Kopi TIMES

Quality Tourism dan Solusi Paket Wisata Murah Liar di Bali

Kamis, 18 Oktober 2018 - 18:12 | 151.56k
Taufan Rahmadi, Founder Temannya Wisatawan. (Grafis: TIMES Indonesia)
Taufan Rahmadi, Founder Temannya Wisatawan. (Grafis: TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, MATARAM – Membaca berita-berita pariwisata akhir-akhir ini, ada isu yang membuat saya tertarik untuk menanggapi, yaitu mengenai paket wisata murah yang dijual agen-agen pariwisata di Tiongkok

Menurut saya, kedatangan turis-turis dari Tiongkok yang membeli paket wisata murah tersebut bukan membawa pemasukan bagi pariwisata, melainkan membawa banyak masalah yang nantinya akan saling kait-mengait.

Paket wisata yang menurut rilis DPP Asita dijual sampai Rp600ribu (499RMB) itu tentu sangat murah. Apalagi itu sudah termasuk penginapan hotel, makan dan lain sebagainya. Wisatawan datang berlibur di Bali, kemudian berbelanja dan membeli produk-produk yang juga dari Tiongkok. Kalau turis datang ke Bali, tapi belanjanya produk dari luar, lalu masyarakat dapat apa? Harusnya, pariwisata itu membawa kesejahteraan bagi masyarakat lokal.

Kalau ini dibiarkan, akan banyak usaha pendukung pariwisata di Bali yang kesulitan. UMKM di Bali juga bisa kena imbas. Termasuk pula industri perhotelan dan jasa-jasa di Bali yang selama ini mendukung pariwisata.

Quality Tourism

Adanya paket wisata murah ini harusnya juga membuat kita kembali memikirkan mengenai quality tourism, bukan lagi quantity tourism. Quality tourism, yang mengedepankan pelayanan terbaik dan harga mahal, harus mulai dipikirkan oleh pelaku-pelaku pariwisata kita. Bukan lagi fokus pada banyaknya orang yang datang ke destinasi wisata (quantity tourism).

Pasar turis Timur Tengah yang masih jarang dijamah masih sangat besar. Mereka sangat senang mengunjungi destinasi dengan keindahan alam khas negara-negara tropis. Indonesia, seperti Bali dan Lombok memiliki potensi ini. Sudah seharusnya, agen-agen wisata kita mulai melirik potensi pasar ini.
Saya percaya, pariwisata kita layak dihargai jauh lebih tinggi. 

Sinergi & Solusi

Kembali ke masalah paket wisata murah. Saya menilai, sebelum segala permasalahan ini berlanjut, solusi konkrit harus segera diberikan. Pemerintah harus tegas mengatur regulasi mengenai paket-paket wisata, berikut pula pelaku-pelaku pariwisatanya. Harus ada aturan mengenai penentuan harga dan standar pelayanan.

Dari adanya aturan tersebut, agen-agen wisata dan pelaku industri wisata tentu akan menyesuaikan. Aturan ini juga tentunya akan menertibkan agen-agen liar yang selama ini meresahkan industri pariwisata di Bali, baik agen yang berasal dari luar negeri maupun dalam negeri. Saya percaya hal ini bisa sangat mudah diterapkan. Pariwisata adalah industri yang paling mudah menyesuaikan diri dengan segala regulasi. 

Adanya masalah agen wisata nakal dari luar negeri ini, menurut saya menjadi momentum untuk kita semua bergerak bersama untuk Pariwisata Indonesia. Pemerintah sebagai pemegang kebijakan tata laksana pemerintahan, harus mengajak semua stakeholder dalam industri pariwisata untuk duduk bersama merumuskan solusi masalah ini. 

Pemerintah, bersama asosiasi pelaku industri pariwisata, komunitas, akademisi, dan pelaku media harus bisa bersinergi mengaplikasikan solusi tersebut. Sudah saatnya semua stakeholder ini bergerak bersama, dan menunjukkan kekuatan pariwisata kita untuk kemajuan kesejahteraan masyarakat. 

Semoga pariwisata kita terus disuarakan dan diprioritaskan. Saya percaya, pariwisata adalah sektor yang paling cepat untuk membuka lapangan kerja, memajukan banyak sektor kehidupan masyarakat, dan membawa kesejahteraan masyarakat Indonesia. (*)

Taufan Rahmadi, Founder Temannya Wisatawan

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Yatimul Ainun
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES