Pendidikan

UGM Siapkan Unit Pengolahan Limbah Batik Kayu

Selasa, 13 November 2018 - 18:56 | 23.26k
Dosen Fakultas Geografi UGM Dr Dyah Widiyastuti dalam Diskusi soal pengembangan pariwisata batik kayu di Pusat Studi Pariwisata UGM. (FOTO: Humas UGM/TIMES Indonesia)
Dosen Fakultas Geografi UGM Dr Dyah Widiyastuti dalam Diskusi soal pengembangan pariwisata batik kayu di Pusat Studi Pariwisata UGM. (FOTO: Humas UGM/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, YOGYAKARTA – Universitas Gadjah Mada (UGM) akan menyiapkan unit pengolahan limbah batik kayu di dua desa wisata. Yakni, Desa wisata Krebet, Pajangan, Bantul dan Desa Wisata Bobung, Gunung Kidul.

Langkah ini dilakukan sebagai langkah antisipasi kerusakan alam di sekitar desa sentral kerajinan batik kayu tersebut. Dua desa ini dikenal sebagai penghasil produk kerajinan tangan batik dari bahan kayu.

Dampak perekonomian pun mulai dirasakan masyarakat setempat. Bahkan, produk kerajinan batik kayu di ekspor dan dijual di berbagai daerah pelosok dalam negeri.

“Dua desa itu memerlukan pusat pengolahan limbah. Sebab, kedua desa ini belum memiliki unit pengolahan limbah baik limbah cair maupun padat,” kata Dosen Fakultas Geografi UGM Dr Dyah Widiyastuti dalam diskusi soal pengembangan pariwisata batik kayu di Pusat Studi Pariwisata UGM.

Dalam penelitian memang limbah pengolahan batik kayu ini belum terjadi kerusakan lingkungan yang disebabkan dari buangan  limbah kerajinan tersebut. Namun demikian, pihaknya akan ikut mengolah limbah tersebut agar tidak mencemari lingkungan.

“Wisatawan perlu diedukasi bahwa limbah batik kayu ramah lingkungan dan potensi menjadi daya tarik wisata,” terangnya.

Anggota tim peneliti lain dari Fakultas Kehutanan UGM, Mukhlison menerangkan, isu lingkungan kemungkinan bisa hambatan pemasaran produk ini. Untuk mengetahui seberapa jauh tingkat pencemaran lingkungan dari limbah yang dihasilkan pihaknya melakukan penelitian sampel buangan limbah dan mendorong pendirian unit pengolahan limbah di dua desa tersebut.

“Harapan kita aktivitas pengolahan limbah ini bisa menjadi atraksi wisata,” kata Mukhlison.

 Dari hasil uji sampel yang diteliti, Mukhlison menyebutkan ada 16 parameter zat limbah yang diukur namun ada lima zat yang dianggap melebihi batas baku mutu yang berasal dari limbah cair.

Yakni zat COD (chemical oxygen demand), amonia, BOD (biologixal oxygen demand), total dissolved solids, da total suspended solids.“Namun, limbah batik kayu umumnya terurai dalam tanah,” terang Mukhlison. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan
Sumber : TIMES Yogyakarta

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES