Peristiwa Internasional

Yaman Hadapi Kondisi Pra-Kelaparan Akibat Konflik

Sabtu, 17 November 2018 - 08:04 | 68.79k
Kondisi masyarakat di Sana’a, Yaman, yang harus mengantre air. PBB memprediksi kelak tragedi kelaparan terburuk sepanjang masa akan didera oleh wilayah tersebut. (FOTO: Dok ACT)
Kondisi masyarakat di Sana’a, Yaman, yang harus mengantre air. PBB memprediksi kelak tragedi kelaparan terburuk sepanjang masa akan didera oleh wilayah tersebut. (FOTO: Dok ACT)

TIMESINDONESIA, YAMANYaman, tiga tahun sudah ia bergelut dengan konflik berkepanjangan, yang membuat warga sipilnya menjadi korban.

Rudi Purnomo dari Tim Sympathy of Solidarity (SOS) for Yemen I - Aksi Cepat Tanggap (ACT) menceritakan perjalanannya menuju ke Yaman, salah satu negara Jazirah Arab yang terletak di barat daya Asia.

Beriringan dengan semakin panasnya perdebatan, dampak yang terjadi pun semakin besar. Nyawa, harta, dan benda menjadi taruhannya.

Pertempuran yang terjadi di Yaman, bukan lagi hanya tentang krisis kemanusiaan, melainkan sebuah kejahatan perang. Tiga tahun dirundung konflik, Yaman sendiri telah dikenal sebagai negara Arab paling miskin, lalu semakin miskin.

PBB menyatakan 14 juta warga Yaman tengah menghadapi ‘kondisi pra-kelaparan’.

PBB juga memperkirakan, kondisi Yaman yang masih dibebat dengan konflik panjang, kelak akan menjadi tragedi kelaparan terburuk sepanjang masa.

Yaman.jpg

Prediksi krisis kelaparan terbesar itu diduga akan semakin cepat terjadi, pasalnya Pelabuhan Hodeidah sebagai pintu masuk utama masih menjadi pusat gempuran. Padahal, dari Hodeidah itu Yaman menerima banyak barang impor, utamanya bantuan makanan dari lembaga-lembaga kemanusiaan.

Hodeidah yang berbatasan langsung dengan Laut Merah di bagian baratnya, menjadi garis kehidupan bagi seluruh warga Yaman, termasuk jutaan jiwa yang terjebak dalam kemiskinan dan konflik di Sana’a. Dalam kurun dua bulan terakhir, kondisi ekonomi di Yaman tak kunjung membaik. Nilai mata uang lokal Yaman merosot hingga 40% terhadap dolar AS.

Tentang kondisi perputaran ekonomi di Yaman, Rudi bercerita kalau penutupan akses barang impor di Hodeidah berimpresi sangat buruk bagi kondisi ekonomi di Yaman.

“Barang-barang pokok harganya sangat mahal. Bahkan di sepanjang perjalanan, saya melihat pusat pembelian bahan bakar selalu ramai. Di Sana’a bahan bakar pun sangat langka dan pastinya harganya mahal. Sementara itu pekerjaan apa yang bisa dilakukan di fase perang seperti ini? Mayoritas kepala keluarga di Yaman kehilangan pekerjaan akibat konflik yang semakin buruk,” terang Rudi, yang berhasil sampai di Sana’a, ibu kota Yaman, pada Selasa (13/11/2018) dini hari.

Bagi Rudi, perjalanan menuju Kota Sana’a tidaklah mudah. Ia harus menempuh waktu 39 jam perjalanan dan menembus 35 pos keamanan. Rute dan buruknya sarana komunikasi menjadi kendala selama perjalanan. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES