti calo di terminal. Calo selalu di tempat dan kerjaannya hanya mencari dan menyuruh penumpang menyuruh naik kendaraan. Calo itu selalu ditempat tidak pindah-pindah. Jangan hanya menyuruh tapi tidak memberikan teladan yang baik. Kalau ingin maju, majulah terlebih dahulu, beri teladan yang baik baru yang dipimpinnya akan mengikuti dengan baik. 

Berikutnya adalah amanah. Amanah ini bisa dipercaya. Apapun yang diberikan akan dikerjakan dengan baik. Amanah ini juga menjadi ciri dari sifat wajib seorang rosul Allah. Apa yang dibebankan padanya harus diselesaikan dengan baik. Tidak menunda-nunda pekerjaan yang diberikan. Selain teladan dan amanah seorang pemimpin haruslah sensitive terhadap situasi dan kondisi yang ada. Dari situlah akan memunculkan inspiratif dan menjadikannya pemimpin yang humanis.

Semoga dengan cinta kasih ini mampu menghasilkan pemimpin-pemimpin yang kuat sehingga mampu menjalankan roda organisasi yang baik. (*)

* Penulis, Muhammad Yunus, Dosen Pendidikan Bahasa Inggris Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Islam Malang

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : AJP-5 Editor Team
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES