Ekonomi

Made Sunarya, Sukses Budidayakan Salak Gatri di Jembrana

Rabu, 17 Oktober 2018 - 07:34 | 108.47k
Made Sunarya, petani yang sukses budidayakan Salak Gatri di Jembrana.
Made Sunarya, petani yang sukses budidayakan Salak Gatri di Jembrana.

TIMESINDONESIA, JEMBRANA – Kendati dikenal sebagai salah satu buah lokal Indonesia, tanaman salak masih jarang dibudidaya petani Jembrana, Bali. Tak terkecuali salak Gatri.

Hal ini berbeda dengan daerah di Bali lainnya seperti Karangasem yang sudah lama terkenal sebagai sentra tanaman salak. Nah, salah seorang petani Jembrana yang cukup sukses membudidaya yang tanaman buah yang memiliki  rasa manis, kesat, dan segar ini adalah I Made Sunarya (58), warga Banjar Tibu Beleng Tengah, Desa Penyaringan Mendoyo.

Salak-Gatri-2.jpg

Pilihannya untuk membudidaya tanaman salak cukup berani, mengingat selama ini desa Penyaringan terkenal akan hasil buminya berupa cengkeh dan kakao. Pilihan berbeda itu  mulai ditekuninya  sejak tahun 1995, dengan menebang tanaman kakao yang lama dipeliharanya. 

Ia menceritakan awal mula mengembangkan tanaman salak sebenarnya secara tidak sengaja, karena hanya memiliki 2 pohon tanaman salak yang tumbuh di pekarangan rumahnya. 

Terdorong dari keingintahuannya, ia mencoba mengawinkan tanaman salak dengan metode persilangan, bibit jantan dengan betina (salak pondoh dengan salak Bali). 

Seluruh bibit itu didapatinya cuma-cuma karena  tumbuh di halaman rumah. Didukung dengan pengetahuan seadanya, serta  menonton siaran pertanian di TVRI saat itu, Ia memberanikan diri membudidaya tanaman salak. Suatu pilihan yang  sangat tidak biasa, mengingat Jembrana tidak terkenal akan komoditi salaknya.

Hasilnya  cukup memuaskan, dimana Ia sukses menemukan varietas salak baru yang memiliki rasa manis dan enak. Rasanya mirip salak pondoh, namun memiliki tekstur daging yang lebih lembek seperti salak Bali, dan ukuran buahnya lebih besar.  

Setelah berkonsultasi dengan Dinas Pertanian Perkebunan setempat, varietas itu Ia namakan salak gatri mengacu pada nama leluhurnya dulu yang memiliki tanah. Nama Gatri itu pula dijadikannya nama dagang hingga kini.

Sejak itu, ia makin semangat menanam salak. Setelah menebang tanaman kakao, di atas lahan seluas 60 are di areal depan rumahnya, Ia tanami  500 pohon salak.

Namun hanya sekitar 150 pohon yang bisa hidup dan berbuah. Kini menanam salak sudah menjadi pekerjaan utamanya dibantu sang istri, serta anaknya.

“Hasilnya cukup lumayan, dari lahan 60 are ini tiap 3 bulan saya bisa jual salak 150 kg kepada pengepul di sekitar sini. Perkilo saya jual Rp10.000,” ungkap Sunarya ditemui di kediamannnya.

Saat musim hari raya tiba pesanan salaknya yang datang cukup banyak sehingga merasa kewalahan.  “Saya belum bisa penuhi untuk pasar luar baru di seputaran Jembrana saja. Lahan yang saya miliki juga tidak luas,sekaligus sebagai tempat tinggal," ujar bapak dua anak ini.  

Salak ini sampai sekarang juga disebutnya mampu menghidupi keluarganya. Termasuk membiayai kuliah putra pertamanya hingga sarjana.  “Kini anak saya sudah bekerja sebagai tenaga kontrak di Dinas Lingkungan Hidup Pemkab Jembrana," ujarnya berbangga.

Ditambahkannya, membudidaya salak sebenarnya tidak terlalu sulit. Hanya perlu mengontrol tanaman tiap hari, memangkas dahan, serta melakukan pencegahan hama. Hama yang sering muncul adalah jamur, ia atasi dengan memberikan kapur di sekitar batang pohon salak. Pemupukannya pun cukup gampang, karena cukup diberi kotoran sapi, bukan pupuk kimia yang harganya relatif mahal.

Sementara Kepala Dinas Pertanian Pangan Jembrana I Wayan Sutama, membenarkan tanaman salak bukan komoditi unggulan di Jembrana. 

Masyrakat belum familiar menanam salak beda halnya dengan cengkeh,vanili ataupun kakao. Tanaman salak juga disebutnya sangat tergantung akan unsur hara sehingga satu daerah dengan daerah lainnya hasilnya belum tentu sama.

Terhadap varietas lokal gatri yang ada di Penyaringan, Ia mengaku akan segera berkordinasi dengan Balai besar, karena kewenangan penetapan varietas ada di sana.

Pihaknya saat ini sudah mengajukan beberapa varietas lokal Jembrana untuk didaftarkan antara lain, kawista, pisang kayu, pisang lumut, deruju, kelapa genjah merah, serta kelapa genjah hijau. "Tentunya potensi lokal seperti salak gatri ini akan kita dukung sebagai potensi pertanian Jembrana sehingga bisa dikembangkan,“ujar Sutama. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Rizal Dani
Sumber : TIMES Bali

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES