Kopi TIMES

Bangkit Bangun Kembali

Rabu, 17 Oktober 2018 - 16:46 | 78.17k
Mujaddid Muhas, M.A.• Pelaksana Tugas Kepala Bagian Hubungan Masyarakat dan Protokol Sekretariat Daerah Kabupaten Lombok Utara (Grafis: TIMES Indonesia)
Mujaddid Muhas, M.A.• Pelaksana Tugas Kepala Bagian Hubungan Masyarakat dan Protokol Sekretariat Daerah Kabupaten Lombok Utara (Grafis: TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, LOMBOK UTARASUARA ketukan perkakas bangunan bertalu-talu. Kayu ringan, atap tenda pengatup dan potongan bambu menghiasi ornamen hari-hari sekitar titik pengungsian warga terdampak gempa: Pulau Lombok dan sebagian Pulau Sumbawa.

Setelah mengungsi dengan beratapkan terpal dan landas tikar seadanya pada tanah lapang lereng pegunungan, kemudian ke areal ladang persawahan pascapanen. Sebagian warga memilih untuk memperbaiki puing-puing bangunannya masing-masing. 

Persis, setelah pemerintah setempat, dalam hal ini Pemerintah Kabupaten Lombok Utara menggencarkan apa yang disebut sebagai Gerakan Kembali ke Rumah. Suatu gerakan pulang atau kembali dari spot pengungsian untuk membangun hunian sementara (huntara) pada areal sekitar pemukiman rumah masing-masing, baik dilakukan secara swadaya, gotong-royong maupun bantuan dari lembaga filantropi kemanusiaan. 

Realitanya, dari yang tetap di lokasi mengencangkan terpal dengan tenda yang lebih bagus hingga yang secara berkelompok menempati areal baru ladang atau persawahan pascapanen dan menata tandon bantuan serta menyiapkan saluran air yang tampak kian beraturan.

Kini, warga lebih dominan ingin membersihkan areal rumahnya masing-masing dengan membangun huntara, untuk mengantisipasi dampak melubernya hujan.

Fenomena lainnya, ada yang membangun tempat ibadah darurat, sarana mandi cuci kakus yang terbuat dari bahan bangunan simpel yang mudah didirikan. Bambu dan kayu ringan, atau kayu dari reruntuhan bangunan miliknya. Sedangkan pada tempat lain, membuat sekolah darurat yang dikelola relawan dari berbagai lembaga sosial bersama warga terdampak gempa, pada lokasi areal sekitar pemukiman semula.

Suatu pemandangan yang haru sekaligus takjub. Mengelola diri dan lingkungan saat krisis kebencanaan secara guyub. Tampak ketulusan dan aura optimisme terpancar. Kendati dalam keadaan susah bisa sumringah; dalam keadaan sengsara bisa melega; dan dalam keadaan pilu lindu bisa bangkit haru. Membangun kembali, meneruskan semangat berkehidupan.

Adanya pergeseran lokasi pengungsian, dari lereng tebing pegunungan ke areal pesisir, ladang atau persawahan pascapanen kemudian pada akhirnya kembali ke sekitar rumah pemukiman merupakan inisiasi natural dari warga terdampak gempa.

Pengungsi sepertinya ingin lebih dekat dengan siklus kesehariannya. Petani ingin dekat dengan ladang sawahnya, nelayan ingin dekat dengan laut pesisirnya, parapedagang tak ingin berlama-lama larut dalam kesedihan.

Bahkan sebagian diantaranya, tampak memindahkan sementara tempatnya berjualan, demi untuk tetap bisa berniaga. Dapat dilihat dari stiker atau pamflet pengumuman: (pindah sementara) yang dioret sebisanya pada reruntuhan bangunan.

Menurut Undang-Undang nomor 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana menerangkan bahwa penanggulangan pascabencana fokus pada rehabilitasi dan rekonstruksi (pasal 57). Berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 21 tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana terpilah pada tiga hal yaitu siaga darurat, tanggap darurat, transisi darurat ke pemulihan.

Gempa yang terjadi di Pulau Lombok dan melanda sebagian Pulau Sumbawa, secara umum telah beranjak pada tahap transisi darurat ke pemulihan. Setelah mengalami sekali perpanjangan tanggap darurat, semenjak tanggal 30 Juli 2018.

Transisi darurat ke pemulihan menandakan adanya tindak lanjut pemulihan terhadap keadaan darurat (rehabilitasi). Pemulihan dari sisi batin pengungsi sosio-psikis, sosio-ekonomi, sosio-lingkungan maupun pemulihan layanan publik pemerintahan. Sedangkan rekonstruksi, ditandai dengan dilakukannya perbaikan sarana prasarana fasilitas publik dan perbaikan pembangunan rumah warga terdampak gempa.

Semangat untuk membangun kembali kawasan yang “terkoyak” lantaran gempa, marak disuarakan media sosial. Bangkit dari "kegundahan massal". Diantaranya, tagline yang cukup populer: Lombok Bangkit dan Lombok Bangun Kembali. Bangkit dari perasaan pesimis untuk semangat mencari solusi, bangkit membangun kembali pranata sosial dan infrastruktur menuju pemulihan. 

Berbagai elemen mengikrarkan pekik bangkit dalam Gerakan Bangun Kembali, Gerakan Kembali ke Sekolah dan Gerakan Kembali ke Rumah bersama aparatur dan warga pengungsi di Lombok Utara. Bangun kembali, bangkit lagi dan lebih baik dari sebelumnya. 

Dengan harapan gempa segera bersemu, gempa tinggal residu. Ketukan perkakas bangunan warga, kepulan asap dapur, menggeliatnya aktivitas perekonomian dan riang gembiranya anak-anak bermain di pelataran sekolah merupakan gambaran bayang-bayang yang bukan mustahil kembali menjadi kenyataan: gembira ria guyub bersama.

Bahwa gempa tak hanya meluluhlantakkan suatu kawasan, tak pula peristiwa hanya tahun ini. Lindu atau gempa bumi ada dari dahulu kala, sudah veto semesta dan kehendak Tuhan seru sekalian alam, sebagai refleksi ujian ataukah teguran. Pada masa mendatang, diperlukan ikhtiar mitigasi kebencanaan yang terukur, manajemen penanggulangan bencana yang lebih baik dan lebih komprehensif dari sebelumnya. Sebagai konsekuensi kawasan cincin api dan jalur sesar kegempaan.

Bilamana ada kawasan terpapar radius bencana, warganya bisa melakukan mitigasi otomatis. Andil bersama mengatasi bencana dari multipihak dengan tujuan kolektif: mengurangi risiko dampak bencana. Dengan menyelamatkan manusia, merawat dan memulihkan penyintas serta upaya normalisasi kehidupan dari berbagai aspek solusi terhadap peristiwa bencana.

Sendu pilu lindu, bangkit bersama berpadu. Membangun kembali Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa. Begitu pula yang melanda Palu, Donggala, Sigi, Mamuju. Hari esok yang lebih baik, masih senantiasa ada.(*) 


*Penulis Mujaddid Muhas, M.A , Pelaksana Tugas Kepala Bagian Hubungan Masyarakat dan Protokol Sekretariat Daerah Kabupaten Lombok Utara

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES