Peristiwa Nasional

Presiden Indonesia: Keutuhan NKRI Berkat Peran Ulama dan Santri

Minggu, 21 Oktober 2018 - 23:25 | 75.56k
Presiden Jokowi didampingi Menag RI dan para ulama hadir dalam puncak HSN 2018 di Gasibu, Bandung. (FOTO: Istimewa)
Presiden Jokowi didampingi Menag RI dan para ulama hadir dalam puncak HSN 2018 di Gasibu, Bandung. (FOTO: Istimewa)

TIMESINDONESIA, BANDUNGPresiden Indonesia Joko Widodo memgingatkan bahwa peran ulama dan santri untuk menjaga keutuhan NKRI sangatlah besar. Karena santri dan kiainya sukses mengawinkan keberagaman dan semangat kebangsaan di tengah serangan radikalisme berbalut agama. 

"Karenanya, di tengah serangan faham radikal, semangat persatuan dalam berbangsa dan bernegara harus dijaga lebih kuat. Dan salah satu elemen bangsa yang berhasil menjaga itu semua adalah kaum santri," ucap Joko Widodo pada acara malam puncak peringatan Hari Santri Nasional 2018 di lapangan Gasibu Bandung, Minggu (21/10/2018) malam.

Presiden Jokowi yang mengenakan sarung, peci, dan baju koko dibalut jas hitam meminta semua elemen bangsa menjaga rumah bersama yang bernama NKRI. “Aset kita yang terbesar adalah persatuan, kerukunan, dan persaudaraan, maka mari kita jaga ukhuwah islamiyah dan ukhuwah wataniyah,” katanya di depan 10 ribu hadirin yang memadati lapangan Gasibu sejak sore.

Jokowidodo.jpg

Bangsa Indonesia, lanjut Jokowi, adalah negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia.  Salah satu elemen terpenting yang menjaga keutuhan NKRI adalah kaum santri. “Kita patut bersukur karena bangsa indonesia dipandu tradisi kesantrian yang kuat,” katanya. 

"Bangsa Indonesia itu berbeda-beda, jangan sampai perbedaan itu memecah belah. Indonesia memiliki 17 ribu pulau, 34 provinsi, 514 kabupaten/kota, 263 juta penduduk yang terdiri dari 714 suku, 5 agama, dan 1100 bahasa. Orang sering lupa bahwa kita saudara sebangsa dan setanah air," paparnya.

Menurut Jokowi, persatuan Indonesia yang terbangun sejauh ini tak lepas dari peran ulama. Sejarah mencatat peran besar mereka pada masa perjuangan kemerdekaan kemudian menjaga pancasila, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika.

Dalam pidatonya Jokowi juga menyampaikan bahwa peringatan Hari Santri Nasional merupakan penghormatan dan rasa terima kasih negara kepada para alim ulama, kiyai, habaib, ajengan dan para santri serta seluruh komponen bangsa yang mengikuti keteladanan mereka. 

“Menjadi santri adalah menjadi Islam yang cinta bangsa, muslim yang relijius, dan pelajar yang ahlaqul karimah sebagaimana diteladankan para kiyai kita,” katanya.

Untuk itu pemerintah telah memiliki beberapa program yang mendorong kemajuan pesantren secara kongkrit. Misalnya Bank Wakaf Mikro dan Balai Latihan Ketrampilan yang saat ini tengah diuji coba. 

“Kita akan terus mengevaluasi apakah itu semua berguna atau tidak. Persaingan antar negara yang begitu ketat membutuhkan sumberdaya manusia yang tidak saja berahlaqul karimah tetapi juga berskill tinggi,” katanya.

Menteri Agama Lukman Hakim Saefuddin yang juga berbicara pada acara itu mengatakan, isu perdamaian diangkat guna merespons kondisi bangsa yang sedang ditimpa berbagai persoalan hoax, ujaran kebencian, propaganda kekerasan, dan terorisme.

Acara Hari Santri Nasional 2018 yang bertema “Bersama Santri Damailah Negeri” ini, kata Menag, bukan hanya seremoni belaka, tetapi penegasan bahwa bernegara itu sama pentingnya dengan beragama. “Di malam Santriversary ini saya mengajak seluruh santri agar jangan pernah lelah mencintai indonesia,” katanya.

Peringatan Hari Santri Nasional pertama kali dilakukan tahun 2015 lalu, setelah Presiden Indonesia Joko Widodo menandatangani Kepres No 22 Tahun 2015 tentang Hari Santri yang jatuh setiap tanggal 22 Oktober. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Deasy Mayasari
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES