Ekonomi

KRRB UNRAM dan CSIRO Australia Bina Seribu Peternak Sapi di Sumbawa

Jumat, 19 Oktober 2018 - 22:28 | 83.15k
Trio profesor dari Universitas Mataram yang getol membina peternak sapi dengan program penggemukan lewat pakan lamtoro taramba. Dari kiri Prof Adji Santoso Drajat, Prof Yusuf A. Sutaryono dan Prof Dahlanuddin. FOTO TIMES Indonesia/Abdul Muis
Trio profesor dari Universitas Mataram yang getol membina peternak sapi dengan program penggemukan lewat pakan lamtoro taramba. Dari kiri Prof Adji Santoso Drajat, Prof Yusuf A. Sutaryono dan Prof Dahlanuddin. FOTO TIMES Indonesia/Abdul Muis

TIMESINDONESIA, MATARAM – Konsorsium Riset Ruminansia Besar (KRRB) Universitas Mataram (Unram)  bekerja sama dengan CSIRO (Commenwealth Scientific and Industrial Research Organisation) berhasil membina seribu lebih peternak sapi di Sumbawa.

Pembinaan tersebut dilakukan sejak 2016.  Bentuk pembinaannya, menurut ketua tim KRRB Prof. Ir. Dahlanuddin, M.Rur.Sc., Ph.D berupa cara menggemukkan sapi secara efektif menggunakanan pakan lamtoro yang selama ini belum pernah mereka lakukan.

Kandang-Sapi.jpg

Ditemui TIMES Indonesia saat mengunjungi para peternak di Sumbawa Barat dan Sumbawa,  bersama Prof. Yusuf Akhyar Sutaryono dan prof. Adji. S Dradjat, Jumat (19/10/2018) Prof Dahlan menyebut para peternak sapi di kawasan Sumbawa sebelum ini kesulitan mendapatkan pakan berkualitas tinggi untuk menggemukkan sapinya terutama di musim kemarau.

"Mereka terbiasa melepas sapi di padang atau memberi pakan seadanya" jelasnya. "Jika musim kemarau, sudah tidak ada makanan lagi yang cukup nutrisinya," imbuh Dahlan. 

Karena itu, Tim KRRB Unram menggandeng CSIRO, memberikan solusi kepada peternak untuk menyebarluaskan penanaman lamtoro taramba di lahan masing-masing.

"Kami mendatangkan bibit lamtoro taramba dari Australia dan diberikan secara gratis ke peternak dan peternak difasilitasi cara pengembangan lamtoro dan pemberiannya pada ternak sapi," jelasnya.

Kelebihan lamtoro ini adalah tahan kekeringan, tidak perlu dipupuk, memiliki kandungan protein yang tinggi, mudah dicerna, lebih toleran terhadap penyakit kutu loncat dan dapat dipanen sampai umur 30 tahun.

Prof Dahlanuddin mengakui bahwa pada awalnya sulit mendapatkan peternak yang mau menanam dan menggemukkan sapi menggunakan lamtoro, tepi setelah mereka melihat manfaat finansial dari penggemukan sapi berbasis lamtoro ini, kini sudah banyak sekali peternak Sumbawa yang melakukannya. 

Karena itu, pihaknya tetap akan berusaha keras untuk lebih lanjut mengembangkan lamtoro di Sumbawa agar sapi di NTB khususnya di Pulau Sumbawa yang lahannya sebagian besar lahan kering, dapat menjadi penghasil utama sapi potong yang berkualitas tinggi.

"Tipikal orang sini ini tidak bisa dipaksa paksa. Mereka ingin melihat bukti, jika ada peternak yang sukses, pasti mereka akan berpikir perlunya menyiapkan pakan sebelum ternak sapi," jelasnya.

Khusus untuk program pakan sapi lamtoro, profesor jebolan University of New England Australia ini, memimpin tim peneliti dalam kerangka program ARISA (Applied Research and Innovation System in Agriculture) yang didanai oleh Department of Foreign Affairs and Trade (DFAT) Australia sejak tahun 2016. 

Mereka telah membina lebih dari seribu peternak di Kabupaten Sumbawa dan Sumbawa Barat, bekerjasama dengan Pemda setempat.(*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Rochmat Shobirin
Sumber : TIMES Mataram

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES