Ekonomi

Cerita Komaruddin, Juragan Garam Halus di Denpasar

Rabu, 17 Oktober 2018 - 15:46 | 151.52k
Rumah produksi garam tradisional di Jalan By Pass Ngurah Rai, Suwung, Denpasar Selatan, Rabu (17/10/2010). (FOTO: Khadafi/TIMES Indonesia)
Rumah produksi garam tradisional di Jalan By Pass Ngurah Rai, Suwung, Denpasar Selatan, Rabu (17/10/2010). (FOTO: Khadafi/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, DENPASAR – Suara musik dangdut H Rhoma Irama yang berduet dengan Elviy Sukaesih, keluar dari radio lapuk yang tergantung di pojok ruangan rumah produksi garam tradisional, menemani dua pekerja memasak garam halus di Denpasar.

Kedua pekerja tersebut bernama Haris dan Siswanto, mereka mempunyai tugas masing-masing. Siswanto mengaduk-aduk air garam yang direbus menggunakan sekop kecil di sebuah tungku yang terbuat dari batu bata berukuran sekitar 1x2 meter.

Sedangkan Haris, mengangkut karung besar yang berisi garam kasar, lalu meletakan di sebuah kotak kayu tempat melarutkan garam yang berukuran 1x 2 meter. 

Rumah-produksi-garam-2.jpg

"Karyawan saya ada empat, yang dua masih pulang ke kampungnya di Jawa," ucap Bapak Komaruddin, juragan rumah produksi garam tradisional saat ditemui, Rabu (17/10/2018) sore.

Komaruddin berkisah, awal membuka usaha rumahan sejak tahun 2000. Rumah produksi garam tersebut, berada di Jalan By Pass Ngurah Rai, Gang Ulam Segara, Suwung, Denpasar Selatan.

Untuk garam yang diproduksi adalah garam halus yang tidak mengandung yodium. Komaruddin menjelaskan, untuk garam halusnya, adalah hasil dari olahan garam kasar, yang ia pesan dari Madura Sampang, Jawa Timur. 

"Garam kasarnya dari Madura, kemudian diolah kembali disini," imbuh pria asal Lombok Timur NTB ini.

Untuk penjualan garam halusnya, Komaruddin sudah mempunyai langganan tetap dan dijual di daerah Bali dalam perhari penjualannya bisa mencapai ratusan kilo garam.

"Kalau pemesanan garam lancar, kadang dari Gianyar dan daerah lainnya. Kita tidak keliling kadang orangnya (Pelanggan) datang sendiri, dan dijual ke warung-warung dan pasar," jelasnya.

Dalam sebulan, Komaruddin bisa memesan garam kasar sebanyak 10 sampai 15 ton dari Madura. Kemudian, dioalah kembali hingga menjadi garam halus, dan dalam sehari produksi garam halusnya bisa mencapai 10 karung atau sekitar 1 ton.

Rumah-produksi-garam-3.jpg

Sementara untuk proses garam halusnya, dimulai dari melarutkan garam kasar ke air. Setelah larut kemudian air garam tersebut diambil dan direbus selama 3 jam.

Setelah dianggap cukup, garam yang sudah mengkristal tersebut kemudian diletakan di sebuah keranjang bambu dan dijemur hingga menjadi keras dan warnanya berubah menjadi putih.

"Disini kita jual garam kasar dan garam halus. Tapi yang banyak laku adalah garam halus. Dalam sehari kita bisa melakukan tiga kali pemasakan," ungkapnya.

Untuk garam halusnya, Komaruddin menjual perkeranjang atau sekitar 3 kg seharga Rp 20 ribu. Sementara untuk garam kasar ia jual 1 kg seharga Rp 4 ribu.

Sementara, untuk naik turunnya harga garam dan impor garam, atau omzet yang ia dapat, Komaruddin tidak perna memikirkannya, menurutnya yang penting penjualam garamnya lancar.

"Kalau omzet untuk garam halus, saya tidak pernah hitung, yang penting cukup bayar pekerja, biaya anak sekolah, dan bayar rumah kontrakan itu saja," tutupnya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Yatimul Ainun
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan
Sumber : TIMES Bali

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES