Wisata

Desa Wisata Bunga Abadi Edelweiss Wonokitri Diluncurkan

Jumat, 09 November 2018 - 15:27 | 112.79k
Bunga Abadi Edelweiss di kawasan Bromo Tengger Semeru yang kini bisa dibudidayakan. (FOTO: istimewa)
Bunga Abadi Edelweiss di kawasan Bromo Tengger Semeru yang kini bisa dibudidayakan. (FOTO: istimewa)

TIMESINDONESIA, MALANG – Konsep Desa Wisata "Bunga Abadi" Edelweiss di kaki gunung Bromo akan diluncurkan pada Jumat (10/11/2018) besok, bersamaan dengan peringatan Hari Pahlawan. 

Bunga edelweiss adalah ikon wisata Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BB TNBTS). Bunga yang wanginya boleh dikatakan sepanjang masa ini sudah menjadi ciri khas masyarakat suku Tengger. 
 
Bunga inilah yang digunakan sebagai kebutuhan adat yang biasanya diambil dari TNBTS untuk upacara adat,  seperti leliwet, entas-entas, dan karo. Karena sering dipetik dan dikhawatirkan punah, maka pemerintah mengeluarkan undang-undang perlindungannya, yakni UU No.5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistem.

Disitu disebutkan sanksi bagi para pemetik edelweiss tegas, yakni pidana penjara paling berat lima tahun dan denda paling besar Rp100 juta bagi siapa saja yang memetik atau mencabut bunga edelweiss. Ini memang menjadi permasalahan yang besar bagi masyarakat Tengger di sekitar Bromo yang selama ini, turun temurun menggunakan edelweiss sebagai pelengkap upacara adat.

Karena ada UU itulah, BB TNBTS bersama Universitas Brawijaya Malang dan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta lantas membudidayakan edelweiss di luar kawasan TNBTS dengan melibatkan masyarakat Wonokitri untuk memenuhi kebutuhan adat mereka. 

Pada akhirnya masyarakat Tenggerpun bergeser dalam sikapnya. Mereka tidak lagi memetik bunga edelweiss di wilayah TNBTS lagi, namun mereka menanam sendiri bunga edelweiss di rumah mereka masing-masing. "Jadi saat membutuhkan bisa memetik sendiri di rumah, dengan demikian bunga edelweiss yang ada di TNBTS pun bisa lestari kerena warga tidak mengambilnya lagi di sana,” kata Mike, salah seorang anggota kelompok tani Hulun Hyang di Wonokitri.

Desa Eldeweiss TNBTS sendiri sudah berdiri sejak tahun 2017. Program konservasi tumbuhan edelweiss juga bisa berjalan dengan baik. Keberhasilan TNBTS membudidayakan edelweiss di luar kawasan TNBTS membuat Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya Bakar beberapa waktu lalu juga mengunjungi Desa Edelweiss.

Konsep itu terbuka untuk umum bagi siapa saja yang ingin belajar budi daya edelweiss. “Kami akan launching pada tanggal yang disesuaikan dengan hari baik masyarakat Tengger berdasarkan kearifan lokal setempat. Jadi, bagi wisatawan yang ingin menanam edelweiss, memetik, dan berfoto dengan bunga edelweiss dikenakan biaya yang nantinya akan mendapatkan income bagi masyarakat Tengger,” ujar John Kenedie M, Kepala Balai Besar TNBTS.

Diharapkam setelah ada kunjungan di Desa Wisata Edelweiss ini, pengunjung bisa melestarikan edelweiss dengan cara menanamnya. “Atraksi menanam edelweiss ini cocok bagi pengunjung yang ingin mengabadikan cintanya kepada pasangan. Melalui kegiatan mananam ini pula kita belajar bahwa cara mengabadikan cinta bukan memetik edelweiss, tapi menanamnya agar tumbuh lestari abadi sesuai sebutannya sebagai bunga abadi,” tambah Birama Terang Radityo seorang penyuluh kehutanan yang mendampingi kelompok tani Hulun Hyang. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Yatimul Ainun
Publisher : Rochmat Shobirin
Sumber : TIMES Malang

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES