Pendidikan UIN Malang

Masyarakat Kini Semakin Butuh Dokter Santri

Senin, 22 Oktober 2018 - 21:36 | 88.81k
Dr Muhammad S Niam, Finacs, MKes, SpB-KBD (dua dari kiri) saat memberikan kuliah tamu di Fakultas Kedokteran UIN Maulana Malik Ibrahim. (FOTO: Muhammad Dhani Rahman/TIMES Indonesia)
Dr Muhammad S Niam, Finacs, MKes, SpB-KBD (dua dari kiri) saat memberikan kuliah tamu di Fakultas Kedokteran UIN Maulana Malik Ibrahim. (FOTO: Muhammad Dhani Rahman/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, BATU – Santri tidak harus jadi kiai, karena masyarakat juga membutuhkan santri menjadi tentara, juga santri menjadi seorang dokter. Lebih dari itu, masyarakat juga membutuhkan dokter santri, di mana dokter santri ini mempunyai jiwa spiritual yang tinggi memiliki empati, kepedulian dan memiliki keilmuan kedokteran serta agama.

Perbincangan menarik ini menjadi bahasan dalam kuliah tamu oleh Dr Muhammad S Niam, Finacs, MKes, SpB-KBD yang diselenggarakan di Kampus Fakultas Kedokteran dan Ilmu-ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang (UIN Malang) di Dusun Precet, Desa Sumber Sekar, Kec Dau, Kabupaten Malang, Senin (22/10/2018).

Dokter-Santri-a.jpg

“Dulu memang susah menjadi dokter yang santri atau santri yang dokter, sekarang sudah semakin banyak dokter dari kalangan pesantren,” ujar Niam, dokter spesialis bedah digestif ini.

Dalam kuliah tamu ini, ia perlu menggugah bagaimana menjadi dokter santri, karena bagaimana pun, menurut Niam, satu-satunya profesi yang bisa menembus privasi semua orang adalah dokter. Karena kemampuan ini adalah sangat penting bagi seorang dokter memiliki prinsip kesantunan, menjaga amanah hal itu bisa diwujudkan santri dokter.

Di tangan dokter santri, Niam yakin, pasien lebih merasa aman, karena pasien yakin seorang dokter santri akan amanah. “Seorang dokter santri tidak hanya bisa membantu dalam hal kesehatan fisik, namun juga kesehatan mental,” ujar Niam.

Dokter-Santri-b.jpg

Potensi Pondok Pesantren, menurutnya sangat besar untuk menghasilkan bibit-bibit dokter yang Islami. Seperti di UIN banyak mahasiswa yang berlatar belakang pesantren, namun juga banyak mahasiswa kedokteran yang akhirnya disantrikan. “Dicetak dokter yang santun penuh tawadlu,” ujarnya.

Hal senada dikemukakan oleh Dekan Fakultas Kedokteran dan ilmu-ilmu kesehatan, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, Prof Dr dr Bambang Pardjianto SpB, SpBP-RE (k). “Lewat kuliah tamu ini, kita berikan pencerahan kepada para mahasiswa kedokteran kita, bagaimana sebenarnya dokter santri,” ujar Bambang.

Lewat kuliah tamu ini juga, ia berharap muncul dokter santri, di mana dokter ini memiliki pendalaman agama yang kuat dan berkarakter yang baik serta mendalami ilmu kedokteran. “Mahasiswa kedokteran di tempat kita harus tinggal di Mahad (Pondok Pesantren) selama 4 semester, yang lain (jurusan lain) hanya diwajibkan dua semester,” ujarnya.

Dalam proses ini, para mahasiswa diberikan dasar keagamaan dan kedokteran dengan harapan bisa tercetak dokter yang memiliki spiritual tinggi dan karakter sesuai dengan ajaran kitab suci Al Quran. Saat ini jumlah mahasiswa Kedokteran di UIN sudah mencapai tiga angkatan dengan jumlah 150 mahasiswa.

Di tempat terpisah Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kelembagaan, Fakultas Kedokteran, M Zainudin mengatakan bahwa hari santri ini adalah momentum bagus untuk diadakan sarasehan dokter. “Tidak hanya mengobati, seorang dokter santri harus mempunyai jiwa spiritual tinggi, memiliki empati dan simpati, lebih dari itu harus memiliki pelayanan prima,” ujarnya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES