Kopi TIMES

NU dan Tugas Keumatan di Era Revolusi Industri 4.0

Selasa, 06 November 2018 - 19:49 | 311.70k
Noer Yadi Izzul Haq, Mahasiswa Pasca Sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (Grafis: TIMES Indonesia)
Noer Yadi Izzul Haq, Mahasiswa Pasca Sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (Grafis: TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, JAKARTANAHDLATUL ULAMA (NU) tak ubahnya kapal pesiar yang berlayar di tengah kehidupan beragama, berbangsa dan bernegara yang mengakomodir serta melindungi beragam suku, agama, budaya bangsa Indonesia dari terjangan ombak penjajahan (baik oleh bangsa lain atau bangsa sendiri), perpecahan, permusuhan dan ketidak-adilan.  Sejak sebelum kemerdekaan Indonesia hingga saat ini.

Tentu diusianya yang 92 sejak menyatakan diri sebagai organisasi keagamaan dan kemasyarakatan tanggal 16 Rajab 1344 H / tanggal 31 Januari 1926 M, NU telah banyak mengenyam pahit getirnya memperjuangkan nilai keagamaan, kemanusian dan kebangsaan.

Tali temali kiprah perjuangan itulah yang menjadi pijakan dan kekuatan NU hingga saat ini. Bisa tetap menjadi payung pemersatu anak bangsa Indonesia. Sehingga selayaknya warga NU khususnya, menjaga dan bersyukur akan segala sesuatu yang telah diperoleh dan dilaluinya.

Sebagai organisasi terbesar, NU memiliki tangggung jawab dan hak yang besar pula. Yakni tanggung jawab keumatan dan tanggung gungjawab kebangsaaan/kenegaraan. Menurut Kiai Ma’ruf tanggung jawab keumatan merupakan hal yang pokok sejak zaman Nabi Muhammad.

Hal itu, dilandaskan pada fakta sejarah menjelang wafatnya Nabi, yang dipesankan bukan soal harta atau keluarga tetapi adalah umat. Oleh karena itu ulama /NU sebagai pewaris Nabi, menjadi sebuah keharusan untuk memikul tanggung jawab urusan umat.

Apalagi seperti negera Indonesia yang majemuk terdiri dari berbagai suku, agama, budaya yang berbeda – beda, maka pasti akan menemui berbagai isu atau masalah yang berkaitan dengan budaya, ekonomi, politik dan yang lainnya. Di sinilah kemudian dibutuhkan kehadiran NU.

Dalam termenologi agama, menguatnya khidmatul ummah yakni melayani umat atau layanan publik untuk mempermudah orang yang membutuhkan dan memerlukan. Dalam berbagai kebutuhan sosial.

Sedangkan tanggung jawab kebangsaan dan kenegaraan merupakan tugas utama NU sebagai oraganisai terbesar. Yakni menjaga dari terjadi kemungkinan – kemungkinan yang tidak diinginkan, menjaga dan merawat kerukunan, kebhenikaan, toleransi, demi utuhnya NKRI.

Tak kalah pentingnya lagi di era digital ini, dengan maraknya dan bebasnya berbagai bentuk dan macam informasi, hukum, peristiwa yang tersebar di media sosial. Perlu memperkuat sikap tabayyun dan adanya husnuttafahum saling pengertian antara elemen bangsa. NU sebagai organisasi terbesar bisa menjad lanskap percontohan.

NU dan Revolusi Industri 4.0

Sejalan dengan peta jalan dan program jangka pendek visi dan misi Indonesia, yaitu “Mewujudkan Indonesia Emas di Tahun 2045". Hal ini menjadi tugas bersama seluruh elemen bangsa. Selain itu, diprediksi pada tahun 2030, Indonesia akan mengalami bonus demografi, di mana usia produktif penduduk Indonesia akan mendominasi.

Hal ini akan menjadi kado istimewa bagi bangsa Indonesia jika SDM penduduk Indonesia dipersiapkan sejak dini dengan skil yang bisa menjawab kemajuan zaman. Namun jika sebaliknya, maka bonus demografi itu justru akan menjadi bencana bagi masa depan bangsa Indonesia.

Karena di era modern saat ini, Indonesia tidak hanya dihadapkan pada berbagai peluang yang terbuka luas. Tetapi juga dihadapkan pada berbagai tantangan yang sulit, khususnya menyangkut persaingan yang semakin ketat dalam era globalisasi yang ditandai dengan massifnya industry digitalisasi (Revolusi Industri 4.0 ).

Di berbagai lini kehidupan akan terjadi reposisi peran dari manusia ke mesin (teknologi), contoh yang sudah nampak adanya perubahan besar - besaran dari model media cetak ke online, pembayar tol menjadi e-tol, transaksi jual beli dari konvensional ke online dan masih banyak yang lain.

Pemerintah telah membaca dan mempersiapkan kanal di era digitalisasi ini, melalui penguatan dan pembangun infarastruktur di berbagai belahan daerah nusantara. Dan sejak tahun 2019 pemerintah akan fokus terhadap pembangunan atau penguatan Sumber Daya Manusia (SDM).

Sebagaimana telah diketahui bahwa Indonesia memiliki penduduk kurang lebih 200 juta jiwa. Dan dari angka jumlah penduduk tersebut mayoritas adalah umat muslim. Dan NU merupakan organisasi terbesar Islam di Indonesia, bahkan dunia. Sebagaimana hasil riset Alvara Research Center pada bulan Desember 2016, sebanyak 50,3% umat Islam Indonesia mengaku berafiliasi dengan Nahdlatul Ulama, dan 14,9% mengaku berafiliasi dengan Muhammadiyah.

Dengan demikian yang akan menangkap bonus demografi paling dominan adalah NU dengan lumbung SDM-nya adalah pondok pesantren. Secara otomatis hal ini juga akan menjadi peluang sekaligus ancaman akan peran pesantren / NU terhadap masa depan bangsa Indonesia.

Maka penting sejak dini, NU mempersiapkan dan memperkuat keilmuan dan skil kaum nahdiyyin. Di berbagai lini dan profesi guna menjawab kemajuan zaman, tanpa harus abai terhadap nilai – nilai moral yang menjadi karakter NU/ pesantren. Hal inipun diakui oleh pemerintah bahwa NU/Pesantren merupakan komponen penting dalam kehidupan berbangsa – bernegara.

Terbukti, pemerintah sejak 2016 melalui Kementerian Ketenagakerjaan mendirikan Balai Latihan Kerja (BLK) di 50 pondok pesantren, pada 2018 sebanyak 75 pondok pesantren, dan pada 2019 sebagaimana yang dikatakan oleh Presiden Joko Widodo saat mengahadiri Munas ke-6 Ikatan Alumni Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (IKA PMII) di hotel JS Luwansa, Jakarta, Jumat (20/7/2018). Akan membangun 1000 BLK pondok pesantren seluruh Indonesia.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan bahwa untuk menghadapi persaingan global, investasi sumber daya manusia (SDM) menjadi kunci untuk bersaing dengan negara lain. Untuk itu, pemerintah akan terus meningkatkan pembangunan SDM, termasuk peningkatan SDM di pondok pesantren.

Sungguh peran NU ini akan menjadi tinta emas pada sejarah perjalanan bangsa, jika NU berhasil memadukan wajah keilmuan NU / pesantren yang luas dan sejuk dengan skil, SDM yang bisa menjawab kemajuan zaman. Maka bukan hal mustahil apa yang diharapkan oleh Kiai Sepuh NU, Hadratus Syaikh KH. Maemon Zubair yakni Indonesia bisa menjadi “imamnya dunia”. Amin.

* Penulis Noer Yadi Izzul Haq (Mahasiswa Pasca Sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Yatimul Ainun
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES