Politik Prabowo-Sandi

Petrus Selestinus Nilai Sandi Alami Krisis Identitas

Selasa, 13 November 2018 - 10:55 | 210.95k
Sandiaga Salahudin Uno di KPU, Jakarta Pusat. (FOTO: Rahmi Yati Abrar/TIMES Indonesia)
Sandiaga Salahudin Uno di KPU, Jakarta Pusat. (FOTO: Rahmi Yati Abrar/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, JAKARTA –  Wakil Ketua Pengurus Pusat Pimpinan Nasional Harimau Jokowi, Petrus Selestinus menilai, calon Wakil Presiden nomor urut 02, Sandiaga Salahudin Uno mengalami krisis identitas yang mengarah pada disorientasi berpikir.

Menurutnya, tingkah laku Sandi yang kerap nyentrik belakangan ini memperlihatkan sebuah gejala orang yang sedang kehilangan 'etika' dalam berperilaku dan 'nalar' ketika bertutur kata.

"Krisis identitas itu tidak baik dalam proses melahirkan calon pemimpin, karena hal itu akan melahirkan krisis moral yang berkepanjangan yang merupakan embrio dari perlaku korupsi di masa yang akan datang," kata Petrus di Jakarta, Selasa (13/11/2018).

Menurut Petrus, aksi Sandi yang melangkahi makam tokoh pendiri Nahdlatul Ulama (NU), KH Bisri Syansuri saat berziarah di Hari Santri Nasional (22/10/2018) lalu, merupakan contoh perilaku tidak terpuji yang berdampak pada persoalan keteladanan seorang pemimpin.

"Mengapa? Karena perilaku melangkahi makam pada saat ziarah tanpa merasa bersalah, adalah perbuatan yang melecehkan tokoh pendiri NU KH Bisri Syansuri sekaligus melecehkan tradisi atau kultur warga NU yang sangat menghormati ulama," ujarnya.

Sebagai bangsa yang berbudaya dan menjunjung tinggi etika, sopan santun dan tata krama dalam kehidupan sehari-hari lanjut Petrus, maka sikap Sandi tersebut merupakan perbuatan tercela bahkan terkutuk karena akan merusak peradaban masyarakat Indonesia yang menempatkan ekpresi budaya tradisional sebagai bagian dari 'tradisi' yang wajib dihormati.

"Sandiaga Uno dan Tim Kampanye Nasionalnya sesungguhnya tidak sedang berziarah melainkan hendak merusak tradisi budaya masyarakat warga NU dan melukai harga diri dan kehormatan warga NU, karena peristiwa itu terjadi pada saat "ritus" ziarah di makam KH Bisri Syansuri, tokoh pendiri NU," kata Petrus.

"Ini jelas perbuatan terkutuk yang tidak patut dimaafkan," sambung dia. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Rochmat Shobirin
Sumber : TIMES Jakarta

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES