Peristiwa Nasional

HSN 2018, Jokowi: Kaum Santri Berhasil Kawinkan Kebaragaman dan Kebangsaan

Minggu, 21 Oktober 2018 - 22:17 | 44.73k
Presiden RI Joko Widodo (Jokowi). (FOTO: Istimewa)
Presiden RI Joko Widodo (Jokowi). (FOTO: Istimewa)

TIMESINDONESIA, BANDUNG – Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) mengatakan, di tengah serangan faham radikal, semangat persatuan dalam berbangsa dan bernegara harus dijaga lebih kuat. Salah satu elemen bangsa yang berhasil mengawinkan keberagamaan dan semangat kebangsaan adalah kaum santri

Indonesia adalah negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia dan salah satu elemen terpenting yang menjaga keutuhan NKRI adalah kaum santri. “Kita patut bersukur karena bangsa indonesia dipandu tradisi kesantrian yang kuat,” kata Presiden Jokowi pada acara malam puncak peringatan Hari Santri Nasional 2018 di lapangan Gasibu Bandung (21/10/2018) malam.

Mengenakan sarung, peci, dan baju koko dibalut jas hitam, Jokowi meminta semua elemen bangsa menjaga rumah bersama yang bernama NKRI. “Aset kita yang terbesar adalah persatuan, kerukunan, dan persaudaraan, maka mari kita jaga ukhuwah islamiyah dan ukhuwah wataniyah,” katanya di depan 10 ribu pengunjung yang memadati lapangan Gasibu sejak sore.

Bangsa Indonesia itu berbeda-beda, kata Jokowi. Jangan sampai perbedaan itu memecah belah. Indonesia memiliki 17 ribu pulau, 34 provinsi, 514 kabupaten/kota, 263 juta penduduk yang terdiri dari 714 suku, 5 agama, dan 1100 bahasa. 

Menurut Jokowi, orang sering lupa bahwa kita saudara sebangsa dan setanah air. Persatuan Indonesia yang terbangun sejauh ini tak lepas dari peran ulama. Sejarah mencatat peran besar mereka pada masa perjuangan kemerdekaan kemudian menjaga pancasila, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika.

Dalam pidatonya Jokowi juga menyampaikan, peringatan Hari Santri Nasional merupakan penghormatan dan rasa terima kasih negara kepada para alim ulama, kiai, habaib, ajengan dan para santri serta seluruh komponen bangsa yang mengikuti keteladanan mereka.  “Menjadi santri adalah menjadi islam yang cinta bangsa, muslim yang relijius, dan pelajar yang ahlaqul karimah sebagaimana diteladankan para kiai kita,”  katanya.

Untuk itu pemerintah telah memiliki beberapa program yang mendorong kemajuan pesantren secara kongkrit, misalnya Bank Wakaf Mikro dan Balai Latihan Ketrampilan yang saat ini tengah diuji coba. “Kita akan terus mengevaluasi apakah itu semua berguna atau tidak. Persaingan antar negara yang begitu ketat membutuhkan sumberdaya manusia yang tidak saja berakhlaqul karimah tetapi juga berskill tinggi,” katanya.

Menteri Agama yang juga berbicara pada acara itu mengatakan, isu perdamaian diangkat guna merespon kondisi bangsa yang sedang ditimpa berbagai persoalan hoaks, ujaran kebencian, propaganda kekerasan, dan terorisme.

Acara Hari Santri Nasional 2018 yang bertema “Bersama Santri Damailah Negeri” ini, kata Menag, bukan hanya seremoni belaka, tetapi penegasan bahwa bernegara itu sama pentingnya dengan beragama. “Di malam Santriversary ini saya mengajak seluruh santri agar jangan pernah lelah mencintai indonesia,” katanya.

Peringatan Hari Santri Nasional pertama kali dilakukan tahun 2015 lalu, setelah presiden Jokowi menandatangani Kepres No 22 Tahun 2015 tentang Hari Santri yang jatuh setiap tanggal 22 Oktober. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES