Peristiwa Daerah

AJI Gandeng Internews dan Google News Initiative Sosialisasikan Cara Hadapi Hoax

Jumat, 16 November 2018 - 22:47 | 31.59k
Suasana pelatihan AJI, Internews, dan Google Initiative News di FISIP UB. (FOTO: AJI Malang)
Suasana pelatihan AJI, Internews, dan Google Initiative News di FISIP UB. (FOTO: AJI Malang)

TIMESINDONESIA, MALANG – Aliansi Jurnalis Independen (AJI) bekerjasama dengan Internews dan Google News Initiative, memberikan pelatihan singkat halfday basics workshop hoax busting and digital hygiene.

Workshop singkat ini berlangsung di FISIP UB dengan diikuti oleh 100 mahasiswa, pegiat media sosial, warganet, aktivis di Malang, Jawa Timur, Jumat (16/11/2018). Para peserta ini diajarkan dan berlatih menangkal kabar bohong atau hoaks.

Pelatihan-AJI-2.jpg

Ketua program doktoral Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Brawijaya Bambang D Prasetyo menjelaskan hoaks menyebar dan berkelindan di media sosial setiap hari. Dalam era banjir informasi, warganet harus cerdas memilih media dan memilah informasi. 

"Polisi era sekarang tak harus gagah,  tapi juga memiliki intelektualitas," katanya. 

Ia mengatakan polisi juga harus memiliki peran penting untuk mengawasi dan penindakan hukum.  Jika tahu informasi yang diterima hoaks, katanya,  setop jangan disebarkan. 

Ada berita tak benar, katanya,  tetap melintas di lini masa.  Bahkan warganet ikut mendistribusi berita yang tak benar atau hoaks. 

Peserta dilatih dua trainer tersertifikasi Google, akademikus Lilik Dwi Mardjianto dan jurnalis Inggried Dwi Wedhaswary. Inggried menyebutkan hoaks sangat mudah menjangkau masyarakat yang memiliki tingkat literasi rendah. Indonesia menempati urutan ke 60 dari 61 Negara. Sedangkan pengguna media sosial menempati urutan kelima.

"Kemampuan mengolah informasi rendah," katanya. Sehingga mudah menyebarkan hoaks. Tanpa melakukan cek ulang dan verifikasi.

Sementara itu, Lilik Dwi Mardjianto menjelaskan jika internet merupakan belantara. Jika tak memahami literasi digital sama dengan orang tersesat di belantara tak punya kompas.

Pelatihan-AJI-3.jpg

"Kita tak tahu arah. Bisa ikut terlibat menyebarkan hoaks," kata Lilik. 

Ia menunjukkan informasi miss informasi dan disinformasi. Disinformasi motifnya awal untuk sekedar lucu-lucuan, mencari sensai dan mencari keuntungan. 

"Disinformasi sengaja menyebarkan hoaks karena ada maksud tertentu," ujarnya.

Studi kasus juga ditampilkan dalam workshop ini. Salah satunya, manta  Menteri Informatika dan Informasi Tifatul Sembiring pernah menyebarkan hoaks. Berupa foto korban pembantaian pengungsi Rohingya di Myanmar. 

Padahal foto tersebut merupakan pembantaian muslim di Thailand Selatan oleh militer Thailand.  Korban merupakan demonstransi umat muslim Thailand. Sebanyak 78 umat Islam tewas. 

Dalam pelatihan AJI ini, para peserta dilatih menelusuri berita dan mengecek kebenarannya. Selain itu juga menelusuri foto dan video menggunakan beragam tools. Peserta juga diingatkan pentingnya keamanan dan kebersihan digital. Agar tak mudah data pribadi diretas dan dipindai secara digital. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Yatimul Ainun
Publisher : Rizal Dani
Sumber : TIMES Malang

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES