Gaya Hidup

Bisnis Kafe di Jember: Makin Menjamur, Makin Menggiurkan

Sabtu, 10 November 2018 - 23:01 | 373.08k
Kafe Fat Louie, Kota Malang (Ilustrasi: Dok. TIMES Indonesia)
Kafe Fat Louie, Kota Malang (Ilustrasi: Dok. TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, JEMBER – Nongkrong di kafe mungkin sudah menjadi bagian dari gaya hidup (lifestyle) sebagian masyarakat di Jember, Jawa Timur. Khususnya bagi generasi muda, baik dari kalangan pelajar dan mahasiswa, mengunjungi kafe hampir menjadi kebiasaan yang entah kapan bermulanya.

Namun, dalam beberapa tahun belakangan bisnis kafe di Jember memang sedang tumbuh subur. Tengok saja kawasan kampus Universitas Jember (Unej) atau di kampus Universitas Muhammadiyah Jember (Unmuh Jember). Di kawasan dua kampus besar di Jember ini, kafe-kafe berdiri berderet di pinggir jalan-jalan strategis yang menjadi urat nadi perekonomian masyarakat.

Kebanyakan kafe memang menyajikan kopi sebagai sajian utama. Namun ada pula kafe yang menyajikan hidangan berat seperti nasi goreng, lalapan ayam goreng, dan sebagainya. Tidak hanya itu, banyak kafe yang ada didesain semenarik mungkin. Interior di dalamnya eye catching. Memanjakan mata pengunjungnya. Inilah yang membedakan kafe dengan warung kopi.

Sampai di situ? Belum. Untuk membuat pengunjungnya betah berlama-lama, banyak pemilik kafe menyediakan WiFi gratis dengan password yang kudu ditanya dulu kepada pelayan. Jangan lupakan juga sejumlah kafe di seputaran kampus Unej yang menyediakan live music yang diisi oleh penyanyi atau band lokal berhonor tinggi yang mampu menciptakan suasana cangkrukan sembari ngopi menjadi terasa elegan.

Salah satu owner kedai kopi di Jember, Muslim yang ditemui TIMES Indonesia beberapa waktu lalu menjelaskan bahwa peluang bisnis kedai kopi atau kafe di Jember memang cukup menjanjikan. Kafe milik Muslim adalah Kancakona Kopi. Muslim menjelaskan, nama Kancakona diambil dari bahasa Madura yang berarti kawan lama.

Kancakona Kopi terletak di Jalan Basuki Rahmat. Meski lokasinya jauh dari kawasan kampus, omzet yang diterimanya cukup lumayan. Bisa Rp 4 juta/hari.

“Tapi ya tidak tentu, kadang pas sepi ya sepi,” kata Muslim dengan santai.

Muslim setuju bahwa mempercantik desain interior kafe jadi strategi yang ampuh untuk menarik pengunjung.

Seperti misalnya dengan memajang puisi dari penyair M. Faizi. Puisi karya M. Faizi yang juga dikenal ulama itu ditempatkan di bawah deretan beberapa bungkus kopi yang ada di dalam toples. Kemudian pada bagian dindingnya dihiasi kaligrafi dan sapuan kanvas dengan tulisan kata-kata mutiara seputar kopi. Tampak juga beberapa buku yang ditata rapi di sebuah rak samping kasir.

Muslim mengatakan selain tempat ngopi, Kancakona bertekad membumikan ngaji dan berbagi lewat tagline yang ditulis besar di salah satu dinding: Ngopi, Ngaji dan Berbagi. Tak ayal, setiap minggu di Kancakona rutin diadakan kegiatan diskusi, menyantuni fakir miskin dan anak yatim. Dalam beberapa waktu ke depan, bahkan akan dilaksanakan ngaji kitab kuning. Benar-benar cafenya santri.

“Kami memang menargetkan pengunjung utama adalah santri. Kadang mereka kalau ke kedai kopi sungkan kan kalau sarungan, malu. Nah di sini bebas, itu memang tujuan kami,” ucap Muslim yang merupakan salah satu pejabat di Kemenag Jember itu.

Strategi memaksimalkan desain interior juga tampak di kafe lain. Sebut saja Anglo Saxon. Kafe yang berdiri dekat pematang sawah di Jalan Semeru ini terbilang unik. Meski dinamakan Anglo Saxon, tenyata tema yang terasa dalam desain interior di kafe ini tidak ada hubungannya secara langsung dengan sejarah bangsa-bangsa Eropa. Di dalamnya justru dipajang sejumlah barang antik. Seperti sepeda kumbang tua, radio dan televisi tua, dan sebagainya. Anglo Saxon lebih terasa Nusantara tempo dulu. Namun demikian, kafe tersebut cukup menarik minat orang datang ke sana.

Menjamurnya kafe-kafe di Jember memang menjadi penanda perekonomian berjalan baik. Pengamat perkotaan, Yayat Supriatna mengatakan, bahwa gaya hidup kaum milenial yang semakin konsumtif sangat mempengaruhi meningkatnya jumlah kafe di Jember. Tidak hanya itu, kafe saat ini juga dinilai sebagai tempat yang tepat untuk bersosialisasi atau hanya sekedar menghabiskan waktu luang.

"Apalagi Jember yang merupakan kota dengan demografi banyaknya mahasiswa di sana, ini juga mempengaruhi. Mahasiswa suka mencari tempat nongkrong," kata Yayat.

Dia juga mengatakan bahwa kafe saat ini telah bertransformasi dari tempat makan atau ngopi-ngopi menjadi tempat kerja. Hal itu menjadi alasan mengapa kafe, khususnya di Jember tidak pernah sepi dari pengunjung. "Orang-orang datang ke kafe sebenarnya tidak mementingkan untuk makan. Tapi karena ada WiFi. Mereka bisa mengakses internet dan men-download di sana. Hanya itu. Coba kalau nggak ada WiFi, pasti sepi," tuturnya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Dody Bayu Prasetyo
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan
Sumber : TIMES Jember

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES