Peristiwa Nasional

Tingkat Pengangguran Terbuka Terus Mengalami Penurunan Sejak 2015

Jumat, 09 November 2018 - 09:44 | 29.74k
Menteri Ketenagakerjaan, Hanif Dhakiri bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Muhadjir Effendy dalam forum Merdeka Barat 9. (FOTO: Istimewa)
Menteri Ketenagakerjaan, Hanif Dhakiri bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Muhadjir Effendy dalam forum Merdeka Barat 9. (FOTO: Istimewa)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) selama empat tahun terakhir ini terus mengalami penurunan. "Ini sesuai yang kita harapkan," ujar Menteri Ketenagakerjaan RI, M. Hanif Dhakiri dalam press conference Forum Merdeka Barat 9 (FMB9) yang bertema “Pengurangan Pengangguran”, Kamis (8/11/2018) di Jakarta. 

Hanif Dhakiri mengungkapkan turunnya tingkat pengangguran tersebut merupakan angka terendah selama pemerintahan Jokowi-JK

Angka pengangguran terbuka berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2015 sekitar 6,18 persen. Kemudian menurun setahun berikutnya menjadi 5,61 persen dan di tahun 2017 kembali turun menjadi 5,50 persen.

"Dan hingga bulan Agustus 2018, tingkat pengangguran terbuka juga kembali turun menjadi 5,34 persen," katanya. 
 
"Bicara masalah pengangguran, harus dikatakan capaian pemerintah saat ini bahwa  turunnya angka pengangguran sesuai yang kita harapkan," tambah Hanif.

Dihadapan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy dan Kepala Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) Bambang Brodjonegoro yang hadir dalam forum itu, Hanif Dhakiri juga menjelaskan secara keseluruhan trennya positif.

Namun kata Hanif, perluasan kesempatan kerja harus terus dilakukan di perkotaan dan pedesaan. Sebab pertumbuhan industri manufaktur, pariwisata, makanan dan minuman juga berkontribusi terhadap penyerapan lapangan kerja.

"Tren dari semua basis pendidikan, TPT alami penurunan, ini artinya positif. Saya ingin lihat dari sisi ini agar kita optimis dan optimis melihat bangsa ini. Kalau tidak, nanti isinya mengeluh dan komplain, seolah-olah tak ada masa depan," ujarnya. 

Dari tingkat pendidikan, meski TPT pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) selalu paling tinggi kontribusinya, namun sejak tahun 2015 trennya relatif mengalami penurunan. Pada tahun 2015, TPT pendidikan SMK sebesar 12,65 persen, menurun menjadi 11,11 persen pada tahun 2016, dan 11,41 pada 2017. Sementara hingga Agustus 2018 sebesar 11,24 persen.

Diakuinya banyak problem SDM di angkatan kerja termasuk lulusan SMK. Hingga saat ini profil ketenagakerjaan secara keseluruhan di tahun 2018 masih menantang. Dari 131 juta angkatan kerja, 58 persen masih lulusan SD/SMP.

Namun Hanif menegaskan pihaknya telah melakukan terobosan-terobosan antara lain memperbaiki akses dan mutu pendidikan formal utamanya pendidikan dasar dan pendidikan menengah.

Selain itu akses dan mutu vocational training secara massif juga diperbaiki. Langkah massifikasi diperlukan untuk mengatasi tiga problem tenaga kerja yakni kualitas, kuantitas dan persebaran tenaga kerja. "Itu kunci masa depan, akses dan mutu harus diperbaiki, " ujarnya.

Ditambahkan Hanif, yang dilakukan pemerintah untuk memperkuat pemagangan dan vocational training salah satunya adalah kebijakan triple skilling (skilling, upskilling dan re-skilling). Bagi tenaga kerja yang belum punya keterampilan dapat mengikuti  program skilling agar punya keahlian di bidang tertentu. 

Bagi tenaga kerja yang telah memiliki skill dan membutuhkan peningkatan akan masuk program upskilling. Sedangkan yang ingin beralih skill dapat masuk ke program reskilling.

Sementara itu, Mendikbud Muhajir Effendy menyatakan, pihaknya juga akan membuat perubahan pada kurikulum SMK yang berbasis industri. Sehingga nantinya 70 persen kurikulum berasal dari industri.

"Kami ubah strategi SMK dari supply drive ke demand base, gimana permintaannya, laku enggak di industri. Nanti kurikulum akan industri base, jadi 40 persen aja dia masuk ke sekolahnya, 60 persennya masuk ke industri," tambahnya.

Sedangkan Kepala PPN/Bappenas Bambang Brodjonegoro menambahkan jumlah lapangan kerja Indonesia pada 2018 telah melampaui target Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2018 dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 yang meningkat 2,99 juta dibandingkan 2017. 

Dalam rentang 2015-2018, Pemerintah telah berhasil menciptakan 9,38 juta lapangan kerja. Secara absolut, jumlah pengangguran juga turun sebesar 40 ribu orang, sehingga TPT telah berhasil diturunkan menjadi 5,34 persen tahun ini.

“Penurunan angka pengangguran ini dapat dicapai dengan penciptaan kesempatan kerja sebanyak 2,6-2,9 juta orang dan lapangan kerja formal di sektor bernilai tinggi dapat menyerap angkatan kerja berpendidikan SMA ke atas,” ujarnya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Ferry Agusta Satrio
Publisher : Rochmat Shobirin
Sumber : TIMES Jakarta

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES