Survei LSI Denny JA: Hoaks Bisa Perkeruh Demokrasi di Indonesia

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Lembaga survei LSI Denny JA merilis survei dengan tema besar "Hoaks dan Efek Elektoral Kasus Ratna Sarumpaet" di Jakarta (23/10/2018).

Melalui wawancara tatap muka 1200 responden dengan menggunakan kuesioner yang dilakukan mulai 10 – 19 Oktober 2018 itu, sekitar 57,2 persen responden mengaku pernah mendengar berita soal berita hoaks penganiayaan Ratna Sarumpaet yang tersebar di media.

"Mayoritas publik makin khawatir dengan maraknya hoaks," demikian salah satu poin hasil survei dalam rilis LSI Denny JA yang diterima redaksi TIMES Indonesia, Selasa (23/10/2018) sore.

Survei itu mencatat sekitar 75 persen publik khawatir maraknya hoaks akan dapat memperkeruh suasana demokrasi di Indonesia.  

Mayoritas publik juga ingin ruang-ruang publik, termasuk media sosial harus dibersihkan dari aneka ujaran kebencian, kebohongan, hoaks, dan fitnah

"74,5 persen publik ingin ada tindakan nyata dalam upaya membersihkan hoaks di media sosial."

Survei dengan menggunakan metode multistage random sampling dan margin of error ± 2.8 persen ini juga mencacat bahwa kasus hoaks Ratna Sarumpaet bisa jadi momentum penting bagi bangsa dan negara untuk bersama melawan hoaks.

"Publik ingin kasus Ratna Sarumpaet menjadi momentum untuk membersihkan hoaks terutama di Media Sosial."

Berdasarkan base pengguna medsos sebesar 33,6 persen, survei LSI Denny JA ini juga mencatat mayoritas pengguna medsos setuju tanggal 3 Oktober bisa ditetapkan sebagai Hari Media Sosial Nasional. "52,5 persen pengguna Media Sosial (bukan publik) setuju ada Hari Media Sosial pada tanggal 3 Oktober untuk menyehatkan Media Sosial," demikian hasil survei tersebut. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement